欢迎..............欢迎..............欢迎


Sabtu, 17 Juli 2010

Dongeng dan Realita Sang Naga



Naga, sejenis mahluk hidup yang terkesan mistis, tetapi di dunia terdapat bentuk penampakannya yang sangat nyata. Dari perhiasan giok dan tembikar di zaman kuno hingga ke kerajinan tangan, bangunan dan busana di dalam kehidupan, kebudayaan naga sudah terpateri di dalam bersantap, berpakaian, bertempat tinggal dan berperilaku orang Tionghoa. Namun dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan empiris zaman sekarang, naga telah menjadi dongeng zaman kuno dan hanya melambangkan totem yang membawa rejeki.

Beberapa tahun ini dalam beberapa kasus, naga telah menampakkan dirinya di hadapan manusia, mendobrak bingkai batasan ilmu modern, juga telah menggugah bagian memori peradaban Tionghoa yang terdalam.

Ketika ada orang melihat dengan mata kepala sendiri penampakan naga yang langka itu, orang kuno menganggapnya sebagai peristiwa besar yang patut dicatat yang kemudian disimpan di kantor pemerintah daerah setempat atau di dalam kitab sejarah authentic setiap dinasti. Sedangkan orang zaman sekarang menanggapi penampakan naga dengan sikap skeptic dan curiga berat, dan berusaha mengartikannya sebagai gejala alam dan sebagainya.

Barangkali masalahnya bukan terletak pada naga itu sebetulnya kenyataan atau rekayasa, ia lebih terletak pada perasaan sekejap pada manusia.
(1) Misteri Naga Zaman Kuno dan Kini

Naga, seekor makhluk misterius, sepertinya tidak eksis, tapi secara luas dikenal di sekeliling kehidupan kita. Meski kitab kuno Tiongkok terkadang ada menggambarkan naga, namun terpengaruh oleh iptek yang empiris, orang zaman sekarang menganggapnya sebagai dongeng belaka. Belakangan ini sesekali tersiar sang naga bermunculan di dunia, apakah sang naga nyata atau semu telah menjadi topik hangat lagi.

Tak tahu apakah Anda pernah memikirkan sebuah pertanyaan: Di dalam 12 shio Tiongkok, 11 macam diantaranya adalah binatang yang sering terlihat, kenapa hanya naga (龍, long, baca: lung) yang berada di urutan ke lima, adalah semacam makhluk hidup yang tidak nampak eksis di dalam realita?

Makhluk yang bernama naga ini, dengan Kirin dan burung Hong dari Tiongkok dan Einhorn, ikan duyung di dalam konsep manusia zaman sekarang, pada dikategorikan jenis makhluk penuh khayal yang tidak eksis dan imajinatif.

Mari kita renungkan lebih mendalam, kenapa orang zaman kuno bisa mengimajinasikan makhluk dengan bentuk semacam ini? Yang disebut khayal semestinya sangat bervariatif, setiap imajinasi orang tidak terlalu sama, namun yang patut diperhatikan ialah, sejak zaman kuno, bentuk fisik naga cukup seragam, tak peduli di kuil, istana, buku, lukisan dan patung, semuanya dilukiskan dengan mirip sekali.

Bentuk naga di dalam hasil karya pahatan Tiongkok adalah sangat rinci dan jelas, tanduk naga bagaikan tanduk rusa, sisik naga mirip sisik ikan mas, cakar naga mirip cakar elang, tubuh naga mirip tubuh ular.

Makhluk yang kelihatannya fiktif, di dalam dunia manusia ternyata terdapat cara pemunculan yang agak nyata. Di antara semu dan nyata, membuat orang merasa bimbang dan ragu.

Akan tetapi, sebuah dongeng pada saat awal terjadinya, sangat mungkin bukan dongeng, melainkan peristiwa yang betul-betul telah terjadi. Akan tetapi karena sudah berlalu sekian lamanya, memori orang-orang tentang situasi waktu itu semakin lama semakin kabur, semakin melangkah lagi ke depan, maka dianggaplah sebagai dongeng.

Sebetulnya di dalam kitab kuno terdapat cukup banyak catatan sejarah tentang “naga muncul di antara manusia", dibawah ini akan dibahas lebih lanjut.
Catatan sang naga di dalam kitab kuno Tiongkok

Di dalam pencatatan sejarah otentik pada pemerintah lokal di berbagai daerah Tiongkok, penampakan naga sesekali terjadi dan kebanyakan dicatat di dalam kitab sejarah tersebut. Di bawah ini secara ringkas dipetik beberapa bab mengenai naga dari sumber kitab Tiongkok kuno.

Kasus Hua Yang Guo Zhi (華陽國志) pada rol ke-3 tercatat: “Pada zaman dinasti Han Timur (25-220), 24 tahun masa pemerintahan Jian An, naga kuning menampakkan diri di Wu Yang Chi Shui (武陽赤水), setelah tinggal 9 hari ia menghilang.”

Catatan ke-9 pada kitab Jin Shu (晉書) dikisahkan di gunung Naga terjadi penampakan masing-masing seekor naga hitam dan naga putih, kala itu kaisar Mu Ronghuang (慕容皝) dari negara Yan awal (前燕, abad ke 4) setelah mendengar berita tersebut, lantas memimpin para pejabatnya pergi ke gunung Naga, berdiri dengan jarak 200 langkah menyaksikan dari jarak dekat.

Kedua naga tersebut badannya saling membelit di udara, sesudah saling bermain-main di angkasa untuk sesaat kemudian baru terbang menjauh. Mu Ronghuang setelah menyaksikan adegan tersebut, hatinya sangat riang, sekembalinya ke istana lantas mengeluarkan maklumat amnesti di seluruh negeri. Istana yang baru terbangun dinamakan istana Kedamaian Naga dan mendirikan sebuah kuil Buddha Long Xiang di atas gunung Naga tersebut.

Pada zaman dahulu juga tidak setiap saat bisa melihat naga, maka penampakan naga pada umumnya dipandang sebagai pertanda rejeki besar. Kaisar Mu Ronghuang dari Yan awal sesudah melihat dengan mata kepala sendiri dua naga terbang dan bersenda-gurau, ia beranggapan ini adalah pertanda rejeki yang ditunjukkan oleh sang Pencipta, lantas mengumumkan amnesti.

Urusan kenegaraan besar seperti amnesti semacam ini semestinya bukan urusan sepele atau dapat diputuskan dengan sembrono, maka itu pencatatan ini seharusnya memiliki tingkat keandalan yang cukup tinggi.

Pencatatan dari kitab Xuan Shi Zhi (宣室志) dari zaman dinasti Tang (618-907) menjelaskan tentang sebuah kejadian penampakan naga. Terdapat kumpulan massa cukup besar dalam waktu bersamaan dengan mata kepala sendiri menyaksikan penampakan sang naga.

Selain itu, naga memiliki hubungan cukup erat dengan perubahan cuaca, tempat yang dilalui naga kadangkala membawa air hujan. Ini juga sesuai cerita dongeng tentang raja naga bertanggung jawab akan turunnya hujan.

Kitab Jia Xing Fu Zhi, Xiang Yi Zhi (嘉興府志,祥異志) dari zaman dinasti Qing (1616-1911) mencatat sebagai berikut:

“Di kabupaten Ping Hu ada naga putih terbang di atas laut, sinar merah yang dipancarkannya mewarnai separuh cakrawala, kala itu Chen Maoxiao (沈懋孝) mencatat, naga tersebut kepalanya setengah menunduk, di tengah kedua tanduknya, berdiri seorang Dewa berbusana ungu dan mengenakan mahkota emas, tubuhnya setinggi satu kaki, tangannya menggenggam pedang. Di bawah kepala naga terdapat seberkas sinar mutiara yang cemerlang, berbentuk bulat, sebesar cawan.”

Di banyak hasil karya seni naga pasti terdapat “mutiara naga”, pencatatan ini telah menggambarkan penampakan mutiara naga dan bentuk eksistensinya.

Pada zaman kuno terdapat cukup banyak catatan tentang penampakan naga, pada artikel ini karena keterbatasan ruang maka tak dapat ditampilkan satu persatu.

Manusia zaman dahulu dan sekarang di dalam konsepnya terdapat perbedaan besar, orang kuno menghormati dan takut kepada sang Pencipta, sedangkan manusia sekarang hanya percaya iptek.

Di dalam konsepnya terdapat kesenjangan besar yang menyebabkan penuturan dan penjelasan terhadap suatu permasalahan yang sama barangkali bisa sangat berbeda.

Pada saat ada orang melihat dengan mata kepala sendiri penampakan sang naga yang langka. Orang kuno memandangnya sebagai kejadian besar dan layak dilakukan pencatatan serta disimpan di kitab kabupaten lokal, bahkan ada yang dicatat di dalam buku sejarah otentik dinasti.
Sedangkan orang zaman sekarang mengenai penampakan naga langsung akan bereaksi curiga berat, dan berusaha menerangkannya dengan fenomena alam dan lain sebagainya.
Berita ganjil kasus penampakan naga di zaman kuno

Peristiwa penampakan naga apakah terbatas hanya terjadi pada zaman dahulu saja? Sesudah dinasti Qing (baca: jing), apakah naga sudah lenyap?

Kenyataanya ialah, selama 100 tahun belakangan ini, penampakan naga masih saja sering terjadi, orang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri ada yang bersedia menjadi saksi mata. Di bawah ini contoh kasus peristiwa ganjil penampakan naga di dunia manusia yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Peristiwa naga jatuh di Ying Kou

Berita “Sheng Jing Times” ketika peristiwa naga jatuh di Ying Kou. (Foto dari internet)

Berita “Sheng Jing Times” ketika peristiwa naga jatuh di Ying Kou. (Foto dari internet)
Pada musim panas tahun 1934, di wilayah Ying Kou (營口), timur laut Tiongkok, telah terjadi naga misterius jatuh dari langit.

Menurut penuturan saksi mata, wujud dan rupa naga itu persis sama dengan yang lazim berada di dalam lukisan. Sesudah naga tersebut jatuh di tanah nampaknya ia sangat lemah dan meronta dengan penderitaan di atas tanah. Matanya tak dapat dibuka, ekornya tergulung dan dua cakarnya berada di depan. Setelah tubuhnya mengeluarkan air, badannya semakin lama semakin kering dan mulai membusuk.

Rakyat kala itu pada umumnya menganggap naga adalah makhluk rejeki, semua orang hendak membantu naga yang terjatuh itu balik dengan segera ke langit.

Sebagian mendirikan atap dari tikar untuk melindunginya dari sengatan matahari, sebagian lagi memikul air mengguyurkannya ke tubuh sang naga, agar tubuhnya terhindar dari dehidrasi. Ada sejumlah biksu dan pendeta Dao berdoa di sebelahnya.

Gerakan merawat sang naga tiada hentinya berlangsung beberapa hari hingga suatu hari sesudah hujan badai reda, naga tersebut sekonyong-konyong lenyap dengan misterius.

Namun setelah lewat 20 hari lebih, sisa jasad naga tersebut (hanya tersisa kerangka dan sejumlah kecil daging busuk), di dalam semak alang-alang berjarak 10 km dari hilir sungai Liao dan me-ngeluarkan bau busuk menyengat.

Peristiwa itu setelah terjadi, menimbulkan kehebohan, orang-orang membahasnya dengan antusias. Sheng Jing Times (盛京時報) kala itu memberitakan dengan judul:

“Salah satu penelitian naga jatuh di Ying Chuan: pernyataan Profesor institut produk air tawar/asin: naga-air tewas kekeringan.”

Isinya sebagai berikut: “Menurut penuturan seksi polisi ke-6, ditemukan sisa tulang naga beberapa hari yang lalu di antara semak kolam kota ini di propinsi Hebei, terkapar di depan lintasan barat laut dan dipertontonkan kepada umum, telah menimbulkan perbincangan janggal, daging sempat membusuk, tersisa kerangka tulang belulang saja. Apakah itu betul-betul tulang naga, masih menjadi perdebatan ramai.”

Kala itu banyak rakyat percaya bahwa itu adalah sisa jasad tulang naga sungguhan, tetapi professor tersebut beranggapan ia adalah jenis naga air, bukannya naga pada umumnya, belum ada definisi tetap.

Dari dalam foto pers tersebut samar-samar bisa kita lihat, kedua tanduk di atas kepala naga persis dengan yang dilukiskan di dalam lukisan. Tanduk tumbuh ke arah belakang, bercabang, mirip tanduk rusa sedangkan di atas kepala jenis naga-air semestinya tidak punya tanduk.
Dua naga hitam dan putih jatuh di desa Hei Shanzi

4 Agustus 2000, setelah hujan lebat lewat, di desa Hei Shanzi, kota Qing Long, propinsi Shan Dong, Tiongkok, seluruh desa bagaikan diselimuti oleh halimun tebal.

Tiba-tiba awan hitam bergelayut di antara langit dan bumi, dengan gerak bergejolak naik-turun yang tak pernah disaksikan sebelumnya semua penghuni rumah menutup rapat pintu mereka tak ada yang berani keluar rumah.

Seorang pemuda berani berusia 20-an keluar dari rumah ingin melihat apa yang terjadi. Ia menjelajahi seluruh desa, selain awan hitam pekat tak dijumpai hal yang tak lazim. Ia berjalan terus dan se-tibanya di luar desa, pemandangan di depan matanya membuatnya terperanjat.

Dua ekor naga masing-masing berwarna hitam dan putih yang terlihat segar bu-gar sedang selonjor di atas tanah! Ia berjalan mendekati dengan sangat hati-hati dan mencermati mereka, tanduk, sisik, cakar dan ekor naga-naga tersebut betul-betul persis seperti di dalam lukisan, hanya jenggotnya saja yang lebih pendek.

Ia lantas berbalik arah dan lari kencang, sambil berteriak, “Cepat keluar lihatlah, naga dari langit jatuh, semuanya cepat lihatlah!”

Setelah mendengar orang-orang berlarian keluar rumah, dalam waktu singkat, kabar mengejutkan itu segera tersiar di seluruh pelosok desa.

Dalam waktu singkat, massa dalam jumlah besar, polisi, pejabat pemerintah berduyun-duyun membanjiri desa kecil tersebut, dalam sekejap desa Hei Shanzi menjadi hiruk pikuk. Pakar yang berkaitan dengan bidangnya juga datang, tetapi mereka mengatakan sejumlah teori yang tak dimengerti orang-orang dan menyangkal eksistensi naga yang tertampak di depan mata.

Dengan cepat polisi menghalau orang-orang pergi, menyisakan ilmuwan menjaga tempat itu. Justru pada saat penjagaan tersebut, naga putih tersebut menghilang pada saat segumpal awan hitam datang terpontal-pontal.

Para petugas tak mampu menjelaskan tentang raibnya si naga putih, juga tak tahu apa yang harus dilakukan terhadap si naga hitam.

Kala itu seorang petani tua berusia 70 tahun berkata, “Saya dengar puluhan tahun yang lalu juga pernah terjadi hal serupa, agar si naga dapat balik maka orang-orang menyiraminya dengan air.”

Ia menyuruh beberapa pemuda mengambil beberapa tikar yang dijadikan sebuah tenda dan menggunakan kendaraan untuk mengangkut air dan menggunakan slang menyirami tikar tersebut. Dari celah tikar air menetes ke tubuh sang naga, maka demikianlah si naga dapat bertahan hidup hingga akhir Agustus 2000.

Berita itu sempat tersiar di internet. Namun kini penulis berusaha mengecek berita seputar tanggal dan lokasi kejadian, tak dapat menemukan lagi pemberitaan yang berkaitan dengan naga. Sepertinya berita sang naga menampakkan diri telah dengan sengaja diblokir (di RRT berita semua media sampai kini masih disensor sangat ketat oleh Partai Komunis China).
Fosil Naga

Selain catatan sejarah, adakah bukti fosil otentik yang bisa membuktikan eksistensi naga?

Pencatatan dalam kitab-kitab kuno tentang penampakan naga yang kemudian kembali lagi ke langit, cukup banyak, biasanya dianggap sebagai pertanda baik. Foto ini merupakan naga yang diawetkan, koleksi kuil Zuiryuji, Osaka, Jepang.

Pencatatan dalam kitab-kitab kuno tentang penampakan naga yang kemudian kembali lagi ke langit, cukup banyak, biasanya dianggap sebagai pertanda baik. Foto ini merupakan naga yang diawetkan, koleksi kuil Zuiryuji, Osaka, Jepang.
Ada, hanya saja sangat jarang ditemukan. Kuil Zuiryuji, Osaka, Jepang, memamerkan sebuah spesimen naga kecil dengan metode pengawetan kering, spesimen naga tersebut konon pada zaman dinasti Ming. Tanpa sengaja telah terjaring nelayan di tepi pantai, kemudian dijual ke Jepang oleh pedagang Tionghoa dan dibeli oleh 萬代籐兵衛, seorang kolektor terkenal Jepang.

Ia menyumbangkannya kepada pihak kuil Zuiryuji yang disimpan hingga saat ini. Spesimen itu melalui penanganan anti pembusukan, kulit luarnya dilapisi dengan serbuk emas, di atas kepala naga tumbuh tanduk, terdapat kumis panjang di sebelah mulutnya, bentuk mata lebar dan besar, keseluruhan tubuhnya bersisik, sangat mirip dengan naga dari hasil karya pahatan. Spesimen hanya sepanjang 1 meter, kemungkinan adalah naga muda yang belum sempat tumbuh besar.
Foto atau film yang berhasil direkam

Meski terdapat saksi mata naga, akan tetapi disayangkan, nyaris tak ada foto naga sungguhan yang tersiar. Di internet ada orang yang menyatakan telah menjepret foto atau film naga beneran, ada sebagian termasuk salah prediksi atau memang pemalsuan, namun juga ada sebagian yang kemungkinan adalah riil.

Terdapat sebuah film konon tentang naga yang terambil gambarnya di saat sebelum hujan badai di atas danau Gao You – propinsi Jiang Su, di dalam film tersebut, sedang terjadi pemandangan ganjil “Naga menyedot air”, ada seekor mahluk berbentuk ular transparan sembari meliuk, ia secepat kilat menembus lapisan awan ke angkasa, ada yang berpendapat, mahluk tersebut adalah naga yang menyembunyikan dirinya di balik lapisan awan.

Pada film lainnya, sang naga juga sama-sama tidak menampakkan wujud aslinya, dengan berwujud badan transparan ia hanya bergerak di lapisan awan. Bentuk dan kondisi tubuh transparan tersebut apabila dicermati, termasuk secara samar-samar dapat terlihat kaki belakang dan tubuh si naga serta gerakannya sewaktu bergerak, misalnya sembari bergerak sembari terjadi petir, boleh dibilang sangat mendekati penuturan orang zaman kuno mengenai naga.

Jika film-film tersebut layak dipercaya, barangkali bisa memberi sebuah benang merah bagi kita yakni: sewaktu naga beraktifitas ia eksis dengan tubuh transparan, kecuali di bawah situasi dan kondisi tertentu, kalau tidak, sulit terekam oleh kamera.
Perenungan misteri naga

Kesimpulan dari tulisan di atas, dari catatan pihak pemerintah maupun kalangan rakyat Tiongkok, penuturan saksi mata dan film sisa jasad tulang naga, semuanya mengindikasikan jejak eksistensi sang naga, karena itu terlihat jelas naga bukannya makhluk hidup hasil imajinasi orang zaman kuno.

Sesuai perkataan beberapa saksi mata berusia lanjut yakni Cai Shoukang, Huang Zhenfu, Zhang Shunxi dan lain-lain yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri pemandangan gaib “naga terbang di langit” saat peristiwa naga jatuh di Ying Kou pada 1934.

“Pada kenyataannya, naga bukan makhluk aneh, mereka itu semacam binatang langka.” Sesuai pengalaman saksi mata, mereka beranggapan, naga betul-betul eksis. Dewasa ini terdapat sebagian pakar Tiongkok menjelaskan peristiwa jatuhnya naga di Ying Kou sebagai kejadian “Ikan paus terdampar”, di-anggap sebagai omongan yang tidak bertanggung ja-wab, demikian pendapat para bapak sepuh tersebut.

Saya beranggapan, pada zaman dahulu sewaktu terjadi penampakan naga di dunia manusia, tukang kayu maupun batu adalah salah satu penonton dari sekumpulan massa yang barangkali sama seperti saksi mata zaman kini, mereka berdasarkan pemandangan yang mereka lihat ini lantas memahat karya seni.

Naga sepertinya memiliki kemampuan menglamuflase diri, kecuali ia rela untuk dilihat, kalau tidak, pada umumnya manusia biasa tak dapat melihatnya. Dewasa ini di dalam film kadang kala naga digambarkan berupa badan transparan, ini juga merupakan penyebab kesulitan dalam memperoleh bukti nyata. Sang naga sepertinya juga bisa memilih apakah ia bisa terlihat oleh manusia atau tidak.

Persis seperti yang dikatakan Einstein: “Ada sebagian orang mengira agama tidak sesuai dengan logika iptek. Saya adalah seorang peneliti ilpek, saya mengetahuinya dengan sangat jelas, ilmu pengetahuan hari ini hanya bisa membuktikan eksistensi suatu makhluk tetapi tak mampu membuktikan ketidak-eksisannya suatu makhluk.”

Apakah naga itu eksis, barangkali sudah melewati lingkup yang bisa dibuktikan oleh ilmu pengetahuan empiris, harus menggunakan sudut pandang dan teori iptek supranatural barulah bisa menjelaskannya dengan sempurna.
Kisah Naga dan Cuaca: Iptek ataukah Legenda

[Di dalam kebudayaan tradisional Tiongkok naga adalah binatang dewata pembawa berkah yang mengendalikan hujan. (AFP) ]

Di dalam kebudayaan tradisional Tiongkok naga adalah binatang dewata pembawa berkah yang mengendalikan hujan. (AFP)

Meskipun ilmu pengetahuan meteorologi sangat maju, namun ramalan cuaca masih saja ada keterbatasannya. Dari dongeng sejak zaman Tiongkok kuno dikatakan naga mengendalikan hujan, sedangkan pada era ilmu empiris zaman moderen ini, masih saja bermunculan kejadian aneh dan ganjil tentang kaitan naga dengan hujan……

Ramalan cuaca hari ini memprediksi hujan akan berhenti, akan tetapi pada malam harinya masih saja hujan, kenapa? Orang zaman sekarang masih saja tidak terlalu jelas bilamana hujan turun, turun berapa lama, berapa lebat, faktor apakah telah membuahkan hasil yang bagaimana, banyak sekali gejala alam semesta, masih berupa misteri bagi umat manusia, iptek telah menempuh ribuan km dalam sehari, namun masih saja banyak fenomena yang tak mampu dipahami melalui iptek zaman sekarang ini, ramalan cuaca hanya bisa dijadikan sebatas referensi saja.

Deng, petugas senior biro cuaca pusat Taiwan, membahas ilmu empiris yang dipergunakan oleh ramalan cuaca beserta kejadian aneh dan ganjil yang berkaitan antara cuaca dan naga.
Titik buta ilmu empiris

Deng berkata, prinsip terjadinya hujan bagi orang zaman sekarang ialah menggunakan pemahaman proses sirkulasi memasak air, yakni kalau panas memuai dan menyusut di kala dingin, sesudah air mendidih, terbentuk uap air, menemui suhu dingin berubah membeku menjadi tetesan air, awan terbentuk oleh tetesan-tetesan air kecil-kecil melalui benturan secara perlahan membesar dan menggumpal, tumbuh semakin besar, kepadatannya semakin besar pula dan warnanya semakin menghitam, maka terbentuklah awan hitam, di saat pemampatan semakin berat dan tak lagi kuat terbebani maka turunlah ia dari langit yaitu yang kita kenal dengan hujan. Ini adalah penjelasan tentang hujan sesuai ilmu empiris.

Akan tetapi, kenapa uap air bisa berkumpul menjadi satu? Mengapa ia tidak bertebaran kemana-mana? Gumpalan awan itu kenapa tidak bisa berlarian ke tempat lain? Mengapa ia menetap di sana?

Untuk hal-hal seperti itu tidak ada penjelasan, hasil yang dilihat oleh mata membuat orang berpikir dan menetapkan hal itu adalah demikian adanya, sedangkan bagian yang tak dapat dijelaskan dan tak dapat dipahami, semuanya dikelompokkan sebagai gejala pembentukan “alam”, inilah titik buta ilmu empiris dewasa ini.

Padahal di dalam ilmu empiris tersimpan secara laten konsep atheisme, turun hujan dianggap sebagai tindakan yang tidak berkesadar-an dan tidak ada kehidupan yang mengendalikannya, namun dongeng dan kenyataan menunjukkan, bahwa dalil ilmu empiris masih terdapat banyak titik-titik keraguan yang tak dapat diurai.
Adakah hubungan antara hujan dan naga?
Senja hari 16 Juni 2008, di pusat telaga Gao You di barat kota Gao You, propinsi Jiang Su muncul fenomena “Naga menyedot air”, dan makhluk menyerupai naga terbang. (INTERNET)

Pada 16 Juni 2008 di atas angkasa telaga Gao You (高郵湖) propinsi Jiangsu, Tiongkok, telah terekam foto makhluk hidup yang dicurigai sebagai naga. Pada senja hari itu, di pusat telaga terlihat pemandangan yang langka selama puluhan tahun, karena angin puting beliung menyedot air dan dibawa ke atas langit, membuat air dan langit seolah tersambung oleh pilar air setinggi seribu meter lebih (di kalangan rakyat Tiongkok, angin puting beliung disebut “Naga Menyedot Air”).

Pada saat itu terlihat dengan jelas seekor makhluk hidup kehitam-hitaman yang mirip dengan naga, secepat kilat menjelajahi awan-awan. Fenomena ganjil “Naga menyedot air” ini lenyap sesudah berlangsung sekitar 10 menit lamanya, setelah itu hujan turun dengan sangat deras.

"Naga menyedot air" adalah sebutan populer untuk angin puting beliung yang muncul dari atas air, dan tersedotlah air oleh angin sampai naik ke angkasa, bersamaan itu juga terdapat awan, air, naga.

Selain itu seorang fotografer pada 22 Juni 2004, di dalam perjalanannya dari Lhasa-Tibet, saat balik ke pedalaman menumpang pesawat, ketika mencapai angkasa di atas gunung salju Tibet, di dalam lapisan awan yang bergejolak tanpa sengaja terjepret olehnya dua ekor naga yang serupa benar dengan yang dari dongeng, dinamakan “naga Tibet”.

Pernah dianggap sebagai makhluk dewata pada zaman kuno namun terekam oleh jepretan kamera manusia zaman moderen, bermakna apakah ini? Apakah naga senantiasa eksis, hanya saja tidak terlihat oleh sebagian besar orang?
Cuaca memberi pertanda apa?

Foto naga sedang terbang menjelajahi awan yang terekam kamera di atas angkasa Tibet. (INTERNET) Foto badan naga yang telah diperbesar. (INTERNET)

Deng juga menyebutkan tentang sebuah stasiun TV yang menayangkan acara dokumentasi seorang Tosu (pendeta taoisme) yang memohon hujan.

Langit cerah yang mestinya tak berawan, sesudah ritual dilakukan oleh sang Tosu, tiba-tiba segumpal awan hitam melayang datang dan turun hujan rintik-rintik sejenak, tosu menjelaskan, “Hujan kecil ini adalah pinjaman, ini semestinya air hujan yang bakal turun, dipinjam dahulu sebentar, terlalu banyak tak diijinkan.”

Ada seorang kultivator, suatu hari di dalam perjalanan pulang menjumpai angin kencang meniup dan bakal turun hujan, sesampainya di rumah ia langsung duduk bersila berlatih meditasi. Dari mata ke tiganya ia melihat di dalam awan tersebut terdapat banyak sekali anak naga sedang bermain, saat itu di luar sedang terjadi hujan angin yang deras sekali.

Menurut kalangan para kultivator, bila saat bermeditasi bisa melihat benda yang tak dapat dilihat oleh mata, hal itu dikarenakan tingkatan kultivator tersebut sedang naik dan daya kemampuan mata ketiganya telah terbuka, sehingga daya kemampuan pemantauannya telah menguat.

Deng mempunyai seorang teman, konon sejak kecil bisa melihat naga, ia mahir melukis naga, dan lukisannya terkesan hidup adalah karena sambil melihat naga sambil melukis.

Teman tersebut menjelaskan bahwa saat hujan petir, pasti ada 3 dewa yang hadir, yakni satu dewa guruh, satu dewi petir, satunya lagi adalah naga, selain itu mereka bertindak sesuai urutan, mula pertama dewi petir yang menguasai petir, disusul dewa guruh melepas guruhnya, kemudian disusul naga bertanggung jawab melepas air hujan, sedangkan volume air hujan konon dikendalikan oleh sang naga.

Tak heran cuaca yang penuh perubahan membuat orang tak mampu menebak dan mengendalikan. Seandainya teori hujan dan cuaca adalah benar dikendalikan oleh kesadaran dewata, maka tak sulit memahami kenapa setelah terjadi uap dapat menggumpal menjadi mega, lalu mega tersebut kenapa bisa berdiam di sana, kenapa bisa menguat menjadi hujan badai, serta gejala curah hujan yang dibawa oleh angin topan, garis perjalanannya, berapa lama berlangsung dan lain-lain, membuat umat manusia yang menepuk dada sendiri bahwa ilmu pengetahuannya telah maju pesat hingga sekarang tak mampu memprediksinya secara akurat.

Terdapat sebuah pepatah di Taiwan: “Apabila orang tidak menuruti kehendak langit maka langit tidak berjalan sesuai hitungan manusia”.

Dewasa ini cuaca berubah semakin lama semakin tidak menguntungkan bagi eksistensi umat manusia, orang juga menyadari bahaya ini dan mulai mengajukan sejumlah upaya untuk memperbaikinya.

Barangkali pemikiran memberlakukan lagi sikap hidup orang kuno tentang manusia agar menyatu dengan langit, maka baru bisa diperoleh inspirasi jelas tatkala sang Pencipta menggunakan cuaca untuk memperingatkan perilaku manusia di bumi.
Persepsi Naga Timur dan Barat Sangat Berbeda

Penggambaran Naga di Timur

Penggambaran Naga di Timur
Di dunia timur, wujud naga mewakili kemuliaan dan kesucian; sedangkan di dunia barat, naga diasosiasikan dengan kejahatan dan api neraka. Mengapa bisa terjadi perbedaan demikian besar? Apakah naga di sini beda dengan naga di sana? Mari kita simak legenda dan catatan dari dunia barat dan timur.

“Naga” di dalam masyarakat Tionghoa, adalah semacam perlambang kemuliaan, rejeki, kewibawaan dan kesucian. Orang Tionghoa menganggap diri mereka sebagai keturunan naga.

Sebaliknya di masyarakat Barat, kesan terhadap naga, adalah semacam iblis dan perlambang kegelapan. Mengapa di Barat dan Timur terdapat perbedaan yang begitu mencolok tentang kedudukan sang naga?
Legenda naga sakti dari Timur

Mengenai legenda “naga timur”, terdapat 4 macam teori:

1. Manusia dan naga satu tubuh

Contoh yang paling gamblang adalah leluhur orang Tionghoa yakni Fu Xi (伏羲) dan Nu Wa (女媧) diyakini berbadan ular, atau disebutkan bertubuh naga.

Yan Shou (延壽), Raja Han Akhir mencatat di dalam kitab Balairung Persembahan Lu Lingguang (魯靈光殿賦): “Melukis langit dan bumi, terlahir aneka macam makhluk, serba berbaur dan aneh, dewa gunung roh samudera. Zaman dahulu kala serba maha luas, pada awal permulaan dunia, 5 naga membandingkan sayapnya, kaisar manusia berkepala Sembilan, tubuh Fu Xi bersisik, tubuh Nu Wa berwujud ular.”

2. Naga adalah penjelmaan kaisar arif bijaksana:

Tercatat di dalam kitab kuno Pencatatan tahunan Zhu Shu (竹書紀年) dan Shan Hai Jing (山海經):
… terutama dijelaskan, Huang Di, Yao, Shun dan Yu (黃帝、堯舜和禹, para kaisar leluhur pada zaman kuno), pada saat kelahiran dan kemangkatannya selalu naga sakti menampakkan diri dan diyakini sebagai berkah.

3. Naga adalah roh sakti:

Di dalam kitab kuno Shan Hai Jing (山海經) oleh Guo Pu (郭璞) disebutkan:
… di zaman Huang Di dan Nu Wa, “naga” senantiasa membantu penguasa meredakan pemberontakan, dari sini terlihat, “naga” memiliki kekuatan gaib nan sakti.

4. Naga adalah satwa sakti yang dikendalikan dewata:

Legenda Li Bai menaiki naga menuju langit.

Legenda Li Bai menaiki naga menuju langit.
Menurut legenda, permaisuri raja Tai Zhen, mahir bermain kecapi, setiap kali main, suaranya merdu sehingga burung-burung berdatangan, sering kali ia menaiki naga putih untuk berkelana ke 4 samudera.

Xiao Shi, mahir bersiul. Kaisar Qin Mugong (秦穆公) menikahkan Nong Yu, sang puteri kepadanya. Xiao Shi mengajarkan isterinya bermain musik, tatkala bermain, ada burung Hong terbang berkunjung dan hinggap di atas loteng, Mugong mendirikan podium burung Hong untuk mereka berdua. Kemudian Nong Yu menunggang burung Hong, sedangkan Xiao Shi menaiki naga dan mereka terbang ke atas serta menuju dunia atas.

Li Bai, sang penyair tersohor, konon pada saat berbincang santai dengan seorang tosu (pertapa taoisme) di atas gunung, baru selesai berbincang, ada orang yang menyaksikan, mereka berdua di tengah awan, bersama-sama mengendarai sang naga menuju langit.
Legenda naga jahat dari Barat

1. Naga si binatang raksasa penjaga pusaka:

Rafael melukis 2 lukisan cat minyak mengenai St. George memerangi naga jahat. (INTERNET)

Rafael melukis 2 lukisan cat minyak mengenai St. George memerangi naga jahat. (INTERNET)
Syair narasi yang ditulis pada abad ke-8, Beowulf, adalah lembaran tertua dari dongeng yang tercatat dalam bahasa Inggris kuno.

Cerita dicatat dari Eropa Utara, pahlawan Beowulf di dalam perang memperoleh kemenangan dan telah mempertahankan pemerintahannya selama 50 tahun, oleh karena seekor naga raksasa penyembur api yang dulunya beristirahat dan menjaga pusaka negara selama 300 tahun, sekali lagi melancarkan serangan.

Ia berperang melawan sang naga raksasa dalam 3 babak, akhirnya si naga terpenggal kepalanya, tetapi Beowulf tergigit oleh si naga raksasa hingga terluka dan cairan racun mematikan telah mengalir di dalam tubuhnya, dan ia meninggal.

Beowulf menjadi pahlawan pembantai naga, sedangkan image negatif naga di dunia barat dengan demikian telah terpateri di dalam memori orang Barat.

2. Naga adalah penjelmaan iblis dan setan:

Di bab 12, paragraf 7–9 Apocalypse Perjanjian Baru:

“Di langit terjadi perang. Michael beserta pasukannya bertempur dengan naga. Si naga juga bertempur beserta kelompoknya. Tidak memperoleh kemenangan maka di langit tiada tempat lagi bagi mereka. Naga raksasa adalah ular kuno tersebut. Juga dinamakan iblis, atau setan, bertugas menyesatkan dunia. Ia dilempar ke atas tanah, beserta kelompoknya.”

Di dalam Alkitab, naga dipandang sebagai iblis, setan, siluman. Bagi orang Eropa (kuno) yang memandang pemikiran agama Kristen sebagai satu-satunya literatur yang benar, maka naga berubah menjadi makhluk yang membuat sengsara umat manusia, ditakuti orang pada umumnya.

Di dalam Apocalypse, naga memiliki 7 kepala dan 10 tanduk, bisa menyesatkan hati orang dan membuat orang memasuki jalan kejahatan, 7 kepala melambangkan 7 dosa besar yang mutlak tak boleh dilanggar, 10 tanduk melambangkan 10 dosa kecil yang kemungkinan telah dilanggar.

Orang berdosa yang terpikat dan melakukan pelanggaran bersama-sama dengan naga akan dimasukkan ke dasar neraka.

3. Tersebarnya kisah legenda pembunuh naga:

Catalonia, Spanyol, di abad pertengahan asalnya adalah sebuah tanah yang subur, naga raksasa yang bisa terbang dan menyelam telah memusnahkan segalanya. Agar rakyat dapat hidup, setiap hari mereka mengantarkan seorang gadis muda dipersembahkan kepada naga raksasa.

Pada suatu hari, sang puteri cantik juga tak luput menjadi tumbal, seorang pendekar dari Inggris yang pandai bertempur, dengan segala daya berduel dengan sang naga, ia menggunakan pedang menusuk jantung si naga raksasa, dalam sekejap darah segar menyembur keluar dari tubuh sang naga dan telah membasahi rerumputan di sekitarnya, akhirnya di atas rumput telah bertumbuhan bunga-bunga mawar merah.

Pendekar yang perkasa telah menyelamatkan sang puteri, ia memetik salah satu bunga merah itu dan diberikan kepada puteri cantik, kedua orang tersebut bersumpah untuk cinta yang abadi.
Naga Timur Berwibawa Dan Penuh Berkah

Naga menjadi salah satu logo Tiongkok, di dalam pameran Expo Aichi – Jepang pada 2005, di atas dinding pavilion stand Tiongkok terlukis sang naga.

Naga menjadi salah satu logo Tiongkok, di dalam pameran Expo Aichi – Jepang pada 2005, di atas dinding pavilion stand Tiongkok terlukis sang naga.
Bentuk luar naga timur bisa kita simak dari kitab kuno zaman dinasti Song, “Er Ya Yi 爾雅翼”yang memberi penjelasan sbb.: “Bentuk lukisan naga tradisional, dikatakan terdapat 3 stop dan 9 mirip, yakni, Dari kepala hingga pundak, dari pundak hingga pinggang, dan dari pinggang hingga ekor, dinamakan saling stop. 9 mirip ialah: Tanduk mirip rusa, kepala mirip unta, mata mirip setan, leher mirip ular, perut mirip kerang, sisik mirip ikan carp, cakar mirip elang, telapak mirip macan, telinga mirip sapi.” Selain itu, Dong Yi di dalam kitab “Kumpulan pedoman melukis naga”mengatakan: “9 mirip ialah: Kepala mirip sapi, mulut mirip keledai, mata mirip udang, tanduk mirip rusa, telinga mirip gajah, sisik mirip ikan, jenggot mirip manusia, perut mirip ular, kaki mirip burung Hong”. Jadi wajah naga timur secara keseluruhan berwujud sangat belas kasih dan berwibawa.

Pernak-pernik “naga”, dimulai dari perhiasan giok, tembikar dll semenjak zaman kuno, sudah dipergunakan secara massal, bahkan kemudian kesenian di dalam kaligrafi, melukis, busana dll, meski bentuk naga mengikuti perkembangan setiap dinasti, terdapat pula beberapa perubahan yang berbeda, tetapi perlambang dongeng“naga”, di dalam hati orang Tionghoa, senantiasa mempunyai posisi yang tak tergoyahkan. Kehidupan keseharian seseorang, tak lepas dari sandang, pangan, papan dan bepergian, nyaris semuanya tertera stempel kebudayaan naga, sudut pandang kebudayaan naga dan kesadaran estetika kebudayaan naga, semuanya telah meresap di berbagai wilayah dan berbagai bidang kebudayaan masyarakat.

Bahkan pengaruh itu meliputi seluruh bangsa Asia, termasuk Jepang dan Korea serta wilayah pemukiman dan kota Pecinan yang ditempati perantau Tionghoa di berbagai negara dunia. Setiap tempat yang bersentuhan dengan kebudayaan Tionghoa tak luput dari eksistensi naga ini.
Naga Barat Yang Jahat dan Buruk Rupa

Penampilan naga jahat penyembur api sesuai legenda barat.

Penampilan naga jahat penyembur api sesuai legenda barat.
Naga barat memiliki tubuh yang kekar, leher yang panjang dan kasar, memiliki tanduk atau kepala yang bergerigi, gigi yang runcing, dan sebuah ekor berbentuk anak panah panjang. Ia melangkahkan kakinya dengan kuat dan kokoh, menggunakan sepasang sayap raksasa bak sayap kelelawar untuk terbang, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan sisik yang melindungi tubuh. Matanya terbentuk dari 4 lapis kelopak, 3 diantaranya transparan, bisa melindungi mata dari gangguan, telinga bisa digerakkan buka-tutup, tetapi tidak semua naga memiliki daun telinga. Gigi yang runcing dan tajam biasanya bisa ditarik melengkung ke dalam guna merobek mangsanya. Tanduknya memiliki cakar. Dus, tampang naga barat secara keseluruhan berpenampilan jahat dan mengerikan.


Orang Tionghoa di daratan sekarang menyebut PKC (Partai Komunis China) sebagai naga merah yang jahat. Karena PKC haus darah dan kekerasan disamping gemar mengenakan lambang warna merah dan dengan brutalnya menindas rakyat sendiri, terutama manusia yang beriman. Gereja rumahan di Tiongkok daratan merasakan sendiri kejahatan si naga merah dan pada umumnya menganggap PKC adalah naga merah raksasa sesuai yang ditulis di “Apocalypse.” – Alkitab. Sejumlah besar kultivator juga berpendapat mundur dari organisasi PKC dapat menghapus stempel hewan “naga merah” PKC yang di-stempelkan pada manusia. Sesuai “Alkitab”, setan dan iblis akan dimusnahkan pada saat pengadilan terakhir, stempel hewan ini adalah surat jalan turun ke neraka bersama dengan setan iblis. Ini juga membuktikan partai komunis bukanlah bagian dari kebudayaan Tiongkok, ia sesungguhnya adalah produk yang disiarkan dari barat.
Hubungan Naga dan Tuhan Di Barat dan Timur

Totem naga yang digunakan oleh para kaisar zaman kuno dan rakyat jelata dibedakan dengan jumlah cakar/kaki naga. Naga sebelum zaman dinasti Tang (abad ke 7-10) bukan monopoli kaisar, itulah sebabnya rakyat pada umumnya diperkenankan menggunakan 3 kaki naga yang kala itu biasa digunakan.

Pada masa dinasti Song (960-1279), secara mencolok naga telah menjadi perlambang monopoli kaisar, “wujud naga dimuliakan”, istana memerintahkan pelarangan penggunaannya bagi rakyat dan pejabat. Tetapi di dalam kehidupan sehari-hari naga tetap berperan sangat penting dalam pemanjatan doa, permohonan hujan dll, sehingga pelarangan secara total penggunaan logo naga di kalangan rakyat menjadi tidak mungkin, maka dilakukan siasat pembagian terhadap peran naga, kalangan rakyat mulai menggunakan Chi 螭 (naga legendaris tanpa tanduk) menggantikan naga.

Pada dinasti Yuan (1206-1368), pemerintah malah melarang pejabat dan rakyat menggunakan naga berkaki lima dan bertanduk sepasang sebagai perhiasan/dekorasi, meski dilarang-larang, namun pelanggaran marak terjadi, di bawah keterpaksaan, pemerintah akhirnya mengalah, memperkenankan pengurangan satu kaki sebagai pembedaan, itulah mengapa pada zaman dinasti Yuan terdapat naga dengan wujud 3, 4 atau 5 kaki.

Pada awal dinasti Ming (1368-1644), di bawah ketetapan khusus pendiri dinasti Ming, Zhu Yuanzhang, dilakukan 2 pembagian, bentuk naga dengan 5 kaki hanya melambangkan image kaisar sedangkan naga berkaki 3 dipergunakan bagi rakyat, situasi pengurangan satu kaki sebagai makhluk Chi/phyton sampai pertengahan dinasti Ming baru ditemukan. Pada masa pemerintahan dinasti Qing, ditentukan pemerintah, naga tetap naga, Chi/python tetap Chi/phyton, perbedaan antara keduanya hanya pada satu kaki saja.

Naga timur adalah makhluk surgawi sakti yang mendampingi dewata naik ke langit dan menyebarkan konsep agama Buddha dan Dao, dimana manusia mampu berkultivasi hingga memperoleh buah sejati (hasil akhir sejati), dengan mengendarai dan diantar naga menjadi Buddha dan Dewa naik ke langit. Naga barat adalah penjelmaan setan yang menggoda manusia untuk berbuat dosa dan masuk ke neraka, serta memerangi Tuhan, berlawanan dengan Tuhan yang menghendaki manusia harus waspada untuk tidak melanggar pelarangannya, agar jangan tergoda untuk melakukan dosa. Peran yang dimainkan oleh naga barat dan timur bertolak belakang, tetapi semuanya berkaitan dengan ajaran ketuhanan, dari sini terlihat hubungan naga dengan Tuhan selamanya tak bisa dipisahkan, hanya tergantung peran berlawanan atau berdampingan.

Di dalam zaman globalisasi ini, kebudayaan barat dan timur saling berbenturan dan menyelaraskan, apabila orang barat dikarenakan perbedaan kebudayaan kemudian salah paham terhadap naga timur, kita seyogyanya menggunakan semacam sikap yang lebih lapang dada dalam menghadapinya. (Epochtimes/Whs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar