欢迎..............欢迎..............欢迎


Senin, 09 Agustus 2010

BARONGSAI : Ritual atau Hiburan?


Tak ada acara istimewa pada Imlek saat ini. Yang benar itu syukuran Imlek. Kami lebih bersyukur kepada Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan kepada kami, kata Ketua Masyarakat Agama Kong Hu Chu Indonesia (Makin) Surabaya, Bingky Irawan.

Menurutnya, tak ada hiburan yang bakal memarakkan Imlek karena yang dimaksud dengan Imlek sesungguhnya adalah Barongsai itu sendiri. “Telah terjadi salah paham bila Barongsai dianggap sebagai hiburan.” Menurut Bingky, Barongsai adalah bagian dari acara ritual yang dimaksudkan untuk membersihkan roh jahat.

Dalam legenda Tionghoa, Barongsai tergolong binatang gaib yang muncul setiap 500 tahun sekali. Binatang berkepala kijang dengan satu tanduk dan bersisik ular itu adalah perlambang munculnya pemimpin baru.

Pertunjukan Barongsai dan Liong Samsi konon pertama kali di Nusantara ketika menyambut kedatangan seorang duta dari negeri Cina. Namanya, Sam Pok Kong. Dia juga dikenal sebagai duta, jenderal panglima perang yang taat menjalankan syariat Islam. Meski seorang muslim, dia juga mempelajari kepercayaan Budha dan Tao.

Masyarakat pesisir di Jawa Tengah menyebut Sam Pok Kong sebagai Kiai Dampo Awang. Sedang warga Jepara memberi nama Laskar Jepara. Petilasan yang masih tersisa, jangkar kapal, masih tersimpan di museum Kartini Jepara. Jangkar satunya ada di Klenteng Gedong Batu Semarang. Sam Pok Kong sendiri meninggal di negeri asalnya sana, sepulang dari Jawa.

Barongsai sendiri, menurut sinolog UI AS Udin ada dua macam. Pertama, Barongsai dalam bentuk singa dan paling banyak dimainkan. Kedua, Barongsai bentuk naga (Liong Samsi) yang muncul pada upacara penobatan kaisar Tionghoa. Naga – binatang khayalan yang dimitoskan – menjadi lambang kebesaran kaisar Tionghoa.

Sedangkan singa, kata Udin, sebenarnya merupakan jelmaan dari anjing Tibet yang disebut shicu. Anjing kecil bergrmbos di bagian lehernya ini – bentuknya sedikit lebih besar dari kucing – selalu mengiringi para bhiksu Tibet dalam acara-acara keagamaan, terutama saat mereka bepergian jauh. Dalam perjalanan itu, apabila para bhiksu menghadapi rintangan shicu pun berubah bentuk menjadi singa.

Barongsai, menurut Sarwono Setiabudi (tokoh seni asal Salatiga), merupakan perpaduan dari berbagai binatang: moncong kuda, kepala kura-kura, tanduk rusa, mata kelinci, kuku garuda. Sedang bentuk ular bersisik ikan. Dan punggungnya bergigi seperti buaya. “Ini melambangkan persatuan, kebhinekatunggalikaan,” katanya.

Jumlah pemain Barongsai sedikitnya sembilan orang. Mereka meliuk-liuk, menari gerakan naga raksasa sepanjang 21 meter. Sedang Liong Samsi, hewan singa yang melambangkan “mutiara sakti”. Sosok hewan ini – dalam tampilannya menggambarkan perjuangan mengejar cita-cita yang tak pernah puas. Ini melambangkan keuletan hidup tanpa mengabaikan jiwa persatuan.

Vampire Tiongkok

Tanya:
Saya sering melihat film Hong Kong tentang vampire Tiongkok yang berpakaian seragam hitam-hitam dan melompat2. Apakah benar vampire seperti itu ada? Apakah benar mayat dapat dihidupkan untuk melompat sendiri ke kuburannya di Tiongkok zaman dulu?

Jawab:

Vampire atau zombie nampaknya ada di setiap kebudayaan di dunia. Di Barat kita mengenal Dracula dari Transylvania. Untuk vampire Cina ini kerap disebut sebagai jiang-shi. Sebenarnya cerita tentang vampire ini merupakan semacam cerita legenda di masyarakat. Memang ada literatur sejarahnya namun cuma tercatat di dalam sejarah tidak resmi jadi cuma berupa catatan pengalaman dari seseorang. Perlu diketahui, catatan sejarah di Tiongkok dibagi atas 2 bagian besar, catatan resmi dari kamar sejarah kekaisaran dan catatan tidak resmi yang sumbernya dari masyarakat. Yang terakhir ini disebut "Wai-shi" atau "Ye-shi" yang artinya Catatan Tak Resmi.

Vampire dalam kebudayaan Tionghoa sebenarnya adalah sebutan untuk jenazah yang dikuburkan di tempat yang sangat kering, kurang lembab untuk memungkinkan organisme kecil membusukkan jenazah sehingga beberapa tahun berlalu, jenazah tadi tetap saja seperti sediakala. Jenazah seperti ini mengandung dan menyebarkan sejenis racun. Ini tidak heran karena mayat biasapun memang mengandung racun.

Karena ketakutan psikologis masyarakat zaman dulu terhadap kegelapan, kemudian ada cerita bahwa jenazah tadi dapat bangun dan mencari mangsanya berupa manusia hidup untuk dihirup darahnya dan
dimakan dagingnya. Bila terkena racun jenazah tadi, korbannya juga akan menjadi vampire sejenis. Ini lumrah saja dalam kehidupan masyarakat zaman dulu dan ada di kebudayaan manapun tidak terkecuali. Pakaian vampire hitam-hitam yang seperti kita lihat di film-film HK adalah pakaian pejabat kekaisaran Dinasti Qing, jadi itu cuma semacam skenario film dan bukan pakaian seragam dari vampire Tiongkok.

Jadi, sampai di sini jelas sudah. Vampire melompat2 seperti yang digambarkan dalam film2 buatan Hong Kong itu tidak pernah ada dan hanya rekaan manusia saja.

Mengapa digambarkan melompat-lompat?

Ini untuk mencocokkan deskripsi bahwa vampire (jiang-shi) itu adalah mayat yang telah kaku dan kering sehingga tak dapat berjalan layaknya manusia. Penggambaran hantu yang berbentuk halus adalah dapat terbang dan melayang, namun karena vampire ini adalah berbentuk nyata, sehingga tentu saja tidak dapat melayang atau terbang ke sana kemari.

Namun benarkah ada mayat yang bisa bangun di dalam sejarah Tiongkok?

Mengenai mayat yang bisa bangun, saya rasa itu cuma sesaat (spontan) dan ini ada penjelasan ilmiahnya. Beberapa waktu lalu saya ada melihat acara TV di sini yang mengundang dokter visum terkenal. Ia menjelaskan bahwa dalam pengotopsian jenazah, apalagi bila waktu hujan dimana kelembaban udara
dan keadaan elektrostatik di udara mendukung untuk itu, jenazah bisa tergerak untuk sesaat karena pengaruh elektrostatik tadi. Ini terutama terjadi di zaman dulu di mana belum ada air-conditioner dan perlengkapan memadai untuk sebuah ruang otopsi. Penjelasan elekrostatik ini juga cocok untuk cerita bahwa jenazah bisa bangun bila dilompati seekor kucing di atasnya atau bila jenazah kena sinar bulan untuk jangka waktu tertentu di zaman dulu.

Bagaimana pula dengan cerita bahwa ada mayat bisa digiring untuk pulang ke kampung halamannya di Tiongkok sana?

Menurut ilmu shamanisme Tiongkok, seseorang punya 3 roh jiwa dan 7 roh jasmani. Nah, dikatakan bahwa seseorang berilmu tinggi dapat membangkitkan jenazah bila ia dapat mengontrol 7 roh jasmani suatu jenazah. Saya tidak akan menyinggung ini lebih jauh karena saya bukan ahlinya. Namun cerita bahwa ada mayat yang bisa digiring pulang ke kampung halamannya memang santer dan populer di daerah Hunan, Tiongkok pada zaman Qing sampai sebelum 1950-an. Saya pastikan ini adalah cerita bohongan karena cerita ini disebar oleh para anggota Triad maupun penyelundup barang-barang untuk melancarkan pergerakan dan kerja mereka di malam hari. Cerita ini demikian populernya sehingga penduduk tidak berani keluar rumah pada malam hari, juga akan menghindar bila ada sekelompok "mayat" sedang berjalan dengan kaku di kegelapan malam di jalan2 di pedesaan.

Di dalam literatur apa cerita mengenai vampire ini tercatat?

Mengenai literatur yang mencatat mengenai vampire ini, adalah dalam buku "Shu Yi Ji" yang merupakan buku sejarah tidak resmi tentang seluruh kejadian aneh di Tiongkok pada zaman pemerintahan Kaisar Shunzhi sampai Kaisar Kangxi di zaman Dinasti Qing. Dalam buku sejarah ini menyebutkan ada desa vampire di selatan propinsi Hunan sekarang pada awal Dinasti Qing.

Rinto Jiang

Kilin

Kie Lin (Hokkian), Chi Lin (Mandarin) dikatakan orang Barat sebagai unicorn-nya mitologi Chinese. Kie Lin adalah salah satu dari binatang lambang mitologi Chinese selain naga dan phoenix.

Liong (Hokkian) = Long (Mandarin) = Naga
Hong (Hokkian) = Feng (Mandarin) = Phoenix

Di dalam cerita Sam Kok (Romance of Three Kingdoms), Xu Shu bertemu dengan Lui Bei dan menyarankannya untuk mencari bantuan Zhuge Liang dan Pang Tong. Ia menyebut Zhuge Liang sebagai Sleeping Dragon dan Pang Tong sebagai Blooming Phoenix.

Kie Lin Tunggangan Para Dewa
Kompas, 31 Januari 2003

Dalam legenda Cina dikenal ada binatang yang menjadi tunggangan para dewa. Binatang yang mendapat kepercayaan untuk mengantar para dewa ke mana pun mereka pergi itu bernama Kie Lin. Kie Lin ini merupakan binatang yang mewakili 18 binatang yang ada di dunia.

Selain patung batu Kie Lin, yang bisa ditemui di depan pintu masuk sebuah klenteng atau beberapa tempat lainnya, patung Kie Lin juga bisa didapati di dalam klenteng. “Seperti yang diduduki Ji Lay Nan U Fuk atau Buddha-nya orang Cina. Jadi bukan Buddha India yang biasa disebut She Cia Moni Fuk,” jelas Krisna Warih, ahli feng shui dan ngoheng peji.

Karena merupakan tunggangan dewa maka Kie Lin ini juga memiliki daya magis. Pertunjukan Kie Lin ini juga sangat langka. Di wilayah Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang dan Bekasi) saja, bisa dibilang Kie Lin ini hanya ada di Bogor seperti yang dimiliki Perguruan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih Bogor.

“Itu pun karena Kie Lin ini dipilih ayah (Guru Besar PGB Bangau Putih Bogor, Subur Rahardja) sebagai lambang perguruan kami. Kalau tidak, mungkin Kie Lin ini tidak ada sama sekali di daerah Jabotabek,” tutur Gunawan Rahardja yang kini menggantikan kedudukan ayahnya.

Daya magis Kie Lin ini bisa terlihat bila sudah diniatkan untuk ditampilkan kepada umum. “Biasanya akan turun hujan, entah hujan deras atau gerimis, pasti akan terjadi,” ucap Virja Surja Tonowidjaja, pelatih utama Tunas Jaya Wushu yang terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Hal itu memang terjadi ketika PGB Bangau Putih Bogor, Sabtu (25/1), akan mengganti Kie Lin lama, lambang perguruan mereka, dengan Kie Lin yang baru. Hujan deras turun sebelum Kie Lin lama dan Kie Lin baru PGB Bangau Putih Bogor di bawa Ho Tek Bio (klenteng kecil) yang terletak di dekat Kebun Raya Bogor.

Sebagai binatang dewa, Kie Lin sendiri bentuknya sepintas mirip singa. Tetapi, bila dilihat secara agak mendetail maka terlihat kalau sebagian tubuh Kie Lin ini mewakili ke-18 binatang yang ada di bumi.

Seperti badannya yang merupakan badan kuda tetapi memiliki sisik ular dan sisik ikan. Buntutnya pun dari kura-kura. Keempat kakinya juga berbeda semuanya. Ada yang berupa kaki burung hong (rajawali), kaki macan, kaki kerbau, dan kaki menjangan.

Kedua matanya yakni mata kepiting, dengan telinga mewakili telinga kelinci serta bertaring macan. Sedangkan jenggot dan mulutnya merupakan mulut singa serta pipinya pipi naga. Kie Lin ini juga memiliki tanduk bercabang dua yang merupakan tanduk rusa.

“Warna Kie Lin biasa diambil dari salah satu warna lima unsur yang ada di bumi,” kata Gunawan. “Bisa hijau yang merupakan unsur langit atau organ paru-paru dalam tubuh manusia. Bisa juga warna biru (air/tenggorokan), merah (bumi/dubur), kuning (alam/jantung) dan oranye (gunung/perut). Kebetulan yang dipilih perguruan kami itu warna hijau,” jelas anak keempat almarhum Subur Rahardja.

Berat Kie Lin ini biasa antara tujuh sampai delapan kilogram dengan panjang badannya sekitar 156 sentimeter. Tetapi, dengan kemajuan teknologi Kie Lin pun kini semakin ringan. “Sekarang beratnya antara tiga sampai lima kilogram saja,” kata Surja.

Sekali pun beratnya berkurang, tetap saja mereka yang ingin memainkan Kie Lin harus menguasai ilmu silat. “Sebenarnya bisa saja dimainkan oleh orang awam. Tetapi, karena beratnya tentu yang memainkannya pun harus kuat dan gesit. Sehingga, bisa tahan lama mainnya serta indah gerakannya,” ucap Surja yang juga pelatih Pelatnas Wushu.

“Tetapi, kalau di tempat kami, sudah dipilih suhu masing-masing pasangannya. Setiap pasang akan memainkan Kie Lin dengan jurus yang berbeda. Ada yang membawakan dengan jurus empat penjuru atau jurus bulan purnama,” kata Peter, pemuda Kelurahan Lebak Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, yang sudah berguru di PGB Bangau Putih Bogor sejak empat tahun lalu.

Cuma, memang berbeda, tambah Peter. “Kalau latihan itu bisanya kami cuma tahan lima menit saja. Tetapi, kalau sedang pertunjukan seperti ini bisa bertahan sepuluh sampai dua puluh menit tanpa terasa lelah. Entah itu karena kami ditonton atau karena memang sudah mendapat hu (jimat) setelah didoakan di klenteng.”

Memang, sebelum melakukan pertunjukan, Kie Lin lebih dulu harus disembahyangkan di klenteng. Baru setelah itu, sang Biku akan menempelkan hu di kepala Kie Lin.

KIE Lin ini bisa dibuat sendiri atau bisa juga dibeli. “Kalau dibuat sendiri biayanya hanya sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta saja. Tetapi, kalau beli, ya bisa sampai Rp 10 juta,” jelas Peter.

“Tetapi, kalau beli Kie Lin impor harganya bisa sampai Rp 20 juta-an. Biasa kita beli dari Malaysia dan dikirim lewat Singapura. Walau mahal, tetapi sudah lengkap dengan tambur besar-kecil berikut simbal besar-kecilnya,” tambah Surja.

Kie Lin PGB Bangau Putih Bogor yang baru menurut Peter dibuat bersama seorang rekannya yang juga murid PGB Bangau Putih Bogor dalam waktu satu tahun. “Kerangka bagian kepalanya dibikin dari bambu.”

Selain sukar, pembuatan bagian kepala itulah yang paling lama. “Karena akan makan waktu delapan bulan sendiri. Sedangkan untuk membuat badannya tidak begitu sulit,” ujar Peter.

Begitu pula dengan tamburnya, PGB Bangau Putih Bogor juga membuatnya sendiri. “Di sini, yang biasa menangani semua hal yang berhubungan dengan seni, ya Peter itu,” ucap Guru Besar PGB Bangau Putih Bogor.

SEPERTI Kie Lin, Liong atau Naga juga dipercaya sebagai hewan tunggangan para dewa. Kalau Kie Lin biasa dipergunakan Ji Lai Nan U Fuk, maka Liong biasa digunakan Dewi Kwan Iem atau Dewi Welas Asih.

Dalam hikayat Cina kuno yang kadang masih dipercaya para penganut Sam Kaw, dikisahkan bahwa dulu kala ada Ta Lu Wang (Raja Langit) yang memiliki sembilan anak. Kesembilan Liong itu kemudian diutus ke bumi. Enam Liong diminta menjaga ke enam benua yang ada di bumi dan tiga lainnya menjaga ke tiga samudera yang ada.

“Itu sebabnya kalau kemudian terjadi gempa atau letusan gunung berapi itu tidak lain disebabkan oleh bergeraknya Liong di tempat bersangkutan,” kata Krisna yang tinggal di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Prosesi Liong sebelum dimainkan pun tidak berbeda dengan prosesi Kie Lin. Hanya pemainnya saja yang jauh lebih banyak Liong dibandingkan pemain Kie Lin. Untuk memainkan Liong sepanjang apa pun biasanya dilakukan dalam jumlah yang ganjil. Liong dalam ukuran normal itu panjangnya mencapai 20 meter.

Bagian kepalanya itu beratnya bisa sampai 15 kilogram. “Dahulu kerangka kepalanya dibuat dari rotan, makanya berat sekali. Tetapi, sekarang bisa juga dibuat dari rautan bambu dan dengan kertas yang lebih tipis, jadi beratnya pun semakin berkurang antara 10 sampai 12 kilogram saja,” jelas Surja.

Saat memainkannya pun biasa. Kalau pemain Liong bertemu dengan yang memainkan Kie Lin maka yang memainkan Kie Lin harus memberi hormat kepada Liong. “Sebab, dari umurnya Liong jauh lebih tua dari pada Kie Lin. Cuma, sekarang ini tata aturan tersebut sudah tidak diketahui anak-anak muda yang memainkan Kie Lin. Makanya sering terjadi pemain Kie Lin-nya berjatuhan karena memang masih ada daya magis-nya tadi,” kata Surja.

Seharusnya, tambahnya, hal ini bisa dimanfaatkan juga untuk mendatangkan hujan. “Apa lagi seperti kemarau yang kita alami baru lalu merupakan kemarau panjang. Rasanya bila hal tersebut benar-benar dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar, kan bisa saja dimainkan Kie Lin atau Liong yang ada di kelenteng setempat.”

WALAU sama-sama merupakan kendaraan para dewa tetapi Kie Lin dan Liong jarang bisa dijumpai muncul bersamaan. Sebab, kemunculan Kie Lin itu hanya pada waktu tertentu saja.

Sedangkan kehadiran Liong dapat kita saksikan menjelang dan selama Sin Cia (tahun baru Cina). Saat muncul pada perayaan Sin Cia itu Liong bersama-sama dengan Barongsai. “Kehadiran Liong maupun Barongsai saat itu tidak lain untuk membantu manusia mengusir arwah jahat yang berada di dalam rumah maupun di daerah tempat tinggal mereka,” kata Surja.

Apa pun bentuknya, tentu kesempatan untuk memanfaatkan Kie Lin maupun Liong sangat terbuka bagi siapa pun. Selain bisa membantu sektor pariwisata, yang tengah terpuruk, juga bisa membantu petani kita yang tergantung pada hujan. Pintu sudah terbuka tinggal bagaimana keduanya saling menghilangkan rasa curiga yang masih ada di antara mereka.
Karena, bagaimanapun budaya Cina adalah bagian dari budaya dunia yang akan tetap hidup.

Sin Cun Kiong Hi… (KORANO NICOLASH LMS)

Kuncir (Taucang)

Tanya:
Dalam kesempatan ini saya ingin minta sharing Anda tentang kuncir (taucang?) yang dimiliki para pria di masa lalu. Bisakah Anda memberikan ulasan, latar belakang, makna, waktu, serta mengapa dan kapan akhirnya kebiasaan itu tak lagi berlanjut.
Informasi ini saya sampaikan, karena dalam waktu dekat saya akan menulis artikel singkat, dengan sedikit menyinggung masalah kuncir ini.

Jawab:
Kuncir (taucang) pria Tionghoa di zaman dulu hanya ada di zaman Qing (1644 – 1911). Kuncir ini sebenarnya merupakan salah satu bagian dari mode rambut orang Manchuria. Batok kepala dibagi 2, depan dan belakang. 1/2 bagian depan kepala dibotakkan sedangkan rambut di 1/2 bagian belakang kepala dibiarkan panjang dan dikuncir (diikat).Kuncir Qing
Asal mula kuncir menjadi tradisi mode orang Manchuria menurut catatan sebuah buku mengenai orang Manchu yang pernah saya baca adalah dikarenakan kebiasaan dan budaya orang Manchu. Orang Manchu berasal dari Tiongkok Timur Laut dekat perbatasan Korea. Asalnya dari suku Nujen, suku ini salah satu suku dalam Dinasti Ming. Suku Nujen asalnya dari Kerajaan Kim. Kerajaan Kim ini adalah kerajaan yang disinggung dalam Pendekar Pemanah Rajawali-nya Jin Yong yang mengambil latar belakang sejarah Dinasti Song.
Orang Manchuria bersama orang Mongol adalah sama2 suku bangsa yang mahir berkuda. Untuk memudahkan, maka rambut depan mereka dibotakkan dan bagian belakang diikat, bila tidak, rambut akan tertiup angin kencang ke sana kemari. Orang Mongol juga punya kebiasaan menguncir rambut karena kebiasaan berkuda ini. Orang Han tidak seberapa mahir berkuda dibandingkan Mongol dan Manchuria. Orang Han yang berkuda biasanya cuma memakai serban (sarung ikat kepala) untuk mengikat rambut mereka. Lama kelamaan, tradisi menguncir rambut ini menjadi kebiasaan dan budaya orang Manchuria.
Kaisar ketiga Dinasti Qing, Sunzi atas bantuan Wu San-gui berhasil menerobos Tembok Besar dan menguasai Beijing tahun 1644. Untuk memperkuat legitimasi penaklukan atas orang Han, Sunzi memerintahkan semua orang Han harus memangkas rambutnya sesuai tradisi kuncir orang Manchuria. Banyak yang melawan perintah ini dan harus dipenggal. Semboyan waktu itu adalah “ingin rambut, penggal kepala; ingin kepala, pangkas rambut”. Banyak juga yang langsung membotakkan kepala dan menjadi biksu untuk menunjukkan perlawanan. Ini sebabnya mengapa ada orang Tionghoa yang ber-toucang, ada yang tidak di Indonesia. Yang ber-taucang adalah yang datang antara abad 18 sampai awal abad 20. Yang datang sebelumnya tidak mengenal cara ber-taucang dan yang sesudahnya sudah meninggalkan tradisi ber-taucang.
Penghujung abad 19 dan awal abad 20. Korupsi di dalam birokrasi dan penjajahan setengah oleh bangsa Barat menjadikan Tiongkok menjadi bangsa yang lemah. Tahun 1911, Sun Yat-sen melancarkan revolusi Xinhai dan berhasil menumbangkan Dinasti Qing. Sun Yat-sen adalah salah satu yang menolak berkuncir sebagai bentuk perlawanan terhadap Dinasti Qing. Setelah Republik China berdiri, otomatis tradisi kuncir ini juga hilang dengan sendirinya pada orang Manchuria sekalipun.

Rinto Jiang
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13512

————————–
Tanggapan: Kuncir sebagai penghinaan
Apakah dengan latar belakang ini maka dikatakan bahwa kuncir ini dikatakan sebagai simbol penghinaan terhadap orang Han?
Bila “ya” adakah analogi taucang ini dengan simbolisasi penghinaan lain, umpamanya yang diberlakukan kepada masyarakat negro pada masa lalu?
Salam,
PUJI H

Rinto Jiang :
Puji-xiong,
Penghinaan, saya kurang begitu setuju atas kata penghinaan. Menurut saya, alasan Kaisar Shunzi memerintahkan kebijakan ini hanya alasan politis, untuk menunjukkan legitimasi penaklukan atas orang Han. Qing didirikan dengan menumbangkan Ming yang dianggap merupakan dinastinya orang Han. Jadi, sebenarnya tidak usah ada kebijakan kuncir ini, orang Han sudah merasa terhina dengan diskriminasi yang dilakukan oleh Shunzi.
Shunzi merupakan kaisar ketiga dinasti Qing, namun adalah kaisar pertama yang membawa pemerintah Manchu ke Beijing. Di sana, orang Manchu memerintah, berkuasa namun mereka tak dapat mengubah kenyataan bahwa mereka adalah minoritas. Itu makanya, mereka meluncurkan banyak kebijakan diskriminasi, misalnya orang Manchu (karena minoritas) tidak usah bekerja dan ditanggung biaya hidupnya oleh negara dan banyak privilese lainnya.
Mereka mengadopsi tata cara pemerintahan orang Han karena merasa gaya pemerintahan ini lebih “modern” dibanding punya mereka. Mereka menggunakan bahasa Han sebagai bahasa pemerintahan. Bahasa Manchu cuma digunakan sebagai bahasa rahasia di antara pejabat tinggi pemerintahan. Semua ini harus diimbangi dengan infiltrasi kebudayaan mereka ke dalam kebudayaan Han yang besar itu. Makanya mereka berusaha mengubah tata cara berpakaian orang Han dan memaksakan tata cara berpakaian ala Manchuria. Paling tidak, bila benar kebudayaan Manchu punah atau pudar, ada sisa2 yang tertinggal di dalam kebudayaan Han. Jadi, bila mau dianggap sebagai satu penghinaan, saya lebih suka menganggap ini satu macam peningkatan harga diri suku Manchu. Tentu saja ini pendapat subjektif dari saya. Masih banyak orang yang menganggap ini perusakan harga diri orang Han. Namun menurut saya, masa lalu tetap masa lalu. Tidak perlu dendam ini diteruskan ke anak cucu. Orang Manchu juga adalah pendiri Republik China serta RRC yang sekarang. Bahasa dan kebudayaan Manchu juga sudah hampir punah dan sedang digalakkan revitalisasinya oleh pemerintah RRC.
Orang Han baru mulai dipulihkan hak-hak mereka setelah pemerintahan Kaisar Yongzheng dan Qianlong. Yongzheng mulai menggunakan menteri2 orang Han. Jenderal Han kesayangannya, Nian Geng-yao membantunya menekan pemberontakan orang Uigur di Xinjiang. Gubernur di tiap propinsi terdiri dari 2 orang, 1 pejabat militer orang Manchu dan 1 pejabat sipil orang Han.
Namun, Qianlong tetap orang Manchu. Tahun ke-5 pemerintahan Qianlong (1740) , Kumpeni membunuhi orang2 Tionghoa di Batavia. Setelah itu, Belanda takut Qing akan membalas dendam karena itu segera mengeluarkan petisi minta maaf kepada Kaisar Qianlong. Namun oleh Kaisar Qianlong yang jelas tahu bahwa orang Tionghoa di Batavia mayoritas adalah orang Han dari selatan, ia cuma merespon dingin atas peristiwa pembantaian tadi. Pada masa pemerintahan Qianlong, wilayah kekaisaran Qing lebih luas daripada wilayah RRC yang sekarang.
Analogi untuk kebijakan kuncir? Saya kira orang Afrika Amerika di masa lalu tidak pantas dibandingkan dengan masalah ini karena Afrika Amerika adalah minoritas juga berbeda dalam status. Sedangkan Han adalah mayoritas yang ditaklukkan. Yang satu masalah kemanusiaan, yang satu masalah politis.

Rinto Jiang

Tai Jiao (pendidikan janin)

Jauh sebelum orang-orang modern memahami pentingnya pendidikan janin, orang-orang Tiongkok kuno sudah menyusun cara-cara pendidikan janin dan pendidikan bayi.

Istilah Tai Jiao atau pendidikan janin sudah dirangkum dan dicatat dalam buku Fu Ren Liang Fang(terapi bagi ibu) bagian Tai Jiao Men Lun (pembahasan Pendidikan Janin) oleh Chen Zi Ming , seorang tabib terkenal pada masa dinasti Song.
Anjurannya antara lain adalah , ketika ibu sedang mengandung , harus memperhatikan perbuatan baik , berujar yang baik, sering membaca syair-syair yang mengandung isi yang baik , mengenakan batu giok di pinggang agar janin bisa tenang.

Tabib terkenal Sun SeMao dalam buku Qian Jin Fang mengatakan bahwa Yang Tai (memelihara janin) merupakan hal yang penting bagi ibu-ibu yang sedang hamil.
Dalam masa hamil , dianjurkan agar ibu-ibu sering berdoa , membaca buku-buku Confucius dan berujar agar anaknya menjadi orang baik serta sering memainkan alat musik yang bersifat tenang. Dengan musik , dipercaya bahwa nantinya anak yang lahir akan menjadi cerdas.
Musik-musik yang bersifat menggelora dipercaya akan membuat janin menjadi aktif dan bergerak. Musik yang bersifat menggelora biasanya diberikan pada saat bayi tersebut lahir dan masih berusia muda sekali. Bahkan ada yang mengatakan bahwa raja Zhou Wang sudah dididik sejak janin oleh ibunya.

Pendidikan dimulai pada saat umur 3 tahun, biasanya dengan mempelajari buku-buku klasik , permainan menebak lentera , bermain perang-perangan kadang pada kasus tertentu sudah diajarkan rumus matematika Zhou.

Prinsip-prinsip kuno mengenai pendidikan janin dapat kita lihat di etnis Tionghoa. Rata-rata mereka yang hamil menghindari hal-hal yang bisa membangkitkan amarah , belajar bersabar , tidak melihat pembunuhan atau pemotongan binatang , berkata baik. Sayangnya mereka tidak menyadari latar belakang yang menyebabkan timbulnya pantangan terutama wanita hamil.

Saya berpendapat bahwa wanita hamil sebaiknya :
1.mendengar musik yang lembut , menenangkan hati dan untuk bayi bolehlah memberikan musik yang menggelora agar aktif.
2.tidak melihat atau menonton film-film yang bersifat kejam
3.sering berdoa atau membaca buku-buku yang mengajarkan kebaikan
4.sering berkata kepada janinnya agar menjadi orang baik dan berbudi luhur

Selamat mencoba resep kuno ini.

Adat Kematian


Kita sering melihat upacara kematian Suku Tionghoa di tempat-tempat/ruang duka di rumah-rumah sakit. Kelihatannya begitu ramai oleh aneka perhiasan rumah-rumahan dengan perlengkapannya dan upacara yang bising serta pakaian duka cita yang dipakai oleh anak, menantu dan cucu-cucunya.

Tetapi sebagian besar dari kita bertanya-tanya dan belum tahu apa arti semua itu?
Adat upacara kematian suku Tionghoa dilatarbelakangi oleh kepercayaan mereka.

Mereka mempercayai bahwa dalam relasi seseorang dengan Tuhan atau kekuatan-kekuatan lain yang mengatur kehidupan baik langsung maupun tidak langsung, berlaku hal-hal sebagai berikut :
• Adanya reinkarnasi bagi semua manusia yang telah meninggal (cut sie)
• Adanya hukum karma bagi semua perbuatan manusia, antara lain tidak mendapat keturunan (ko kut)
• Leluhur yang telah meninggal (arwah leluhur) pada waktu-waktu tertentu dapat diminta datang untuk dijamu (Ce’ng be’ng)
• Menghormati para leluhur dan orang pandai (tuapekong)
• Kutukan para leluhur, melalui kuburan dan batu nisan yang dirusak (bompay)
• Apa yang dilakukan semasa hidup (di dunia) juga akan dialami di alam akhirat. Kehidupan sesudah mati akan berlaku sama seperti kehidupan di dunia ini namun dalam kualitas yang lebih baik.

UPACARA-UPACARA YANG DILAKSANAKAN DALAM KEMATIAN
Upacara kematian terdiri atas empat tahap yaitu :

A. Belum masuk peti

* Semenjak terjadinya kematian, anak-cucu sudah harus membakar kertas perak (uang di akhirat ) merupakan lambang biaya perjalanan ke akhirat yang dilakukan sambil mendoakan yang meninggal.
* Mayat dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian tujuh lapis. Lapisan pertama adalah pakaian putih sewaktu almarhum/almarhumah menikah. Selanjutnya pakaian yang lain sebanyak enam lapis.
* Sesudah dibaringkan; kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga, diberi mutiara sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
* Di sisi kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka kedua kaca harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain.

B. Upacara masuk peti dan penutupan peti

* Seluruh keluarga harus menggunakan pakaian tertentu. Anak laki-laki harus memakai pakaian dari blacu yang dibalik dan diberi karung goni. Kepala diikat dengan sehelai kain blacu yang diberi potongan goni. Demikian pula pakaian yang dipakai oleh anak perempuan namun ditambah dengan kekojong yang berbentuk kerucut untuk menutupi kepala. Cucu hanya memakai blacu, sedangkan keturunan ke empat memakai pakaian berwarna biru. Keturunan ke lima dan seterusnya memakai pakaian merah sebagai tanda sudah boleh lepas dari berkabung.
* Mayat harus diangkat oleh anak-anak lelaki almarhum. Sementara itu anakperempuan, cucu dan seterusnya harus terus menangis dan membakar kertas perak, di bawah peti mati. Mereka harus memperlihatkan rasa duka cita yang amat dalam sebagai tanda bakti (uhaouw). Bila kurang banyak (tidak ada) yang meratap, maka dapat menggaji seseorang untuk meratapi dengan bersuara, khususnya pada saat tiba waktunya untuk memanggil makan siang dan makan malam.>
* Sesudah masuk peti, ada upacara penutupan peti yang dipimpin oleh hweeshio atau cayma. Bagi yang beragama Budha dipimpin oleh Biksu atauBiksuni, sedangkan penganut Konfusius melakukan upacara Liam keng.Upacara ini cukup lama, dilaksanakan di sekeliling peti mati dengan satusyarat bahwa air mata peserta pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai mayat. Dalam upacara ini juga dilakukan pemecahan sebuah kaca/cermin yang kemudian dimasukkan ke dalam peti mati. Menurut kepercayaan mereka, pada hari ke tujuh almarhum bangun dan akan melihat kaca sehingga menyadarkan dia bahwa dirinya sudah meninggal.
* Bagi anak cucu yang “berada” (kaya), mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup almarhum. Semuanya harus dibuat dari kertas. Bahkan diperbolehkan diisi secara berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga. Semua perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
* Setiap tamu-tamu yang datang harus di sungkem (di soja) oleh
* anak-anaknya, khusus anak laki-laki.
* Di atas meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan yang menjadi kesukaan semasa almarhum masih hidup.
* Upacara ini berlangsung berhari-hari. Paling cepat 3 atau 4 hari. Makin lama biasanya makin baik. Dilihat juga hari baik untuk pemakaman.
* Selama peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada orang yang meninggal di rumah tersebut.

C. Upacara pemakaman
• Menjelang peti akan diangkat, diadakan penghormatan terakhir. Dengan dipimpin oleh hwee shio atau cayma, kembali mereka melakukan upacara penghormatan.
• Sesudah menyembah (soja) dan berlutut (kui), mereka harus mengitari peti mati beberapa kali dengan jalan jongkok sambil terus menangis; mengikuti hwee shio yang mendoakan arwah almarhum.
• Untuk orang kaya, diadakan meja persembahan yang memanjang ?2 sampai 5 meter. Di atas meja disediakan macam-macam jenis makanan dan buah-buahan. Pada bagian depan meja diletakkan kepala babi dan di depan meja berikutnya kepala kambing. Makanan yang harus ada pada setiap upacara kematian adalah “sam seng”, yang terdiri dari lapisan daging dan minyak babi (Samcan), seekor ayam yang sudah dikuliti, darah babi, telur bebek. Semuanya direbus dan diletakkan dalam sebuah piring lonjong besar.
• Putra tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu yang diberi sepotong kertas putih yang bertuliskan huruf Cina, biasa disebut “Hoe”. Ia harus berjalan dekat peti mati, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain. Begitu peti mati diangkat, sebuah semangka dibanting hingga pecah sebagai tanda bahwa kehidupan almarhum di dunia ini sudah selesai.
• Dalam perjalanan menuju tempat pemakaman, di setiap persimpangan, semua anak harus berlutut menghadap orang-orang yang mengantar jenasah. Demikian pula setelah selesai penguburan.
• Setibanya di pemakaman, kembali diadakan upacara penguburan. Memohon kepada dewa bumi (“toapekong” tanah) agar mau menerima jenasah dan arwah almarhum, sambil membakar uang akhirat.
• Semua anak – cucu tidak diperkenankan meninggalkan kuburan sebelum semuanya selesai, berarti peti sudah ditutup dengan tanah dalam bentuk gundukan. Di atas gundukan diberi uang kertas perak yang ditindih dengan batu kecil. Masing-masing dari mereka harus mengambil sekepal /segenggam tanah kuburan dan menyimpannya di ujung kekojong.
• Setibanya di rumah, mereka harus membasuh muka dengan air kembang. Sekedar untuk melupakan wajah almarhum.

D. Upacara sesudah pemakaman
• Semenjak ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus memakai pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang dilikatkan di lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria, seperti : merah, kuning, coklat, oranye.
• Waktu perkabungan berlainan lamanya, tergantung siapa yang meninggal,
• untuk kedua orangtua, terutama ayah dilakukan selama 2 tahun.
• untuk nenek dan kakek dilakukan selama 1 tahun.
• untuk saudara dilakukan selama 3 atau 6 bulan.
• Di rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur almarhum. Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum masih hidup.

Upacara sesudah pemakaman biasanya terdiri dari :
• Meniga hari (3 hari sesudah meninggal)
Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga menangis dan meratap sambil membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.

• Menujuh hari (7 hari sesudah meninggal)
Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.

• 40 hari sesudah meninggal
Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.

• Tiap-tiap tahun memperingati hari kematian
Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan. Bagi keluarga yang berada, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah
berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas )

Adat & Tradisi: Apa dan Mengapa Seputar Imlek


Posted on Saturday, October 02 @ 13:26:59 PDT by xuan-tong
Adat Istiadat & Tradisi: Apa itu dewa dapur dan mengapa harus mengantarnya?

Dewa dapur itu adalah dewa kuno bahkan sejak dinasti Xia sudah ada penyembahan terhadapNya. Kitab klasik Li Ji sudah mencatat bahwa dewa dapur atau Zhao Jun itu adalah Zu Rong.

Kitab2 lainnya adalah kitab Zhuang Zi bab Da Sheng menulis “Zhao You Ji” dan dijelaskan secara spesifik oleh Sima Biao bahwa ” Ji itu adalah Zhao Shen (zhao Jun ) mengenakan jubah merah serta cantik”. Kitab Bao Pu Zi juga menjelaskan masalah Zhao Jun ini bahwa Zhao Jun mencatat perbuatan2 manusia.

Dewa dapur merupakan dewa utama dari 5 dewa rumah, dewa rumah itu adalah sbb: dewa sumur, dewa tiongcit, dewa pintu dan dewa kamar mandi. Dinasti Qing mengenal istilah 3 Zun dan 6 shen dimana 3 zun itu adalah Guan Yin dan 2 pengiringNya (Jin Tong Yu Nu) serta 5 dewa rumah, dimana dewa pintu itu ada 2(sepasang).

Kebiasaan membersihkan rumah pada tanggal 23 dan 24 itu adalah berasal dari legenda bahwa jaman dahulu itu manusia memiliki dewa yang disebut san shi shen yang mengikuti manusia bagaikan bayangan. Dewa ini adalah dewa yang reseh serta suka mengadu yang tidak2 kepada Yu Di. Lama kelamaan image manusia di mata Yu Di ini menjadi buruk. Suatu hari SanShi Shen ini mengadu kepada Yu Di bahwa manusia itu sukanya mengutuk Yu Di serta berencana melawan kekuasaan YuDi. Yu Di amat marah mendengar hal itu lantas membuat tanda sarang laba2 dirumah2 yang hendak dibantai. Dan memerintahkan Wang LingGuan utk membantai manusia pada tgl.30 dirumah2 yang ditandai dengan sarang
laba2 itu.

San ShiShen amat senang dan tidak pandang bulu semua rumah ditandai dengan sarang laba2. Zhao Jun mendengar hal ini amat sangat terkejut dan membuat suatu rencana bahwa pada tgl 23 hingga tgl 30 (hari menjemput Zhao Jun) semua rumah harus membersihkan dari segala macam kotoran dan semua rumah harus sudah bersih pada tgl.30. Jika tidak bersih pada tgl. 30 Zhao Jun tidak akan mau datang kerumah itu.
Hal ini dilaksanakan oleh semua manusia dan ketika tgl.30 Wang Ling Guan datang utk memeriksa amat terkejut melihat semua rumah bersih dan org2 bersembayang kepada para leluhur serta meminta perlindungan utk tahun depan, semoga tahun yang baru membawa harapan yang baru (Xin Nian Ru Yi).

Wang Ling Guan melaporkan hal ini kepada Yu Di, membuat Yu Di marah besar dan memeriksa San Shi Shen serta menggampar mulutnya sebanyak 300 kali dan menghukumnya di penjara langit selama2nya.

Kebiasaan membersihkan rumah ini menurut catatan kitab kuno Lu Si Cun Qiu sudah ada sejak jaman pemerintahan Yao dan Sun.

Kisah2 Zhao Jun mencatat perbuatan manusia juga sudah ada sejak lama.
Pada masa dinasti Ming dan Song kebiasaan mengantar Zhao Jun itu selalu disertai arak dan mengoleskan arak diseluruh rupang atau tulisan /papan dewa Zhao Jun. Dengan harapan Zhao Jun mabok dan tidak bisa melaporkan hal2 buruk manusia dengan baik.
Pada masa dinasti Ming dan Qing itu kebiasaan berubah menjadi menorehkan madu dan mempersembahkan yang manis2 kepada Zhao Jun.

Bbrp kisah menarik diantara kisah-2-nya adalah:
- pada masa dinasti Ming diceritakan bahwa ada satu pelajar yang hendak memperkosa pembantunya tapi untunglah si pembantu berhasil meloloskan diri. Pada saat kejadian itu istri si pelajar bermimpi ada 2 org yang sedang bercakap2, yang satu adalah Zhao Jun dan satunya adalah pembantunnya (Zhao Jun ada 2 pembantu yaitu Shan Guan dan E Guan). Pembantunya berkata ,”Org seperti ini perlukah kita putuskan garis keturunan atau memotong umurnya?” Zhao Jun berkata ,”Jgn dahulu, lebih baik kita lihat saja apakah org tersebut bisa menyesal atau tidak.” Istri si pelajar kaget dan esoknya menceritakan mimpinya kepada suaminya.

Sang suami amat terkejut dan tidak menyangka perbuatan buruknya bisa dicatat oleh Zhao Jun. Seketika itu dirinya amat ketakutan dan insaf atas perbuatan buruknya, ia juga menikahkan pembantunnya dengan pasangan yang cocok. Sejak hari itu pula ia banyak berbuat baik dan berusaha menjauhi kejahatan.

Kemudian istrinya bermimpi lagi bertemu dengan Zhao Jun. Zhao Jun berkata, “Bersyukurlah suamimu tidak lagi melakukan perbuatan buruk serta banyak berbuat baik bahkan menikahkan pembantunya dengan pasangan yang cocok. Atas perbuatan baik ini Saya khusus melaporkan hal ini kepada Yu Di dan minta agar umur suamimu diiperpanjang.”

- Kitab dinasti Han mencatat pada masa pemerintahan Xuan Di ada org bernama Yin ZhiFang melihat penampakan Zhao Jun. Yin adalah org yang miskin tapi baik hati.
Ketika itu Yin amat sangat kaget dan sujud. Saat itu pula ia memotong anjing peliharaannya untuk dipersembahkan pada Zhao Jun. Zhao Jun amat terharu dan memberi rejeki kepada Yin ZhiFang sehingga Yin menjadi org yang kaya raya tapi tetap baik hati dan rajin beramal serta rendah hati.

- Pada masa dinasti Qing upacara pengantaran Zhao Jun ke surga sudah amat umum bahkan cenderung berlebihan dan berbau menyogok Zhao Jun agar menceritakan hal2 yang baik saja. Zhao Jun diceritakan amat marah kepada satu keluarga yang berkelahi melulu, tidak akur sesama saudara, berlaku kejahatan, menyebar gosip2 yang tidak benar serta tidak mau berbuat baik, hobbynya menyogok para dewa.

Zhao Jun diceritakan menampakkan diri dan mengatakan, “Tidak perduli seberapa besar persembahanmu kepadaKu, tidak perduli berapa banyak hartamu, tidak perduli seberapa tinggi kedudukanmu. Hal2 itu tidak akan menggoyahkan diriKu utk mengatakan hal2 sebenarnya. Perbuatan2 baik dan menghindari perbuatan2 buruk itulah persembahan utkku. Jika kalian bisa berubah pada hari penyambutan diriKu , maka AKU akan
melindungi keluarga kalian.”

Dari cerita2 diatas, bisa kita ambil hikmahnya bahwa upacara pengantaran Zhao Jun pada tgl 23-24 itu adalah upacara intropeksi diri kita dan pada tgl.30 upacara penyambutan Zhao Jun adalah upacara bagi diri kita agar bisa berbuat baik lebih banyak lagi. Persembahan sederhana tapi tulus lebih berharga daripada persembahan
mewah.

Membersihkan rumah, mencat dan memperbaiki rumah selama 6 hari adalah hal yang dapat dikatakan kita juga merawat rumah yang telah kita diami selama setahun itu.

Pangkat dalam tradisi kematian Tionghoa

Tanya:

Dalam adat tradisional Tionghoa mengenai kematian, sering kita lihat keluarga yang ditinggalkan mendiang akan mengenakan pangkat di lengan atau di topi. Apa perbedaan masing2 pangkat? Apa maknanya?

Jawab:

Yah, di dalam tradisi kematian orang Tionghoa memang banyak pernak-pernik simbolisasi. Pangkat di lengan anggota keluarga yang ditinggalkan bermacam2, namun pada dasarnya adalah kain goni, kain polos warna biru tua, biru muda, kuning maupun merah muda. Sebenarnya pangkat di lengan ini adalah penyederhanaan dari pernak-pernik ritual asalnya. Ini erat kaitannya karena di Indonesia beriklim tropis sehingga tidak cocok mengenakan baju berlapis2.

Kapan tradisi ini mulai dilaksanakan?

2500 tahun lalu pada zaman Zhou, anggota keluarga yang ditinggalkan harus mengenakan pakaian dari kain goni dan pakaian warna lainnya selama bertahun2 sesuai tingkat hubungan dengan mendiang. Anak kandung harus mengenakan baju berkabung selama 3 tahun berturut2, anak perempuan yang telah menikah boleh menanggalkan baju berkabung setelah 1 tahun, cucu-cucu dan keponakan/kemenakan boleh menanggalkan baju berkabung setelah 3 bulan. Seluruhnya ada 5 tingkat dengan jangka waktu dan tingkatan perkabungan yang berbeda2. Di masa berikutnya, ritual ini mengalami penyederhanaan.

Tradisi pangkat yang paling sering ditemukan sekarang?

Sekarang ini, yang sering ditemukan di Indonesia adalah anggota keluarga yang berkabung memakai pakaian putih2 dari kain blacu lalu mengenakan pangkat di lengan. Ada keluarga yang mengenakan dengan aturan “laki2 di kiri, perempuan di kanan”, namun ada pula yang mengenakan secara seragam di kiri atau di kanan saja. Ini adalah penyederhanaan dari ritual ribuan tahun lalu, yang diharuskan mengenakan baju dari kain goni sebagai tanda berkabung.
\n
\nPerbedaan dan tingkat generasi dari masing2\npangkat?
\n
\nPada dasarnya ada 6 jenis pangkat di lengan atau di topi bagi anggota\nkeluarga dekat dari\nmendiang:
\n
\n- Potongan goni kasar, untuk anak laki2 dan menantu perempuan.
\n- Potongan goni halus, untuk anak perempuan yang telah menikah keluar.
\n- Potongan kain biru tua, untuk cucu dalam (anak dari anak laki2).
\n- Potongan kain biru muda, untuk cucu luar (anak dari anak perempuan).
\n- Baju kaos berwarna kuning, untuk cicit dalam (cucu dari anak laki2).
\n- Baju kaos berwarna merah muda, untuk cicit luar (cucu dari anak\nperempuan).
\n
\nTambahan, dalam keluarga tertentu, bila mendiang mempunyai cicit\nbiasanya pada prosesi pemakamannya dilengkapi dengan sebuah kereta\ntandu dari kertas dengan 4 orang cicit sebagai penandu. 2 orang cicit\ndalam di depan dan 2 orang cicit luar di belakang, penandu harus\nmerupakan cicit laki2. Saya sendiri punya pengalaman menjadi penandu di\ndepan bersama adik laki2 saya sepeninggal kakek dan nenek buyut. Namun\ntentunya karena jarak antara rumah duka dan pemakaman relatif dekat,\nbila jauh sekali tetap saja tandu harus diikat di mobil jenis pick-up\nuntuk diantar sampai ke pemakaman.
\n
\nAda pula pangkat lain untuk anggota keluarga yang lebih jauh.
\n
\n- Potongan goni halus + kain biru tua, untuk keponakan (yang semarga\ndengan mendiang).
\n- Potongan goni halus + kain biru muda, untuk keponakan (yang tidak\nsemarga dengan mendiang).
\n- Baju kaos berwarna biru, untuk anak dari keponakan.
\n- Baju kaos berwarna kuning, untuk cucu dari keponakan.
\n
\nLebih kurang seperti di atas, namun pada suku2 tertentu atau keluarga\ntertentu ada perbedaan sedikit di dalam realisasinya.
\n
\nBila telah memeluk agama lain, apakah tradisi ini\nharus ditinggalkan?
\n
\nIni adalah sebuah peninggalan budaya, ritual budaya, jadi tidak ada\nhubungannya dengan ritual keagamaan sehingga tidak ada alasan untuk\nmeninggalkan warisan tradisi ini. Tradisi khas ini menunjukkan bakti\ndari anggota keluarga yang ditinggalkan kepada mendiang.”,1]
);

//–>

Perbedaan dan tingkat generasi dari masing2 pangkat?

Pada dasarnya ada 6 jenis pangkat di lengan atau di topi bagi anggota keluarga dekat dari mendiang:

- Potongan goni kasar, untuk anak laki2 dan menantu perempuan.
- Potongan goni halus, untuk anak perempuan yang telah menikah keluar.
- Potongan kain biru tua, untuk cucu dalam (anak dari anak laki2).
- Potongan kain biru muda, untuk cucu luar (anak dari anak perempuan).
- Baju kaos berwarna kuning, untuk cicit dalam (cucu dari anak laki2).
- Baju kaos berwarna merah muda, untuk cicit luar (cucu dari anak perempuan).

Tambahan, dalam keluarga tertentu, bila mendiang mempunyai cicit biasanya pada prosesi pemakamannya dilengkapi dengan sebuah kereta tandu dari kertas dengan 4 orang cicit sebagai penandu. 2 orang cicit dalam di depan dan 2 orang cicit luar di belakang, penandu harus merupakan cicit laki2. Saya sendiri punya pengalaman menjadi penandu di depan bersama adik laki2 saya sepeninggal kakek dan nenek buyut. Namun tentunya karena jarak antara rumah duka dan pemakaman relatif dekat, bila jauh sekali tetap saja tandu harus diikat di mobil jenis pick-up untuk diantar sampai ke pemakaman.

Ada pula pangkat lain untuk anggota keluarga yang lebih jauh.

- Potongan goni halus + kain biru tua, untuk keponakan (yang semarga dengan mendiang).
- Potongan goni halus + kain biru muda, untuk keponakan (yang tidak semarga dengan mendiang).
- Baju kaos berwarna biru, untuk anak dari keponakan.
- Baju kaos berwarna kuning, untuk cucu dari keponakan.

Lebih kurang seperti di atas, namun pada suku2 tertentu atau keluarga tertentu ada perbedaan sedikit di dalam realisasinya.

Bila telah memeluk agama lain, apakah tradisi ini harus ditinggalkan?

Ini adalah sebuah peninggalan budaya, ritual budaya, jadi tidak ada hubungannya dengan ritual keagamaan sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkan warisan tradisi ini. Tradisi khas ini menunjukkan bakti dari anggota keluarga yang ditinggalkan kepada mendiang.
\n
\nPresiden ROC (Taiwan), Chiang Kai-shek dan Chiang Ching-kuo adalah\npemeluk agama\nKristen yang taat, pada masa perkabungan mereka, seluruh instansi\npemerintah dan rakyat yang ikut berkabung mengenakan kain pangkat\nsebagai\ntanda berkabung sepeninggal mereka. Demikian pula sepeninggal Mao\nZedong atau Zhou Enlai, banyak rakyat yang mengenakan pangkat seperti\nini sebagai ungkapan tanda belasungkawa. Jadi tidak ada hubungannya\ndengan keagamaan. Analoginya adalah pengibaran bendera setengah tiang\nsebagai tanda berkabung di Indonesia. Saya melihat terkadang ada orang\nTionghoa yang telah menganut agama lain lalu merasa segala tradisi kuno\nleluhur harus ditinggalkan karena tidak bersesuaian dengan agama yang\ndianutnya. Menurut saya, ini adalah sedikit pemikiran kebablasan\ndikarenakan\nketidakmengertian akan makna dari tradisi Tionghoa.

Presiden ROC (Taiwan), Chiang Kai-shek dan Chiang Ching-kuo adalah pemeluk agama Kristen yang taat, pada masa perkabungan mereka, seluruh instansi pemerintah dan rakyat yang ikut berkabung mengenakan kain pangkat sebagai tanda berkabung sepeninggal mereka. Demikian pula sepeninggal Mao Zedong atau Zhou Enlai, banyak rakyat yang mengenakan pangkat seperti ini sebagai ungkapan tanda belasungkawa. Jadi tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Analoginya adalah pengibaran bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung di Indonesia. Saya melihat terkadang ada orang Tionghoa yang telah menganut agama lain lalu merasa segala tradisi kuno leluhur harus ditinggalkan karena tidak bersesuaian dengan agama yang dianutnya. Menurut saya, ini adalah sedikit pemikiran kebablasan dikarenakan ketidakmengertian akan makna dari tradisi Tionghoa.

Rinto Jiang

Lun gwee: Bulan kabisat dalam kalender Imlek


Tanya:
Kita mengenal istilah lun-gwee di dalam kalender Imlek. Apa sebenarnya lun-gwee ini? Mengapa harus ada lun-gwee? Mengapa lun-gwee kelihatan sepertinya tidak beraturan penentuannya?
Chinese calendar symbol
Jawab:
Masalah lun-gwee telah beberapa kali dibahas di milis oleh Bung KH, Bung Chris dan lain2nya dalam pembahasan tentang kalender Tionghoa. Sekarang saya akan coba membahas masalah lun-gwee saja.
Lun-gwee dapat dikatakan adalah bulan kabisat dalam kalender Imlek. Di dalam kalender Gregorian (Masehi) kita kenal tahun kabisat, di mana setiap 4 tahun sekali ada 29 hari dalam bulan Februari. Di dalam kalender Imlek, kita kenal bulan kabisat, di mana ada 2 bulan yang sama dalam setahun, artinya 1 tahun Imlek tersebut mempunyai 13 bulan.

Mengapa harus ada lun-gwee?

Lun-gwee ini ada di dalam kalender Imlek karena kalender Imlek adalah kalender lunisolar, kalender yang mendasarkan perhitungannya atas pergerakan bulan dan matahari. Memperhitungkan matahari karena Tiongkok adalah negara agraris di mana pergantian musim sangat penting untuk memutuskan waktu mulai menanam dan memanen. Juga memutuskan tanaman apa saja yang cocok untuk ditanam untuk musim berbeda.

Namun, kalender lunar yang mendasarkan perhitungan atas gerakan bulan cuma punya 29.5 hari dalam 1 bulan atau 354 hari dalam setahun. Sedangkan pergerakan matahari adalah 365.25 hari dalam setahun. Sehingga ada beda 11.25 hari antara setahun kalender lunar dengan kalender matahari. Lun-gwee kemudian ditambahkan ke dalam tahun Imlek untuk sinkronisasi perhitungan atas pergerakan bulan dengan pergerakan matahari itu. Berdasarkan perhitungan, maka ada 7 bulan kabisat yang perlu ditambahkan dalam periode 19 tahun Imlek.

Ini penting dan juga merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa tahun baru Imlek pasti jatuh pada musim semi, walaupun kalender Imlek kelihatan mendasarkan perhitungannya pada pergerakan bulan.

Tambahan dari KH:

Dasar penentuan adanya 7 runyue 閏月 [Hokkian: lungueq] dalam 19 tahun adalah:

1. Pada kalender matahari (yangli 陽曆) [Hokkian: Yanglek], 1 tahun terdiri dari 365.2422 hari.

Dalam 19 tahun = 19 x 365.2422 = 6939.6018 hari

2. Pada kelender bulan (yinli 陰曆) [Hokkian: Yimlek], 1 bulan = 29.53 hari, 1 tahun = 12 bulan = 12 x 29.53 = 354.3671 hari

Dalam 235 bulan = 6939.6884 hari, di mana 235 bulan = 19 x 12 + 7 = 19 tahun tambah 7 lungueq

Bagaimana cara penetapan lun-gwee?

Penetapan lun-gwee tidak tentu, sekitar 2 atau 3 tahun sekali ditambahkan 1 bulan kabisat pada tahun Imlek tersebut. Misalnya tahun 2004, ada 2 bulan 2 (lun ji-gwee), tahun 2006 ada 2 bulan 7 (lun chit-gwee) dan tahun 2009 ada 2 bulan 5 (lun go-gwee).

Penentuan bulan apa yang akan menjadi bulan kabisat ini tidak tentu dan tidak beraturan, namun ada aturannya. Pada dasarnya kaitannya erat dengan periode matahari. Periode matahari adalah istilah lain dalam kalender Imlek, ada 24 periode matahari dalam setahun. 2 periode matahari yang terkenal misalnya Ceng-beng dan Tang-che. Ceng-beng ziarah ke makam selalu jatuh pada tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya, sedang Tang-che makan ronde tetap jatuh pada tanggal 21 atau 22 Desember setiap tahun.

Jarak antar periode matahari pada dasarnya adalah 15.75 hari, namun jumlah hari pada 1 bulan Imlek hanya 29.5 hari, sehingga berdasarkan perhitungan setiap 2 atau 3 tahun sekali akan ada 1 bulan yang tidak punya periode matahari genap atau sederhananya, ada bulan Imlek yang hanya punya 1 periode matahari. Bulan inilah yang harus di-kabisat-kan.

Tambahan dari KH:

Yanglek terdiri dari 24 jieqi 節氣.

1. Lichun 立春 4 Feb
2. Yushui 雨水 19 Feb
3. Jingzhe 驚蜇 6 Mar
4. Chunfen 春分 21 Mar
5. Qingming 清明 5 Apr
6. Guyu 谷雨 20 Apr
7. Lixia 立夏 6 Mei
8. Xiaoman 小滿 21 Mei
9. Mangzhong 芒種 6 Jun
10. Xiazhi 夏至 22 Jun
11. Xiaoshu 小暑 7 Jul
12. Dashu 大暑 23 Jul
13. Liqiu 立秋 8 Agu
14. Chushu 處暑 23 Agu
15. Bailu 白露 8 Sep
16. Qiufen 秋分 23 Sep
17. Hanlu 寒露 8 Okt
18. Shuangjiang 霜降 24 Okt
19. Lidong 立冬 8 Nov
20. Xiaoxue 小雪 22 Nov
21. Daxue 大雪 7 Des
22. Dongzhi 冬至 22 Des
23. Xiaohan 小寒 6 Jan
24. Dahan 大寒 20 Jan

Sebenarnya 24 jieqi ini terdiri dari 12 jieqi 節氣 (24 jieqi urutan ganjil) dan 12 zhongqi 中氣 (24 jieqi urutan genap).

Ada 4 titik utama dari 12 Zhongqi, yaitu:

1. Chunfen 春分, ketika matahari di atas garis katulistiwa

2. Xiazhi 夏至, ketika matahari di atas garis balik utara (23.5 LU)

2. Qiufen 秋分, ketika matahari di atas garis katulistiwa

4. Dongzhi 冬至, ketika matahari di atas garis balik selatan (23.5 LS)

Bulan tambahan (lungueq) adalah bulan yang tidak mempunyai zhongqi (wuzhongqi 無中氣). Pada prinsipnya peluang terjadinya lungueq pada bulan 1 atau 12 itu tetap ada, tetapi lebih kecil.

Kecepatan revolusi bumi thd matahari itu tidak konstan. Sesuai dengan hukum Kepler kedua, luas bidang lintasan revolusi bumi yang sama, ditempuh pada waktu yang sama pula. Artinya ketika jarak bumi-matahari lebih pendek, bumi berevolusi lebih cepat.

Jarak bumi-matahari lebih dekat pada Qiufen-Dongzhi-Chunfen, sehingga waktu pada 24 jieqi dalam peride Qiufen-Dongzhi-Chunfen lebih pendek daripada Chunfen-Xiazhi-Qiufen.

Berikut ini adalah waktu (dalam hari) antara zhongqi :
Zhongqi, Nama, (waktu zhongqi)

1. Yushui 雨水 19 Feb, (29.97)
2. Chunfen 春分 21 Mar, (30.47)
3. Guyu 谷雨 20 Apr, (30.97)
4. Xiaoman 小滿 21 Mei, (31.34)
5. Xiazhi 夏至 22 Jun, (31.44)
6. Dashu 大暑 23 Jul, (31.29)
7. Chushu 處暑 23 Agu, (30.89)
8. Qiufen 秋分 23 Sep, (30.37)
9. Shuangjiang 霜降 24 Okt, (29.89)
10. Xiaoxue 小雪 22 Nov, (29.55)
11. Dongzhi 冬至 22 Des, (29.44)
12. Dahan 大寒 20 Jan, (29.59)

Seperti bisa dilihat di atas, waktu zhongqi pada perioda dongzhi s.d. dahan adalah yang terpendek. Hal ini yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya lungueq pada bulan 12 dan bulan 1 lebih dibandingkan dengan bulan lain.

Demikian pula ada kemungkinan terjadinya wuzhongqi semu, yaitu bulan yang tidak mengandung zhongqi, tetapi ada bulan2 berikutnya yang mempunyai 2 zhongqi. Bulan yang tidak mengadung zhongqi ini bukanlah lungueq, dan disebut bulan kabisat semu. Kejadian ini terjadi pada tahun 2033 Gregorian, di mana bulan 8 tidak mempunyai zhongqi, dan bulan 11 mempunyai 2 zhongqi (xiaoxue dan dongzhi). Sehingga bulan 8 bukanlah bulan lungueq.

Bagaimana kalau saya lahir di lun-gwee?

Lahir di lun-gwee, misalnya lahir pada lun ji-gwee (kabisat bulan 2), maka tetap saja ulang tahun Imleknya adalah pada bulan 2 setiap tahunnya.

Kalau lun pek-gwee (kabisat bulan 8) misalnya, apakah berarti ada 2 kali perayaan festival musim gugur?

Pada dasarnya tidak begitu, festival musim gugur tanggal 15 bulan 8 hanya dirayakan pada bulan 8 asli, bulan 8 kabisat tidak usah dirayakan.

Apakah ada lun cia-gwee (kabisat bulan 1), supaya dapat merayakan 2 kali tahun baru Imlek dalam setahun?

Lun cia-gwee berdasarkan tradisi dari Dinasti Tang, karena dianggap tidak bagus dan mengacaukan pergantian musim maka biasanya akan dimundurkan ke bulan 2. Namun, sebenarnya berdasarkan perhitungan astronomis, bulan kabisat atas dasar periode matahari sangat jarang jatuh di bulan 11, 12 dan 1.

Kalender Tionghoa adalah kalender yang sangat rumit perhitungannya. Juga memudahkan karena ada sinkronisasi dengan kalender Masehi. Jadi, konversi tahun Tionghoa dalam catatan sejarah menjadi tahun Masehi relatif mudah. Lain dengan kalender Arab yang murni berdasarkan pergerakan bulan, tahun 1426 H tidak langsung dapat diartikan sebagai hijrah Nabi Muhammad adalah 1426 tahun yang lalu, melainkan harus dikalikan dengan 0.969 menjadi 1383 tahun sudah jarak sekarang dengan hijrah di masa tersebut. Atau 2005 – 622 = 1383 tahun.

Rinto Jiang – King Hian

Tata-cara penulisan nisan (bongpay) tradisional Tionghoa


Tanya:
Nisan tradisional Tionghoa sangat banyak pernak-pernik tulisannya, apa makna dan apakah ada aturan tertentu dalam penulisan nisan tersebut?


Jawab:
Bongpay (Mandarin: Mu-bei) adalah sebutan dalam dialek Hokkian untuk papan nisan pada makam tradisional Tionghoa yang biasanya terbuat dari batu, marmer ataupun batu sejenis lainnya. Di atas bongpay biasanya terdapat tulisan-tulisan dalam karakter Han yang mengandung makna dan nilai artistik tersendiri. Bongpay biasanya selain menuliskan mengenai mendiang pemilik makam tadi, juga melambangkan bakti dari anak cucu sang mendiang.

Bongpay adalah bagian terpenting dari makam tradisional Tionghoa, namun sekilas berbeda2 dalam bentuk dan cara penulisannya sesuai dengan bentuk makam yang mempunyai sedikit perbedaan dari zaman ke zaman. Di masa Dinasti Tang, bongpay diletakkan di tengah2 makam dan biasanya ada dituliskan riwayat hidup (muzhiming) mendiang pemilik makam. Di zaman Dinasti Song, ada pahatan gambar pada bongpay.

Bentuk makam dengan bongpay di depan dan sistem penulisannya yang sekarang lumrah kita lihat adalah bentuk dan sistem penulisan mulai dari zaman Dinasti Ming dan diteruskan sampai sekarang sehingga kalau ditilik2 telah berumur lebih dari 600 tahun. Cara penulisan dan pembacaannya adalah dari kanan ke kiri dan atas ke bawah. Di bawah ini saya akan membahas sekilas tentang sistem dan susunan penulisan bongpay.

Bongpay yang umumnya kita lihat adalah terdiri dari 4 bagian, yaitu Baris Kanan, Baris Tengah, Baris Horizontal (Mata Bongpay) dan Baris Kiri :

* Baris Kanan

Menuliskan masa dan waktu saat bongpay ini dibuat ataupun diperbaiki. Biasanya ditulis dalam tahun kekaisaran, tahun Tian Gan Di Zhi (tahun shio), musim atau bulan. Cara penulisan tidak akan saya ulas di sini karena banyak cara penulisan di masyarakat, namun harus mengikuti aturan (5n + 1) = 6, 11 karakter yang bermakna dan terpulang pada arti “Lahir” pada 5 karakter “Lahir, Tua, Sakit, Mati dan Derita”.

Satu contoh adalah bongpay yang dikirimkan salah satu member di sini beberapa bulan lalu, di mana bongpay leluhurnya dibuat pada musim gugur (sekitar bulan 9) tahun 1897 dituliskan menjadi “Guang Xi tahun 23, Ding You Shui (tahun shio ayam), musim gugur”. Ada pula yang menulis sampai kepada hitungan bulan.

* Baris Tengah

Menuliskan tentang nama dan status selama hidup mendiang. Di zaman Dinasti Ming dan Qing, biasanya dimulai dengan 2 karakter Huang Ming atau Huang Qing, namun pada saat sekarang ini, biasanya langsung dimulai dengan 2 karakter Xian Kao atau Xian Bi yang artinya “Mendiang Ayah” atau “Mendiang Ibu”. Baris tengah ini lalu diakhiri dengan karakter Mu atau Zhi Mu yang artinya “Makam” atau “Yang Punya Makam”

Status dan kedudukan dalam masyarakat selama hidupnya juga boleh dituliskan di sini. Seperti gelar kesarjanaan yang didapat melalui ujian maupun sumbangan ke kekaisaran, ataupun pernah menjadi pejabat di daerah tertentu.

Jumlah karakter di sini harus menurut aturan (5n + 2) = 7, 12, 17, 22 karakter untuk memenuhi makna “Tua” pada 5 kata tadi.

* Mata Bongpay

Mata Bongpay adalah baris yang horizontal yang biasanya hanya terdiri dari 2 karakter. Biasanya bertuliskan :

* Daerah (kabupaten kuno) di mana marga atau keluarga mendiang berasal, misalnya marga Huang adalah Jiang Xia, marga Zhang adalah Qing He deelel.
* Peristiwa besar mengenai marga atau keluarga mendiang, misalnya marga Jiang adalah Liu Gui dikarenakan sebagian keturunan marga Jiang adalah bersaudara kandung dengan marga Wang (bukan Wang raja), Weng, Fang, Gong, Hong sejak zaman Dinasti Sung. Marga Guo adalah Fen Yang, marga Lin adalah Wen Li deelel.
* Jumlah generasi mendiang dalam silsilah keluarganya yang ditandai dengan karakter yang tidak sama namun berurutan setiap generasi membentuk suatu kata panjang yang mempunyai makna.
* Kampung halaman, misalnya orang2 Tionghoa perantauan ada yang menuliskan tempat dari mana mereka berasal seperti Chao Zhou (Tio Chiu), Fu Zhou (Hok Chiu), Quan Zhou (Cuan Chiu) deelel.

* Baris Kiri

Menuliskan siapa yang membuat bongpay tersebut yang biasanya adalah anak dan cucu mendiang. Ada yang menuliskan nama dari anak laki2 dan cucu dalam (anak dari anak laki2), ada pula yang cuma menuliskan beberapa karakter sebagai pengganti nama anak dan cucu dalam mendiang. Bagi yang tidak punya anak laki2 biasanya menuliskan dibuat oleh anak perempuan.

Jumlah karakter memenuhi aturan (5n + 1) karakter.

Demikianlah sekilas tata cara dan arti penulisan dari bongpay yang lumrah kita lihat dalam makam tradisional Tionghoa. Sekarang ini, di beberapa negara yang kekurangan lahan seperti Singapura, Taiwan, HK dan Makau, cara pemakaman yang dipopulerkan pemerintah adalah dengan kremasi dan kemudian ditempatkan dalam rumah abu. Di sini, setiap abu jenazah mempunyai bilik2 tersendiri dan bongpay-nya otomatis juga menjadi kecil sesuai kebutuhan.

Di zaman sekarang, tanggal atau masa dibuatnya bongpay seharusnya boleh ditambahkan tarikh Masehi guna memudahkan identifikasi buat anak-cucu. Juga tradisi mencatat hanya sampai pada bulan dapat diperdetil sampai kepada pencatatan hari dan tanggal.

Bongpay makam nenek saya adalah rancangan mendiang kakek yang masih mengikuti tata-cara lama yaitu mencatat biografi singkat di bagian dalam bongpay. Ini disebut muzhiming dan lumrah di zaman dulu, namun sayang, kakek saya belum sempat menulis sendiri biografinya karena keburu meninggal terserang stroke sehingga muzhiming-nya sendiri dikosongkan. Muzhiming ini biasanya disembunyikan di bagian dalam dari lapis luar bongpay yang bertuliskan karakter. Jadi bila ingin melihat muzhiming, lapis luar bongpay harus dikorek terlebih dahulu.

Bila ada waktu mengunjungi makam Kaisar Wuzetian, kaisar wanita satu2nya di dalam sejarah kekaisaran Tiongkok maka kita akan menemukan bahwa bongpay makamnya sengaja dikosongkan. Tujuan dari pengosongan ini karena Wuzetian ingin dituliskan biografinya oleh seorang sastrawan ataupun orang besar lainnya setelah kematiannya. Namun sayang, tidak ada yang berniat menuliskan kata2 pujian untuknya sehingga bongpay-nya tetap kosong hingga sekarang.

Rinto Jiang

Makna singa batu di depan arsitektur tradisional Tiongkok

Tanya:
Sayang sekali, sampai kini saya belum berhasil mendapatkan referensi tertulis maupun lisan mengenai makna singa batu tersebut.
Mungkin Rinto-heng, Xuan Thong-heng atau yang lain bisa memberikan konfirmasinya?

Jawab:

Singa baru di dalam arsitektur tradisional Tionghoa sayang sekali sebenarnya tidak ada makna persamaan gendernya. Di dalam sejarah kebudayaan Tionghoa, wanita cuma pernah menjadi gender yang lebih tinggi daripada lelaki di zaman Nuwa, waktu itu marga diturunkan dari ibu. Satu dasar dari pandangan ini di zaman itu adalah manusia dilahirkan dari rahim ibu, sehingga semua manusia dianggap berasal dari wanita. Pandangan ini kemudian pelan2 berubah setelah Nuwa menciptakan tata cara perkawinan.

Di zaman2 berikutnya, wanita menjadi sebuah simbol kekayaan bagi lelaki. Seorang lelaki lazim memiliki istri beberapa orang sebaliknya tidak diperbolehkan. Masih ingat peribahasa “san qi si qie” yang arti harfiahnya “3 istri 4 selir”. Bukan berarti harfiah dalam angka, namun sebagai perlambang seorang lelaki lazim beristri banyak.


Singa di Tiongkok?

Seperti di Indonesia, di Tiongkok tidak ada singa. Bahkan sebenarnya orang Tiongkok di banyak zaman tidak pernah melihat singa benaran. Lalu darimana singa yang ada di dalam benak orang Tiongkok di zaman dulu? Singa pertama yang sampai ke Tiongkok di zaman Han, dikisahkan pada masa pemerintahan Kaisar Han Xiandi, Kerajaan Anxi dekat India mengirimkan singa sebagai upeti kepada Tiongkok. Namun anehnya, singa di dalam bahasa Tionghoa kemudian mengambil nama dari negara lain yang juga punya hubungan erat dengan Tiongkok di zaman Tang. Singa dalam dialek Mandarin adalah Shi-zi (Hokkian: Sai-a) mengambil nama dari Shizi Guo yang merupakan nama kuno Sri Lanka di zaman Tang.

Sejak itu, singa menjadi sebuah perlambang raja binatang karena kegagahannya, keangkeran dan kekuatannya. Dari sini pula singa dianggap sebagai sebuah lambang untuk mengusir kejahatan dan perlindungan.

Bentuk singa batu

Sebenarnya bentuk singa batu dalam arsitektur tradisional itu tidak menyerupai singa yang sebenarnya. Singa pahatan selalu digambarkan menarik dengan hidung besar, mata bulat menonjol lalu mulut terbuka lebar dengan rambut keriting serta kaki yang kokoh. Sebenarnya lebih mirip anjing atau kucing.

Ini dikarenakan selain sebagai simbol pelindung, pengusir hawa jahat; ke dalam pahatan singa juga dimasukkan unsur artistik.

Selain itu, singa batu juga dipahat untuk simbol menyambut pengunjung.

Letak singa batu

Singa batu di depan pintu atau halaman sebuah bangunan tradisional Tiongkok selalu berpasangan. Singa jantan di sebelah kiri dan singa betina di sebelah kanan. Ini dikarenakan kiri dianggap sebagai letak yang lebih besar daripada kanan di dalam kebudayaan Tionghoa, juga untuk memenuhi standar “nan zuo nu you” = “lelaki di kiri, wanita di kanan”.

Namun ada beberapa pengecualian di beberapa bangunan di tempat tertentu. Tentu saja karena ini tidak diharuskan. Seperti yang dikatakan Tjoei Sian-heng, adalah benar bahwa kebiasaan memahat singa jantan dengan bola mainan sedangkan singa betina dengan anak singa kecil.

Rinto Jiang

Dewa Pintu


Tanya:
Dewa pintu adalah karakter umum yang ada dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Bagaimana sejarah dewa pintu di dalam kebudayaan Tionghoa?

Jawab:
Dewa pintu adalah karakter dewa yang sering dan umum dikenal dalam kepercayaan tradisional populer Tionghoa. Dewa pintu, walaupun hanya merupakan dewa dengan derajat relatif lebih rendah dibandingkan dewa-dewa rumah lainnya, namun sebenarnya sejarah dewa pintu malah lebih tua daripada beberapa karakter pendewaan lainnya. Membicarakan dewa pintu harus dibabarkan dari 2 segi pembahasan yaitu sejarah faktual dan legenda.

Legenda dewa pintu
Popularitas karakter dewa pintu mulai menanjak di zaman Dinasti Tang, di mana legenda dewa pintu paling terkenal berasal dari zaman ini. Dikatakan bahwa naga Sungai Jing melanggar perintah langit karena menurunkan hujan pada waktu dan kapasitas yang salah sehingga langit menitahkan salah seorang menteri, Wei Zheng untuk menghukumnya. Karena takut dihukum, sang naga kemudian meminta perlindungan kepada Kaisar Taizong (Li Shimin) yang saat itu berkuasa. Taizong mengiyakan permintaan naga dan mengajak Wei Zheng bermain catur supaya lupa batas waktu untuk menghukum sang naga. Namun, rupanya Wei Zheng hanya perlu menebas leher sang naga dalam mimpinya sehingga siasat Taizong gagal memenuhi janjinya pada sang naga.

Sang naga yang mati penasaran kemudian datang menghantui Taizong tiap malam di istananya. Wei Zheng mengetahui perihal ini dan mengurus 2 jenderal, Qin Qiong dan Yuchi Gong untuk berjaga di luar pintu istana. Sang naga tidak datang menghantui Taizong untuk beberapa hari, namun kembali kemudian lewat pintu belakang yang tidak dijaga. Wei Zheng kemudian memutuskan untuk berjaga sendiri di pintu belakang dan sang naga tidak pernah kembali setelah itu. Taizong menyadari tak mungkin membiarkan jenderal dan menterinya berjaga terus di istananya, memutuskan untuk melukis potret kedua jenderalnya di daun pintu kiri dan kanan, serta Wei Zheng di pintu belakang. Ini kemudian yang mengawali penggunaan potret Qin Qiong dan Yuchi Gong di pintu berdaun dua (biasanya pintu depan) serta Wei Zheng untuk pintu dengan satu daun.

Sejarah faktual
Sebenarnya dewa pintu mulai ada sejak zamannya Huangdi, 5000 tahun lalu, namun ini sebuah legenda. Catatan mengenai dewa pintu yang lebih akurat adalah di zaman Dinasti Shang, di mana dewa pintu berawal dari kepercayaan tradisional di Tiongkok sebelum munculnya agama. Raja-raja Dinasti Shang menjadikan pintu sebagai satu objek dari lima objek penghormatan pada masa itu. Kepercayaan tradisional Tionghoa menganggap bahwa setiap benda mempunyai rohnya sendiri-sendiri. Dewa pintu lebih jauh merupakan bentuk penghormatan ke-4, penghormatan pada benda-benda. Pintu dipilih karena pintu merupakan bagian dari rumah tempat tinggal yang sangat penting, simbol perlindungan terhadap ancaman dari luar dan dilewati setiap hari. Manusia selalu membutuhkan keseimbangan jasmani dan spiritual, pintu yang nyata dianggap hanya melindungi dari makhluk yang nyata, untuk melindungi dari makhluk halus, maka pintu haluslah yang mengambil peranan ini. Inilah cikal bakal dewa pintu.

Mengapa dewa pintu dimanusiakan?
Pemanusiaan dewa pintu sebenarnya mulai populer pada zaman Dinasti Han. Banyak karakter dewa-dewi dalam kebudayaan Tionghoa yang dimanusiakan untuk menambah kedekatan pada manusia, misalnya bentuk penghormatan terhadap langit yang dimanusiakan sebagai Kaisar Langit (Giok Hong Tay Te), atau bumi yang dimanusiakan sebagai Dewa Bumi/Tanah (Tho Te Kong).

Siapa saja yang dikarakterkan sebagai dewa pintu dalam sejarah?
Zaman Han = Shen Shu dan Yu Lu
Zaman Tang = Qin Qiong dan Yuchi Gong, Wei Zheng, Zhong Kui
Zaman Song dan Yuan = Qin Qiong dan Yuchi Gong, Zhao Yun, Yue Fei

Semua karakter di atas adalah karakter sejarah nyata, kecuali Shen Shu dan Yu Lu yang merupakan tokoh legenda. Satu2nya persamaan di antara mereka mayoritas adalah jenderal perang yang terkenal pada masanya masing-masing kecuali Wei Zheng yang terkenal sebagai menteri vokal serta Zhong Kui yang terpelajar namun berperawakan sangat jelek sampai-sampai hantupun takut kepadanya.

Evolusi dewa pintu masa sekarang
Dewa pintu di masa sekarang berbentuk lukisan biasanya hanya ditemukan di pintu kelenteng. Rumah-rumah penduduk tidak melukis gambar dewa pintu di daun pintu rumah mereka, biasanya hanya ada tempat menancapkan hio di sebelah kiri kanan pintu. Namun, masih ada tradisi menempel lukisan dewa pintu di daun pintu pada malam Tahun Baru (tanggal 30 bulan 12 penanggalan Imlek). Zaman sekarang, dewa pintu tidak hanya ditujukan untuk melindungi rumah dari hal-hal buruk, namun juga untuk mengundang nasib baik dan keberuntungan. Selain itu, lukisan dewa pintu di kelenteng sebenarnya juga ditekankan pada nilai artistiknya, biasanya sangat mengundang perhatian dari pemerhati arsitektur tradisional Tiongkok karena kekhasannya.

Chinese Valentine Day


14 Februari adalah hari Valentine Barat yang diperingati luas di dunia. Namun sebenarnya orang Tionghoa juga punya hari valentine sendiri. Chinese Valentine memang masih lama, namun menyambut hari Valentine 14 Februari, saya turunkan juga tulisan tentang Chinese Valentine yang populer di kalangan Tionghoa di seluruh dunia.

Chinese Valentine disebut “Qi Shi“, yang artinya malam ketujuh di bulan tujuh penanggalan Imlek. Jadi Chinese Valentine jatuh pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Asal usul perayaan hari kasih sayang ala Chinese ini berasal dari sebuah legenda yang diceritakan turun temurun.

Dikisahkan pada zaman dulu (juga tertulis di beberapa buku sejarah kuno Tiongkok), pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek, bintang Altair (Niu Lang Sing, Bintang Penggembala) yang terpisah dengan bintang Vega (Ce Nu Sing, Bintang Wanita Penenun) akan melewati Milky Way dan bertemu setahun sekali.

Legenda yang kemudian populer selama ribuan tahun menceritakan bahwa wanita penenun adalah anak dari Raja Dewa Yu Huang di kerajaan langit. Ia terkenal akan kepintaran dan kecantikannya. Setelah remaja, tentu saja seperti gadis remaja lainnya, ia ingin mencari pasangan hidup yang baik. Waktu yang bersamaan, di bumi ada seorang penggembala. Setelah orang tuanya meninggal, ia kemudian selalu disiksa dan dikucilkan saudara2nya dan dalam pembagian harta sang orang tua, ia cuma diberikan seekor kerbau yang selalu digembalakannya sedangkan saudara2nya mendapatkan sawah dan rumah orang tuanya.

Penggembala sangat menyayangi sang kerbau, ia selalu menganggap kerbau sebagai keluarganya dan menceritakan segala keluh kesahnya. Suatu hari, sang kerbau memanggil namanya dan memintanya untuk ke pinggir sungai karena akan ada beberapa gadis yang sedang mencuci baju besok. Sang kerbau menyuruhnya mengambil baju berwarna ungu dan gadis pemiliknya akan ditakdirkan menjadi istrinya.

Keesokan harinya, penggembala melaksanakan perintah sang kerbau dan ia kemudian bertemu dengan sang penenun yang merupakan pemilik baju ungu tersebut. Mereka kemudian saling menyukai dan memutuskan untuk menikah dan hidup bahagia. Namun peristiwa tadi diketahui oleh Ratu di kerajaan langit dan segera menyuruh penenun untuk pulang ke kerajaan langit. Penggembala kemudian mengejar penenun, namun Ratu mencabut konde emasnya dan melemparkannya di antara mereka. Konde kemudian berubah menjadi sungai perak yang dikenal sebagai galaksi Milky Way untuk memisahkan mereka selamanya.

Namun setelah melihat kesungguhan hati dan cinta mereka, Ratu kemudian memperbolehkan mereka untuk bertemu setahun sekali pada tanggal 7 bulan 7. Pada malam ini, burung magpie yang mengasihani mereka akan membuat jembatan di atas Milky Way supaya mereka dapat bertemu.

Memang seperti dongeng anak sebelum tidur dan juga banyak sekali versi yang ada di masyarakat. Legenda tinggal legenda, yang harus kita ambil adalah makna yang terkandung di dalamnya. Beruntunglah kita yang memiliki cinta dan kasih sayang di dekat kita dibandingkan dengan kisah cinta penggembala dan penenun yang cuma bisa bertemu setahun sekali. Cintai dan sayangilah pasangan hidup kita selagi kita bisa menyayanginya. Jangan cuma bisa merindukannya bila telah jauh berpisah.

Perayaan Chinese Valentine ini sangat populer di Taiwan, RRC, HK dan Macau, selain daripada Valentine 14 Februari. Perangko dan uang logam kenang2an juga telah dikeluarkan oleh pemerintah negara di atas. Namun, perayaan setahun sekali ini cuma sebuah perlambang. Bagi pasangan yang penuh dengan kasih sayang dalam kehidupannya, 365 hari dalam setahun adalah hari Valentine bagi mereka.

Bersama ini, saya ucapkan Selamat Hari Valentine, Ching Ren Jie Khuai Le.

PS. Chinese Valentine tahun ini jatuh pada tanggal 22 Agustus 2004.

Rinto Jiang
Disarikan dari berbagai sumber

Notes dari Sklaras:
Berlainan dengan perayaan hari Valentine di dunia barat yang bermakna agamis. perayaan Chinese valentine maknanya sangat romantis dan puitis. cobalah simak sebuah Syair yang ditulis penyair dari dinasti Song, yang menggambarkan legenda putri penenun dan putra gembala.

TITIAN JALAK
Qin Guan ( 1049–1100 ; Song )

Awan lembut mengolak lukisan,
bintang terbang menebar penyesalan,
samar melintasi Bima Sakti yang tanpa tepian.
Satu kali bersua dalam angin emas embun perak,
telah melebihi berulang berjumpa di dunia insan!

Cinta yang lembut selaksana air,
hari yang bahagia bagaikan mimpi,
tak kuasa menengok jalan kembali lewat titian jalak!
Apabila cinta di kedua hati adalah kekal abadi,
masihkan kehadiran dihitung setiap senja setiap pagi?

Asal usul makanan kecil Tjah Kwei


Tjah Kwei adalah makanan asal Tiongkok yang dibuat dari tepung trigu, ragi, soda, ammonium bicarbonat dan garam. Adonan kalau sudah “mekar” dibuat seperti tongkat yang panjangnya kira kira 15-20 cm., lalu dua tongkat dilekatkan menjadi satu. Kalau digoreng panjangnya menjadi kira kira 25 cm dan berwarna coklat. Tjah kwei terkenal di Asia tenggara dan merupakan makanan kecil terutama bagi orang-orang Tionghoa. Di Solo, Jawa Tengah, Tjah Kwei dibuat oleh orang “pribumi” dan setiap malam pembeli selalu berderet-deret untuk antri. Untuk makanan pagi di daratan Tiongkok dan Taiwan Tjah-kwei dimakan bersama-sama dengan susu kedele adalah sarapan pagi yang nikmat. Tjah Kwei di Solo dimakan baik oleh suku Tionghoa maupun oleh orang jawa Solo.

Disini aku ceritakan asal usul Tjah Kwei. Di jaman Dinasti Song, suku Jin dari Utara sangat kuat, mereka beberapa kali menyerbu negeri Song. Kemudian Kerajaan Song dikalahkan dan kaisar Wei dan Xin ditangkap. Kemudian raja Gang (baca: Kang) mendirikan dinasti Song Selatan. Di masa kaisar Gao dari Song Selatan, sekali lagi diserbu secara besar-besaran oleh suku Jin dan menduduki sebagian besar daerah utara dari sungai Chang Jiang (Yang Tse). Untungnya ada seorang jendral yang bernama Yue Fei ( bahasa Hokkian Gak Hoei) memimpin tentara Song untuk melawannya dengan gigih, disamping itu Beliau melindungi ibu kota Song Selatan. Beliau dengan patriotiknya membela negaranya dan telah mengambil kembali banyak daerah Song yang telah diduduki oleh tentara kuda Jin yang terkenal. Sayang sebelum Beliau dapat mengambil kembali ibu kota Song yang dahulu, hanya masih kira-kira 22 kilomter jaraknya. Waktu Yue Fei akan melewati Sungai Kuning bagian utara, Jendral Yue Fei dipanggil pulang secara mendadak oleh raja Gao. Raja Gao mendengar kata-kata pengkhianat yang bernama Chin Kuai yang membisiki raja dengan perkataan bahwa Yue Fei kalau menang Beliau akan mengundang kembali kaisar Wei dan Xin yang masih ditangkap oleh suku Jin untuk naik tahtanya kembali. Maka kalau raja tidak mengambil tindakan sekarang, kedudukan raja Gao akan susah dipertahankan. Chin Kuai juga mengatakan bahwa Jendral Yue Fei akan memberontak dan menganjurkan agar Yue Fei ditangkap segera kalau datang, lalu dibunuh.

Kematian Yue Fei membuat marah semua rakyat dan menganggap Chin Kuai sebagai pengkhianat negara. Kemudian. Raja Xiao dari Song Selatan merehabilitasi nama Yue Fei dan di kota Hang Zhou dibangun di daerah Xi-Hu (telaga Hu yang cantik) gedung kuburan Jendral yang patriot ini yang sampai sekarang di hormati. Ironisnya pada masa RBKP dirusak oleh Garda Merah yang oleh Mao Ze-Dong dinamakan jendral jendral kecil. Didepan patung Yue Fei dibuat dua patung suami istri Chin Kuai yang berlutut pada Yue Fei. Dan dihina oleh rakyat Tiongkok. Patung Yue Fei sekarang sudah dibetulkan lagi dan menjadi lebih bagus. Turist yang berkunjung ke Hangzhou dapat menikmati tugu pahlawan Yue Fei ini.

Ada orang yang membenci Chin Kuai membuat model manusia dari tepung terigu yang mencerminkan Chin Kuai dan istrinya, disatukan jadi satu, lalu di goreng dan dimakan. Dahulu makanan ini dinamakan Yu –Zha (goreng dengan minyak) Chin Kuai, lalu diringkas menjadi Yu Zha Kuai (Hokkian Yu Tjah Kwee), Tjah kwee atau Yutiao (Mandarin).

Dr. Han Hwie Song
Breda, 5 april 2004

posted by HKSIS
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/1923

Adat Pernikahan




Sumber : Jelajah Vol 3 Tahun 1999

Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah masyarakat patrilinial yang terdiri atas marga / suku yang tidak terikat secara geometris dan teritorial, yang selanjutnya telah menjadi satu dengan suku-suku lain di Indonesia. Mereka kebanyakan masih membawa dan mempercayai adat leluhurnya. Tulisan ini membahas dua upacara adat yang cukup dominan dalam kehidupan yaitu tentang adat pernikahan dan adat kematian (editor: adat kematian ada di posting terpisah).

ADAT PERNIKAHAN
Upacara pernikahan merupakan adat perkawinan yang didasarkan atas dan bersumber kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta berfungsi melindungi keluarga. Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau.
Umumnya orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Indonesia membawa adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Salah satu adat yang seharusnya mereka taati adalah keluarga yang satu marga (shee ) dilarang menikah, karena mereka dianggap masih mempunyai hubungan suku. Misalnya : marga Lie dilarang menikah dengan marga Lie dari keluarga lain, sekalipun tidak saling kenal. Akan tetapi pernikahan dalam satu keluarga sangat diharapkan agar supaya harta tidak jatuh ke orang lain. Misalnya : pernikahan dengan anak bibi (tidak satu marga, tapi masih satu nenek moyang).
Ada beberapa yang sekalipun telah memeluk agama lain, seperti Katolik namun masih menjalankan adat istiadat ini. Sehingga terdapat perbedaan di dalam melihat adat istiadat pernikahan yaitu terutama dipengaruhi oleh adat lain, adat setempat, agama, pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.

UPACARA-UPACARA YANG DILAKSANAKAN DALAM PERNIKAHAN
Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara perkawinan selalu ada pada hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang Tionghoa yang mempunyai upacara-upacara antara lain:
A. Upacara menjelang pernikahan :
Upacara ini terdiri atas 5 tahapan yaitu :
* Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang. Mak comblang biasanya dari pihak pria.
* Penentuan : Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana antaran/mas kawin boleh dilaksanakan.
* “Sangjit” / Antar Contoh Baju : Pada hari yang sudah ditentukan, pihak pria/keluarga pria dengan mak comblang dan kerabat dekat mengantar seperangkat lengkap pakaian mempelai pria dan mas kawin. Mas kawin dapat memperlihatkan gengsi, kaya atau miskinnya keluarga calon mempelai pria. Semua harus dibungkus dengan kertas merah dan warna emas. Selain itu juga dilengkapi dengan uang susu (ang pauw) dan 2 pasang lilin. Biasanya “ang pauw” diambil setengah dan sepasang lilin dikembalikan.
* Tunangan : Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan panggilan masing-masing, seperti yang telah diuraikan pada Jelajah No. 3.
* Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Suku Tionghoa percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik / menjelang purnama.

B. Upacara pernikahan :
* 3 – 7 hari menjelang hari pernikahan diadakan “memajang” keluarga mempelai pria dan famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka membawa beberapa perangkat untuk meng-hias kamar pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas kawin. Ada upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang menemui calon mempelai wanita sampai hari H.
* Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara “Liauw Tiaa”. Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakalanya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria melihat-lihat calonnya (mencari pacar).

C. Upacara Sembahyang Tuhan (“Cio Tao”)
Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun, adakalanya upacara Sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam menjelang pernikahan. Upacara Cio Tao ini terdiri dari :
. Penghormatan kepada Tuhan
. Penghormatan kepada Alam
. Penghormatan kepada Leluhur
. Penghormatan kepada Orang tua
. Penghormatan kepada kedua mempelai.

Meja sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam buah, a.l. Srikaya, lambang kekayaan.
Di bawah meja harus ada jambangan berisi air, rumput berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah dengan garis tengah ?2 meter dan di atasnya ada tong kayu berisi sisir, timbangan, sumpit, dll. yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kejujuran, panjang umur dan setia.
Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut baju “Pao”. Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti secara simbolik.

D. Ke Kelenteng
Sesudah upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara penghormatan kepada Tuhan Allah dan para leluhur.

E. Penghormatan Orang tua dan Keluarga
Kembali ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga, kerabat dekat. Setiap penghormatan harus dibalas dengan “ang pauw” baik berupa uang maupun emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud dan bangun. Dapat juga sebentar, dengan disambut oleh yang dihormati.

F. Upacara Pesta Pernikahan
Selesai upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar dengan pakaian “ala barat”. Pesta pernikahan di hotel atau tempat lain.
Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay ). Mengundang kiangsay untuk makan malam, karena saat itu mempelai pria masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita.

G. Upacara sesudah pernikahan
Tiga hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :
1. Cia Kiangsay
2. Cia Ce’em
Pada upacara menjamu mempelai pria (“Cia Kiangsay”) intinya adalah memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai pria sudah boleh tinggal bersama.
Sedangkan “Cia Ce’em” di rumah mempelai pria, memperkenalkan seluruh keluarga besar mempelai wanita.
Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah famili yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang lebih sederhana.

PERUBAHAN YANG BIASA TERJADI PADA ADAT UPACARA PERNIKAHAN
* Ada beberapa pengaruh dari adat lain atau setempat, seperti: mengusir setan atau mahkluk jahat dengan memakai beras kunyit yang ditabur menjelang mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita. Demikian juga dengan pemakaian sekapur sirih, dan lain-lain.
* Pengaruh agama, jelas terlihat perkembangannya. Sekalipun upacara Sembahyang Tuhan / Cio Tao telah diadakan di rumah, tetapi untuk yang beragama Kristen tetap ke Gereja dan upacara di Gereja. Perubahan makin tampak jelas, upacara di Kelenteng diganti dengan di gereja.
* Pengaruh pengetahuan dan teknologi, dapat dilihat dari kepraktisan upacara. Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di kota-kota besar yang telah dipengaruhi oleh teknologi canggih.

Sebagai suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang terlibat di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat pernikahan Tionghoa mengalami masa transisi. Hal ini ditandai dengan terpisahnya masyarakat dari adat pernikahan tersebut melalui pergeseran motif baik ke arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.
Dewasa ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara adat. Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar. Kebanyakan upacara pernikahan berdasarkan dari agama yang dianut.

as posted by Rinto Jiang in Milis Budaya Tionghua
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/1160

—————————————————————————————————
Addition by Julie Lau

Lagi iseng ah, berhubung kemaren baru kondangan, jadi kepengen cerita cerita mengenai tata cara perkawinan adat tionghua. Ya nggak adat adat amat sih, soalnya disini sana banyak “penyesuaian” dan mix n match pake budaya barat, kecampur lagi sama budaya Jawa (setahu saya). Jadi terpikir bahwa budaya Tionghua di Indonesia sebetulnya adalah “budaya gado gado”. Di singapur sini yang gado gado gitu disebut “Peranakan” atau “Nonya”, satu istilah yang akrab di telinga, sebab Oma saya suka menyebut diri sebagai “Cina Peranakan” maksudnya adalah Keturunan yang lahir atau tumbuh dewasa di Indonesia, sudah tidak akrab dengan bahasa Mandarin, dan ciri khas satu lagi adalah koleksi kebayanya itu lhoh, hehehe. Yang disebut “kebaya encim” itu kali yah. Tapi belakangan koleksi kebaya si Oma udah tinggal jadi koleksi doang sebab Oma lebih suka pakai blus dan celana panjang yang lebih praktis.

Balik lagi ke tata cara perkawinan, hmmm enaknya mulai darimana yah. Dari alkisah deh….

COMBLANG
Alkisah, jaman dulu, jaman masih Siti nur buaya, dimana cowok dan cewek yang mau kawin masih dijodoh jodohin sama orangtua, peran “comblang” pengaruh banget. (Buat yang nonton MULAN versi Disney, pasti tahu khan yah, heheheh, film fave tuh). Eh jaman sekarang comblang masih ada lhoh, saya pernah dilirik ama comblang mau dijodohin, hiiiiiii, untuuuuung enggak jadi.
Jaman dulu kalau ada anak gadis yang sekiranya layak jadi menantu, pihak cowok langsung kirim comblang ke pihak ceweknya sambil kirim kirim bingkisan gitu. Nah kalo bingkisannya dari si nyonya anu diterima dengan baik dan benar berarti pihak cewek setuju, kalau dikembaliin berarti enggak setuju. Bagusnya cara begini, dua dua pihak ngga ada yang kehilangan muka merasa ditolak, katanyaaaa.
Jaman sekarang dimana anak udah bisa cari pacar sendiri, udah kaga pake comblang comblangan lagi deh. Anak sama anak tinggal omong omongan, begitu anak sama anak udah setuju mau nikahan tinggal bilang sama ortu. Kalau ortu enggak ada keberatan tinggal nentuin tanggal omong omongan. Ceritanya “diminta” secara resmi gitu sebelum acara lamaran.

SHIO, JAM, DAN TANGGAL LAHIR
Jaman dulu, dimana orang masih piara abu leluhur, begitu para ortu udah oke oke nih, comblang mintain jam dan tanggal lahir si cewek, otomatis ketauan shionya dan elemennya, apa kayu, api, air, logam, atau tanah. Tanggal ini terus ditaroh di meja sembahyang selama tiga hari. Dalam jangka waktu tiga hari ini kalau ada tanda tanda jelek, misalnya ortu sama ortu cekcok, atau mendadakan ada yang sakitan, lantas dicurigai tanggalnya “ciong” atau tidak cocok. langsung deh dibawa tuh tanggal ke tukang “kuamia” minta tolong dilihat antara si cowok dan si cewek ada jodoh ngga. Kalau tukang kuamia bilang boleh, baru calon besan ketemuan. kalau tukang kuamia bilang jangan, batal deh acara kawinan.
Jaman sekarang biasanya anak sama anak bilang mau kawin dulu, terus orangtua dateng ke tukang ngitung hari itu, biasanya pake buku “Tong su” itu minta dicariin tanggal yang bagus buat dua belah pihak. Enggak ada acara bilang “jangan” pokoknya mau kawin si A sama si B minta tanggal yang paling bagus. Nah masalahnya si tanggal ini suka suka susah keluarnya. Yaaa kalau yang susah gitu diambil yang paling mendingan aja, sama kayak kita pilih capres kali ya, yang mana yang dianggep mendingan aja deeeh.
Oh iya masalah tanggal ini, biasanya dikasih pilihan, tanggal ini hari minggu, lumayan bagus atau tanggal ini paling bagus, tapi jatuhnya hari kamis, atau tanggal itu… nah jadi dua keluarga bisa pilih pilih dan atur atur tanggal mana mau mengadakan pesta kawin.

LAMARAN/PINANGAN
Yang ini kayaknya adpatasi dari budaya Jawa, sebab yang saya tahu di Cina enggak ada acara lamaran langsung acara kirim tanda meminang, termasuk di dalamnya baju pengantin yang warna merah itu berikut tutup kepalanya yang beratnya lima kilo itu. Cuman di Indonesia ini orang Tionghua ada acara lamaran, pihak cewek diksaih tahu dulu hari apa jam berapa pihak cowok mau datang supaya bisa mempersiapkan, dimana pihak cowok datang bersama kerabat yang biasanya pintar diplomasi, bicara dengan kata kata kiasan mengutip puisi atau kalimat kalimat indah penuh arti. Wali pihak perempuan juga harus punya keahlian yang sama jadi di acara lamaran ini ada kayak berbalas pantun gitu sih.Selama acara berpantun pantun ini si cewek diumpetin di kamar ngga boleh keluar. Terus setelah acara berpantun ria selesai, si cewek dipanggil, dikasih tahu ini lhoh calon mertuamu, sekarang harus panggilnya Mama sama Papa, begitu. Dimana pihak cewek biasanya dikasih seperangkat perhiasan. Biasanya orangtua pihak cowok memasangkan perhiasan tersebut pada calon mantunya, istilahnya pengikat begitulah. Sebagai tanda bahwa si cewek ini sudah menjadi milik si cowok, dengan kata lain ngga boleh lirik lirik cowok cakep yang lain begitu. Dan cowok lain juga ngga boleh ganggu ganggu ini anak gadis yang sudah jadi milik orang. Hihihihik, jadi inget kalung dogi yang menandakan dogi ini ada yang punya bukan dogi liar, harap dikembalikan pada yang punya, hihihihi…..

ACARA TUKAR BAKI/SANGJIT
Sesudah lamaran, berikutnya pada hari bertuah, jam tertentu pihak cowok datang lagi ke rumah pihak cewek. Kali ini ortu cowo enggak ikut, cuman kirim perwakilan keluarga yang dituakan, plus segerombolan gadis gadis yang belum nikah. Tiap gadis bawa satu baki, jumlah baki plus pembawanya tergantung kemampuan si cowok, tapi yang penting disitu ada seperangkat pakaian cewek maksudnya kebutuhan sandang si cewek bakalan ditanggung sama pihak cowok, jangan kuatir. manisan dan permen supaya sepanjang perkawinannya manis terus, buah buahan supaya cepet berbuah kali, arak, teh, apalagi ya, seinget saya ada 8 atau 12 macam itu tapi apa aja lupa.
Pihak cewek harus mempersiapkan “penerima baki” jadi sebelum datang udah ketauan duluan berapa baki yang dibawa. Kalau pihak cewek memasrahkan anak perempuannya ke keluarga cowok, dilepas enggak akan ikut campur lagi, isi baki diambil semua. Tapi kalau orang tua cewek masih mau campur tangan atas keluarga penganten nih, isi baki dibagi dua separoh dikembalikan ke pihak cowok plus seperangkat baju cowok sebagai ganti baju cewek.
Saya nggak tau adaptasi darimana, tapi di acara sangjit ini biasanya pihak cowok memberikan “angpau” pada ibu dari cewek, katanya uang susu, ASI kali maksudnya. Pihak cewek mengembalikan dengan sepasang “angpau” pada pihak cowok tapi maksudnya apa ya saya ngga inget tuh.
Oh ya, sampai hari ini saya dan kerabat ada memperdebatkan, yang bawa baki harusnya gadis yang belum menikah atau justeru yang sudah menikah, belum ada kesepakatan, kalau ada yang tahu tolong jelaskan sama saya berikut latar belakang dan alasannya, trims.

ACARA KIRIM KOPER DAN PASANG SPREI
Istilahnya enggak tahu. Pokoknya pada hari yang bersangkutan ini pihak cewek mengirim wakil, biasanya perempuan yang sudah menikah, mapan dan punya anak laki laki untuk mendadani kamar pengantin. Otomatis pihak cowok sudah menyediakan si kamar pengantin berikut tanjangnya donk. Wakil dari pihak perempuan yang pasang spreinya, maksudnya biar anak cewek itu ketularan cepat punya anak laki laki gitu, seperti yang kita tahu anak laki laki buat keluarga tionghua khan penting untuk melanjutkan marga. Plus pihak cewek mengirimkan koper, tanda bahwa si anak gadis sudah “masuk” ke rumah itu atau ke keluarga cowok.
Acara koper koper lucu juga nih. Mula mula kopernya dialasi uang, uangnya makin gede makin bagus, supaya si anak gadis ini masuk ke keluarga cowok dengan bermodal gitu supaya jangan dipandang rendah oleh keluarga mertuanya kelak. Si uang ini bisa ditebarkan gitu aja, bisa juga disusun susun berbentuk kipas, jumlahnya harus genap dan komplit mulai dari pecahan terbesar (di indo seratus ribuan) sampai pecahan terkecil (limaratus rupiah apa seribu rupiah gitu). Terus di dalam koper ditebarkan “angco” atau red dates sama biji teratai. katanya si biji teratai itu bunyinya serupa sama tahun( lian = nian), biji serupa sama anak (ci =tze), dan red dates itu bunyinya serupa sama apa ya, pokoknya sebangsa buru buru atau cepet cepet atau pagi pagi gitu. Maksudnya biar cepetan punya anak gitu.
Isi koper biasanya baju baru, berapa banyak terserah, makin banyak makin mentereng. Tapi bawa kopernya harus 2 biji, sepasang, gedenya sih terserah.terus dalemnya komplit mulai baju dalem, sikat gigi, sabun, minyak wangi, alat make up, perhiasan, pokoknya segala keperluan cewek musti kumplit disitu supaya si cewek pindah nanti nggak usah minta apa yang enggak ada sama mertuanya. Terus isi koper ini sama perwakilan keluarga cewek dibongkar disaksikan sama kerabat pihak cowok, dipindah ke dalam lemari. Katanya makin komplit isi kopernya makin “dipandang” lah si menantu di keluarga suaminya. Di acara pasang sprei dan kirim koper ini si calon pengantin ngga boleh ikut. Pokoknya isi kamar pengantin bakalan jadi surprise.

http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/5448

————————————————
Addition by Lim Wiss
(as an answer to member’s question)
Saya tdk tahu ttg adat istiadat Tio Ciu ttp saya bisa bantu dlm pemberian info San Jit secara Khek

Acara Sanjit & bawa koper boleh hari bersamaan, asal tdk lebih dari jam 4 sore. Biasanya bisa tanya hari baik pada klenteng or vihara.
Barang untuk San Jit lebih baik didiskusikan oleh 2 belah pihak krn permintaan msg2 berbeda.
Secara keseluruhan hrs siapkan : (Pihak Pria)
1. Mie buat lambang panjang umur
2. Kue satu buat lambang kebahagiaan
3. Arak Merah buat lambang kebahagiaan = 2 botol
4. Apel buat lambang keselamatan
5. Jeruk buat lambang keberhasilan
6. Buah kelengkeng (boleh kalengan) buat lambang selamanya bersatu
7. Zhu Kiong ( kalengan daging babi) buat lambang hoki
8. Kain merah sepanjang 2,5 meter
9. Uang susu
10. Uang lamaran
11. Permen manis

Pihak wanita :
Item 1, 2, 4 – 7, 11 hrs dibagi dua dan dikembalikan
Item 3 dikembalikan berupa sirup merah
Item 8 diambil, dipasang pagi hari pada hari resepsi pernikahan
Item 9 wajib diambil
Item 10 diambil lembar pertama & lembar akhir sbg tanda ada awal & ada akhir

Jumlah item di atas harus ditanyakan ke pihak wanita. Ada yg suka angka 8 = hoki, or 9 = selamanya bersama or 10 = angka hidup
Terpenting semua makanan hrs manis sbg tanda kebahagiaan.
Org yg bawa barang San Jit hrs tanya pihak wanita. Ada yg mau pasangan married yg bahagia hingga anaknya besar
Acara San Jit sekitar jam 8 – 10 siang, tdk baik lebih dari jam 10 siang
Pihak wanita hrs menjamu pihak pria, boleh di restaurant boleh di rumah.
Stl acara Sanjit ada acara bawa koper dari rumah pihak wanita ke rumah yg akan ditempati.

Acara bawa koper :
Satu Koper diisi pakaian yg baru sbg lambang awal permulaan lembaran baru
Satu koper diisi kosmetik baru
Satu koper isi bed cover & satu set sprei
Dua koper di atasnya ditaruh hiasan berupa kipas yg dibuat dari uang, boleh ribuan, puluhan, ratusan. Terpenting hrs genap sbg lambang angka hidup.
Samping koper ditaruh dgn 2 apel & 2 jeruk sbg lambang keselamatan & keberhasilan.
Kamar pengantin dihias dgn tulisan Shi = bahagia
Di atas kasur ditaruh sepasang boneka angsa
Sprei dipasang oleh sepasang keluarga yg harmonis & sukses sbg lambang kebahagian berumah tangga
Pihak Pria menjamu pihak wanita boleh di rumah boleh di restorant.

-Lim Wiss-
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/5559