欢迎..............欢迎..............欢迎


Tampilkan postingan dengan label story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label story. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 Agustus 2014

Sapi Jantan yang Pintar


Pada suatu hari ada seekor singa melihat seekor sapi jantan yang gemuk dan kekar sedang memakan rumput ditepi sungai, didalam hati singa berpikir, “Lihat! Badan yang gemuk dan banyak daging, dan keempat pahanya yang kekar, air liur saya sampai menetes!”

Lalu singa memikirkan sebuah cara untuk menjebak sapi jantan ini. Oleh sebab itu dia lari pulang kerumahnya menyediakan sebuah tombak besi dan sebuah ember besar, memancing sapi jantan masuk ke perangkapnya, dia berharap mencari kesempatan mengalihkan perhatian si sapi sehingga dengan mudah dia bisa menyantap sapi jantan tersebut.

Setelah mempersiapkan semuanya, singa pergi ketepi sungai berkata kepada sapi jantan, “Tuan sapi, saya ingin mengundang anda bersantap malam di rumahku, saya telah menyediakan sebuah hidangan yang lezat untuk disajikan kepada anda.”

Sapi jantan memandang kepada singa berkata, “Kenapa anda tanpa sebab mengundang saya bersantap malam bersamamu?” Singa dengan tertawa menjawab, “Karena saya ingin berteman dengan anda.” Sapi jantan merasa aneh tetapi tetap menerima undangannya.

Sapi jantan mengikuti singa sampai disebuah gua rumah si singa, singa masuk kedalam gua sedangkan sapi jantan tetapi berdiri dimulut gua dengan teliti melihat keadaan sekelilingnya dan memandang kedalam gua, didalam gua sama sekali tidak ada hidangan lezat seperti yang disebut oleh singa, hanya ada sebuah tungku api yang diatas tunggu ada sebuah ember besar berisi air dan sebuah tombak besi.

Sapi jantan menyadari siasat yang tidak baik, tanpa berkata sepatahpun lalu membalikkan badan meninggalkan tempat itu. Ketika singa menyadari sapi jantan meninggalkannya lalu mengejar dibelakang sapi jantan bertanya kepadanya,” Kenapa tanpa berkata sepatahpun engkau meninggalkan saya?”

Sapi jantan menjawab, “Saya berbuat seperti ini ada sebabnya, karena saya tahu santapan lezat yang engkau maksud bukan untuk menjamu saya, tetapi engkau bermaksud menjadikan saya sebagai santapan lezatmu.” Setelah berkata demikian sapi jantan dengan cepat meninggalkan singa itu sendirian.

Memang diundang makan seseorang adalah hal yang menggembirakan, tetapi harus dengan teliti melihat keadaan sekelilingnya dan memahami maksud seseorang, untuk menghindari hal yang bisa membahayakan lebih bagus jangan menerima undangan dari orang yang tidak dikenal. (Erabaru/hui)

Batu Karang Legendaris Disinari Matahari Setiap 60 Tahun


Batu besar yang dikenal sebagai “batu untuk mengeringkan tulisan suci di bawah sinar matahari” itu terletak di lembah di belakang kuil Fahua, di kota Anning, provinsi barat daya Yunnan, Tiongkok.

Karakter kuno tampak terukir pada permukaannya, tetapi hal yang paling luar biasa tentang batu ini adalah bahwa matahari dikatakan bersinar di atasnya hanya sekali setiap 60 tahun.

Legenda mengatakan bahwa ketika itu biarawan Tang Xuanzang (baca dang siencang, 602-664) sedang dalam perjalanan kembali ke Chang’an, ibukota Dinasti Tang, setelah memperoleh kitab suci Buddha dari India. Alkisah dia pernah mengeringkan transkrip sutra Buddha tersebut di atas batu, setelah mereka jatuhkan ke dalam sungai.

Yunnan Information Newspaper melaporkan bahwa batu itu berketinggian lebih dari 12 meter dan memiliki lebar beberapa meter di pangkalan. Pohon-pohon dan rumput tumbuh padat di sekitarnya. Hal yang aneh adalah ketika matahari menjulang tinggi di langit, dan menyinari setiap sudut lembah, batu ini anehnya tidak mendapatkan sinar matahari langsung.

Di sisi depan batu itu, tampak karakter kuno yang terpahat pada permukaan yang datar berukuran sekitar 6-9 kaki. Ada delapan baris karakter, masing-masing memiliki sekitar selusin ukiran karakter. Karakter ini berbentuk keriting terlihat seperti simbol hiroglif atau masa sebelum Dinasti Qin, yang masih digunakan pada segel-segel di masa kini.

Akibat termakan usia, karakter-karakter tersebut telah menjadi sulit untuk dikenali. Selain itu delapan baris karakter besar, ada karakter yang lebih halus, sehingga banyak ukiran yang tidak bisa dibaca.

Mr Cao, seorang sarjana dalam sejarah Tionghoa, budaya, dan geografi, berkata: “Matahari bersinar di atas batu hanya sekali setiap 60 tahun. Ini terjadi setelah matahari terbenam ketika matahari terbit dari balik gunung (pada malam yang sama).”

Mr Cao mengetahui dari orang-orang tua di sebuah desa di dekat batu, bahwa terdapat seorang tukang kayu yang masuk ke dalam gunung untuk mengumpulkan kayu bakar setiap hari. Ketika matahari terbenam, ia melewati batu itu dalam perjalanan pulang sambil membawa dua ikat kayu bakar. Suatu malam, ketika tukang kayu melewati batu itu, dia melihat matahari terbit lagi. Padahal saat itu seharusnya matahari telah terbenam. Ternyata cahaya terang yang ia kira matahari terbit itu berasal dari batu tersebut. Karena terkejut, ia pun menjatuhkan ikatan kayu bakarnya, dan berlari ke desa untuk memberitahu orang-orang.

Cahaya Matahari memenuhi ruangan

Seorang biarawan dari Kuil Fahua mengatakan, “Saat itu sekitar pukul 18:00 pada saat musim semi 2005 (20 Maret 2005). Saya melihat matahari menerangi batu selama sekitar setengah jam.” Ia telah menjadi biarawan di kuil tersebut selama bertahun-tahun, namun saat itu merupakan satu-satunya saat ia melihat sinar matahari di atas batu.

Menurut Archives of Anning Prefecture, “Selama musim hujan, kuil itu selalu terlihat agak remang-remang seperti biasanya. Namun tiba-tiba, sinar matahari memenuhi ruangan. Ukiran dan pahatan Buddha di dinding kuil menjadi tampak sangat hidup. Dan tak berlangsung lama, sinar matahari sudah pergi, dan segala sesuatu menjadi redup kembali.”

Kejadian itu dilaporkan pada 1921. Legenda setempat mengatakan bahwa pada hari setelah perayaan musim semi, sekali setiap 60 tahun, matahari terbit lagi setelah matahari terbenam pada malam yang sama. Sinar matahari terbit mengisi puncak gunung dan lembah, menerangi batu legendaris. Hutan menjadi jelas tampak berwarna-warni, ukiran Buddha memancarkan warna emas, dan ruangan kuil dipenuhi dengan sinar cemerlang berwarna keemasan.

Dalam legenda dikatakan bahwa Xuanzang menjatuhkan transkrip sutra Buddha di Sungai Sha setelah dia bertemu dengan kura-kura raksasa ketika sedang menyeberangi sungai dalam perjalanan kembali ke ibukota Tang dari India. Dia sedapat mungkin menyelamatkan transkrip sutra itu dari dalam air dan mengeringkannya.

Biarawan dan para pengiringnya membuka transkrip sutra di atas batu dan menyalakan api untuk mengeringkannya, tetapi tiba-tiba matahari seolah terbit meskipun ketika itu hari sudah malam. Sinar matahari menerangi langit malam dan batu tersebut, dan mengeringkan transkrip sutra.

Dan ketika para biarawan pengiring itu mengumpulkan kembali transkrip-transkrip yang tercecer, ternyata tulisan-tulisan Sanskerta dari transkrip sutra tadi telah tercetak pada batu tersebut. Oleh karena itulah, batu itu diberi nama “batu untuk mengeringkan transkrip sutra di bawah sinar matahari.” (The Epoch Times / osc)

Sabtu, 04 Juni 2011

Yu Gong Memindahkan Gunung


Ini adalah kisah terkenal bagi kebanyakan orang Tiongkok. Dalam bahasa Tiongkok, Yu Gong berarti orang tua yang bodoh . Bagaimana orang bodoh berhasil memindahkan gunung yang tinggi? Duluada dua gunung tinggi antara Jizhou di Selatan dan Heyang di utara. Salah satunya disebut Gunung Taihang.



Di dekat bagian utara dari pegunungan, hidup seorang lelaki tua bernama Yu Gong yang hampir berumur 90 tahun. Kedua gunung tinggi di depan rumahnya menyebabkan keluarganya merasa sangat tidak nyaman. Mereka harus berjalan jauh mengelilingi gunung setiap kali mereka punya sesuatu yang harus dilakukan pada sisi lain gunung.

Suatu hari, Yu Gong memanggil semua keluarganya untuk berbicara tentang bagaimana memindah gunung ke tempat lain. Istrinya berkata, "Seorang tua sepertimu tidak akan bisa memindahkan sebuah bukit kecil sekalipun apalagi dua gunung yang tinggi. Kalaupun bisa ke mana kamu membuang begitu banyak tanah dan batu?”

Laut Bohai masih besar untuk diisi tanah dan batu,” Yu Gong berkata.

Akhirnya mereka sepakat. Anak-anaknya mulai menggali gunung, dipimpin lelaki tua Yu Gong.

Seorang pria Zhi Sou (orang pandai) melihat mereka bekerja dan berusaha menghentikan mereka, berkata, “ Anda terlalu bodoh, tua, dan lemah bahkan mengambil rumput dan pohonpun tak mampu. Bagaimana Anda bisa memindahkan gunung yang tinggi?”

“Anda salah,” Yu Gong berkata dengan mendesah.” Lihat, anak-anakku bisa meneruskan pekerjaanku setelah saya meninggal. Ketika anak-anakku meninggal bisa diteruskan cucu-cucuku. Dari generasi ke generasi, tak kan berakhir. Tetapi Gunung-gunung itu tidak bisa tumbuh tinggi. Apakah Anda ragu saya tidak bisa memindahkan gunung-gunung itu?”

Kemudian Dewa di Surga, setelah mengetahui kisah Yu Gong, sangat terharu.
Dia kemudian memerintahkan malaikat untuk memindahkan dua gunung tinggi itu.

Apakah Anda masih percaya bahwa orang-orang seperti Yu Gong adalah bodoh? Dengan tekad, apapun dapat dicapai.

Legenda Sumur Jeruk


Sekarang ini, orang-orang di Tiongkok sering menyebut toko obat dan resep obat dengan sebutan “sumur jeruk” atau “musim semi jeruk.”. Kadang-kadang, orang-orang menuliskan pujian pada papan-papan yang diterima sama toko-toko obat, adakalanya dalam bentuk surat dengan bunyi “Waktu Yang Panjang Menyisakan Harum Dari Sumur Jeruk,” atau “Waktu Yang Panjang Menyisakan Harum dari Musim Semi Jeruk.” Apakah maksudnya?

Pada masa pemerintahan Kaisar Wen dari Dinasti Han, seorang pria dengan nama Su Dan berhasil menjadi seorang dewa. Orang-orang pun memanggilnya “Su Sang Dewa.” Dia tinggal di sebuah tempat yang berjarak 50 kilometer dari pusat kabupaten. Ibunda Su Dan suatu hari mengatakan bahwa dia ingin makan ikan, tapi mereka lagi tidak memiliki ikan. Sebagai seorang anak yang berbakti, Su Dan pun berkata, “Ibu, saya akan pergi membeli.” Hanya dalam sekejap, dia pun kembali dengan membawa ikan.

Setelah kepulangannya, ibunya bertanya, “Bukankah kamu barusan pergi untuk pergi beli ikan? Kenapa kamu ada disini?”

Su Dan menjawab, “Ya, saya sudah kembali dari membeli ikan.”

Ibunya tidak mempercayainya. Dia menekannya dengan bertanya lebih banyak lagi.

Su Dan berkata, “Jika kamu tidak percaya, saya dapat membuktikannya. Saya bertemu dengan paman di pasar kota, dan dia memberitahuku bahwa dia akan pulang ke rumah besok. Dia seharusnya tiba di sini sekitar dua hari lagi.” Persis seperti yang dia katakan, pamannya pun kembali dua hari kemudian. Dia memberitahu ibu Su, “Saya bertemu dengan Su Dan di pusat kabupaten ketika dia sedang membeli ikan.”

Ibu Su pun percaya setelah itu.

Pada hari yang lain, tiba-tiba, musik surgawi terdengar. Sebuah barisan petugas datang menghampiri pintu rumah Su. Su Dan pun berkata kepada ibunya, “Ibu, Saya akan pergi untuk menjadi seorang dewa sekarang. Maafkan putramu yang tidak dapat menjaga dan melindungi ibu lagi.”

Ibunya menjawab, “Putraku, kepada siapa aku harus bergantung hidup di kemudian hari?”

Lalu Su Dan mengambil dua buah piring dan memberikannya kepada ibunya, salah satu piring berukuran lebih besar dari yang satunya. Dia berkata kepada ibunya, “Jika ibu perlu makanan, ketuk saja piring yang kecil; jika ibu perlu uang dan pakaian, ketuk saja piring yang besar. Semuanya akan muncul di hadapan ibu.”

Lalu Su berkata, “Akan ada sebuah wabah penyakit tahun depan. Jika ada orang datang kepada ibu untuk menyembuhan penyakit, ibu ambil saja sedikit air dari sumur kita, terus celupkan daun yang berasal dari pohon jeruk kita, dan mintalah si orang sakit itu untuk meminumnya. Maka penyakit dari orang tersebut akan segera sembuh.”

Sama seperti yang diprediksikan, tahun berikutnya setelah Su Dan pergi, orang yang tak terhitung banyaknya datang meminta air dan daun jeruk dari ibunya, beberapa diantara mereka bahkan datang dari tempat sangat jauh. Mereka semua hanya meminum air dan daun jeruk, lalu sembuh.


Orang-orang membangun Kuil Tao Suxian untuk mengenang Su Dan

Orang-orang membangun Kuil Tao Suxian untuk mengenang Su Dan

Kebudayaan Tiongkok Kuno adalah sebuah kebudayaan untuk kultivasi. Generasi demi generasi orang-orang benar menyaksikan sendiri bagaimana manusia bisa menjadi dewa melalui cara kultivasi. Itulah mengapa kisah sejarah Tiongkok Kuno penuh dengan banyak kisah-kisah yang ajaib. Beberapa orang mungkin menganggap cerita-cerita seperti cerita di atas adalah sebagai legenda / mitos saja, tetapi bagi mereka yang benar-benar kultivasi kisah-kisah ini sudah merupakan hal yang biasa. Banyak orang sebenarnya memiliki kemampuan supernormal, tetapi kebanyakan kekuatan mereka itu telah terkubur didalam tubuh mereka karena orang-orang sekarang tersesat dalam godaan barang materi. Kekuatan yang lebih kuat dapat didapatkan ketika seseorang sudah melepaskan keterikatan pada barang-barang materi tersebut. Banyak tokoh-tokoh sejarah bahkan memiliki kekuatan supernormal yang sangat hebat, salah satunya adalah Ci Gong, meski Ci Gong berpenampilan seperti orang miskin dan kotor. Bagaimanapun juga, kisah-kisah dari kemampuan supernormal mereka selalu melengkapi setiap kisah mereka yang diceritakan secara luas di kalangan rakyat. (Erabaru/tan)

Sabtu, 16 April 2011

Keledai, Rubah, dan Singa


Seekor Keledai dan seekor Rubah telah menjadi sahabat dekat sejak lama, dan sering sekali terlihat berduaan. Ketika Keledai memakan rumput, maka Rubah akan melahap seekor ayam dari kandang ternak yang berdekatan atau sepotong keju curian dari pabrik susu.

Suatu hari sepasang binatang itu secara tidak sengaja bertemu seekor Singa. Keledai sangat ketakutan, tetapi Rubah menenangkannya.

“Aku akan berbicara dengannya,” kata Rubah.

Kemudian Rubah berjalan dengan gagah menemui Singa.

“Yang Mulia,” Rubah mengatakannya dengan nada yang rendah, agar Keledai tidak dapat mendengarkannya, “Aku mendapatkan sebuah rencana yang bagus di dalam pikiranku. Jika Yang Mulia berjanji tidak akan menyakitiku, aku akan membawa binatang bodoh itu ke arah sana ke dalam sebuah lubang dimana dia tidak dapat keluar, dan Yang Mulia akan dapat memuaskan nafsu makan Yang Mulia.”

Singa setuju dan membiarkan Rubah kembali ke Keledai.

“Aku telah membuat sebuah perjanjian dengan dia agar tidak menyakiti kita,” kata Rubah. “ Tetapi ikutilah aku, aku tahu sebuah tempat yang bagus untuk bersembunyi sampai dia pergi.”

Lalu Rubah membawa Keledai masuk ke sebuah lubang yang sangat dalam. Tetapi ketika Singa sudah yakin bahwa Keledai telah menjadi miliknya dan siap untuk dilahap, dia malahan menyerang dan memakan Rubah Penghianat terlebih dahulu.

Moral dari cerita ini adalah bahwa, ‘Penghianat akan dibalas dengan penghianatan juga’.(Dongeng Aesop)

Sapi Jantan yang Pintar


Pada suatu hari ada seekor singa melihat seekor sapi jantan yang gemuk dan kekar sedang memakan rumput ditepi sungai, didalam hati singa berpikir, “Lihat! Badan yang gemuk dan banyak daging, dan keempat pahanya yang kekar, air liur saya sampai menetes!”

Lalu singa memikirkan sebuah cara untuk menjebak sapi jantan ini. Oleh sebab itu dia lari pulang kerumahnya menyediakan sebuah tombak besi dan sebuah ember besar, memancing sapi jantan masuk ke perangkapnya, dia berharap mencari kesempatan mengalihkan perhatian si sapi sehingga dengan mudah dia bisa menyantap sapi jantan tersebut.

Setelah mempersiapkan semuanya, singa pergi ketepi sungai berkata kepada sapi jantan, “Tuan sapi, saya ingin mengundang anda bersantap malam di rumahku, saya telah menyediakan sebuah hidangan yang lezat untuk disajikan kepada anda.”

Sapi jantan memandang kepada singa berkata, “Kenapa anda tanpa sebab mengundang saya bersantap malam bersamamu?” Singa dengan tertawa menjawab, “Karena saya ingin berteman dengan anda.” Sapi jantan merasa aneh tetapi tetap menerima undangannya.

Sapi jantan mengikuti singa sampai disebuah gua rumah si singa, singa masuk kedalam gua sedangkan sapi jantan tetapi berdiri dimulut gua dengan teliti melihat keadaan sekelilingnya dan memandang kedalam gua, didalam gua sama sekali tidak ada hidangan lezat seperti yang disebut oleh singa, hanya ada sebuah tungku api yang diatas tunggu ada sebuah ember besar berisi air dan sebuah tombak besi.

Sapi jantan menyadari siasat yang tidak baik, tanpa berkata sepatahpun lalu membalikkan badan meninggalkan tempat itu. Ketika singa menyadari sapi jantan meninggalkannya lalu mengejar dibelakang sapi jantan bertanya kepadanya,” Kenapa tanpa berkata sepatahpun engkau meninggalkan saya?”

Sapi jantan menjawab, “Saya berbuat seperti ini ada sebabnya, karena saya tahu santapan lezat yang engkau maksud bukan untuk menjamu saya, tetapi engkau bermaksud menjadikan saya sebagai santapan lezatmu.” Setelah berkata demikian sapi jantan dengan cepat meninggalkan singa itu sendirian.

Memang diundang makan seseorang adalah hal yang menggembirakan, tetapi harus dengan teliti melihat keadaan sekelilingnya dan memahami maksud seseorang, untuk menghindari hal yang bisa membahayakan lebih bagus jangan menerima undangan dari orang yang tidak dikenal. (Erabaru/hui)