欢迎..............欢迎..............欢迎


Kamis, 15 Juli 2010

Ucapan Untuk Ibu


Berkat melimpah ruahnya bunga Anyelir, bulan Mei pun jadi semarak. Hari ibu adalah hari raya yang agung, dimana seorang ibu pantas menerima nyanyian pujian dari anak dan putrinya, dimana pun adanya di seluruh dunia.

Sejak zaman dahulu kala, hampir setiap ibu di dunia adalah kepala nahkoda dalam keluarga, merawat mertua, melahirkan dan mendidik anak.

Bahkan sebagai pendorong maju dan suksesnya usaha suami, ibu selalu melaksanakan tugas dengan baik. Demi keluarga dan anak, ibu menopang situasi atau hidup yang penuh mara bahaya. Diam-diam menerima duka cita dan penderitaan yang tak terhitungkan.

Semenjak anak lahir kedunia ini, ibu selalu mencurahkan pikiran dan perhatian. Melindungi dengan amat teliti. Ibu yang tanpa pamrih adalah dewa pelindung pada seumur hidup anak. Ibu yang tanpa menyesal tanpa dendam selamanya adalah guru pembimbing dalam lubuk hati anak. Ketika anak sedikit besar mulai sekolah. Ibu selain merangkap sebagai guru, sahabat yang membantu anak, membimbing anak rajin belajar, setia kepada orang, menuntun anak menuju ke jalan lapang dan rata.

Ibu berperan dalam keluarga sebagai tukang kebun yang rajin dan tekun menyiram dan memupuk. Di saat batang-batang pohon kecil yang muda dan lembut itu telah tumbuh menjadi pohon besar yang subur dan lebat, ibu mundur karena merasa tugas yang diembankan telah selesai dan sukses. Ibu menunggu di tempat yang teduh, menanti berbunga dan buah-buahan berkerintil. Meski hasilnya berlawanan dengan dugaan semula, ibu tetap senyum seperti sediakala. “Hanya memupuk dan menyiangi tidak menuntut imbalan “ ini adalah filsafat hidup ibu yang bijaksana.

Setelah anak tumbuh menjadi kekar, suatu hari, ia terbang tinggi pergi ke tempat jauh, di tempat asing yang berjarak ratusan bahkan ribuan kilo meter dari kampung halaman, bekerja mati-matian, di kota besar yang kalut dan sibuk, berusaha keras telah mempunyai hari depan yang baik. Namun si anak sama sekali tidak merasakan, ibu tua yang lesu dan gelisah setiap hari merindu dan menanti disamping telepon.

Semoga anak-anak yang merantau, ingatlah pada ibu, menelpon dan memberi salam kepada ibu. Bagaimanapun didalam keluarga, ibu pernah sebagai nahkoda disaat keluarga berada dalam keadaan bahaya dan susah, sebagai lampu penerang dalam kegelapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar