欢迎..............欢迎..............欢迎


Rabu, 18 Mei 2011

TEGURAN KERAS JUGA SUATU KEBAHAGIAAN


Ada seorang pertapa yang tinggal di sebuah hutan yang sunyi dan jarang dikunjungi orang. Setiap hari ia rajin mematut diri dan bersamadi di bawah pohon besar.

Suatu hari ketika bersamadhi ia merasa mengantuk. Untuk menghalau rasa kantuk, ia berjalan-jalan di dalam hutan. Tanpa sengaja ia sampai di pinggir kolam teratai dan melihat bunga teratai di kolam sedang bermekaran, sungguh indah!

Dalam hati sang pertapa berpikir, “Jika saya petik sekuntum bunga teratai yang sangat indah ini dan membawanya serta, maka aroma semerbaknya pasti bisa membuat semangat lebih baik!”

Ia kemudian membungkukkan tubuhnya dan memetik sekuntum bunga teratai yang paling indah. Namun ketika hendak meninggalkan kolam itu, tiba-tiba terdengar suara berat dan menggelegar, “Siapa yang berani mencuri bunga teratai saya!”

Pertapa itu melihat ke sekeliling dan tidak menemukan siapa pun. Ia kemudian menengadah ke langit dan bertanya,“Siapakah Anda? Mengapa mengatakan bunga-bunga teratai tersebut milik Anda?”

“Saya Dewa kolam teratai ini. Semua bunga teratai di hutan ini milik saya, percuma saja Anda seorang pertapa namun telah mencuri bunga teratai saya. Pikiran tamak Anda telah timbul tapi masih tidak mau mawas diri dan merasa malu, malah beraninya Anda menanyakan apakah bunga-bunga teratai tersebut milik saya!” tegur suara dari atas langit.

Dalam hati pertapa timbul rasa malu yang mendalam. Ia lalu bersujud ke langit dan mengutarakan penyesalannya, ”Dewa kolam bunga teratai, saya menyadari kesalahan yang telah saya lakukan. Mulai saat ini, saya akan sungguh-sungguh membenahi semua kesalahan saya, mutlak tidak akan mengambil benda apapun yang bukan milik saya.”

Ketika sang pertapa masih merenungi kesalahannya, ia melihat seorang pria yang berjalan ke arah kolam. Pria tersebut bergumam, “Lihat! Betapa segarnya bunga-bunga teratai ini, saya harus memetiknya untuk dijual di pasar, agar dapat sedikit uang untuk pengganti kekalahan sehabis main judi kemarin!”

Selesai berkata, orang itu lalu melompat masuk ke kolam, menginjak sana sini, dan membabat habis seluruh bunga teratai di kolam. Daun bunga teratai robek terinjak-injak hingga banyak yang patah, lumpur di dasar kolam juga teraduk ke atas, kolam jadi rusak berantakan. Dengan membawa seikat besar bunga teratai, pria tersebut pergi sambil tertawa puas.

Sang pertapa berharap Dewa Kolam Teratai bisa menampakkan diri untuk menegur atau menghukum orang yang memetik bunga-bunga teratai tersebut. Namun suasana kolam sunyi senyap.

Dengan penuh kebimbangan si petapa menghadap ke langit dan bertanya, “Oh Dewa Kolam Bunga Teratai! Saya hanya memetik sekuntum bunga teratai dengan kerendahan hati dan penuh kekaguman, Anda sudah mencela saya dengan keras. Namun pria itu memetik semua bunga teratai Anda dan merusak kolam, lalu mengapa sepatah katapun Anda tidak menegurnya?

Dewa menjawab,“Pada dasarnya Anda seorang pertapa. Bagaikan sehelai kain putih, ternodai sedikit saja sudah sangat jelas terlihat, maka saya baru memperingatkan Anda, untuk cepat-cepat membersihkan tempat yang ternoda agar kembali bersih dan murni.”

“Namun pria itu pada dasarnya seorang berandalan, seperti sebuah kain lap yang kotor, bila ditambah lagi dengan kotoran yang lain juga tidak apa-apa. Saya tidak bisa memberikan bantuan apa-apa kepadanya, hanya bisa membiarkan dia menerima hukuman karma dari perbuatan jahatnya, maka saya hanya berdiam diri.”

“Anda jangan mengeluh kepada saya, seharusnya Anda merasa senang karena kekurangan Anda masih bisa terlihat oleh orang lain. Saat melihat kekurangan Anda masih ada yang mau membimbing dan membetulkannya, hal tersebut menandakan bahwa kain Anda masih putih, patut selalu dicuci bersih, ini merupakan suatu hal yang patut Anda syukuri!”

Bilamana langit tampak paling indah? Yakni saat kerumunan awan putih bersih melintas di langit. Warna putih awan telah merefleksikan birunya langit. Jika awan terlalu banyak, langit akan terkesan kacau, dan jika awan terlalu luas, maka langit terkesan sempit.

Oleh karena itu saat terindah langit, juga merupakan saat terindah bagi awan itu sendiri.

Sedangkan saat yang paling indah bagi manusia, adalah saat manusia bisa mempertahankan kesadaran!

Di dalam kesadaran yang kelihatannya seperti tidak lancar dan membuat orang merasa putus asa dan malu, mungkin di dalamnya tersembunyi kebahagiaan sebenarnya yang kita harapkan dan dambakan!. (The Epoch Times / lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar