欢迎..............欢迎..............欢迎


Rabu, 18 Mei 2011

PAHALA MEMENGARUHI HIDUP MANUSIA

Jika seorang raja dapat memerintah dengan bijaksana, menghormati langit, dan mencintai rakyatnya, maka negeri yang dipimpinnya akan makmur sejahtera dan kuat.

Sebaliknya jika raja tersebut tidak berkebajikan, maka bukan manusia yang akan menggulingkan kekuasaannya, melainkan langit yang akan menumbangkannya, tidak membiarkan dia menjadi bencana bagi negeri itu untuk mencelakai rakyatnya. Ini adalah manifestasi dari perbuatan jahat yang mendapatkan balasan jahat dan perbuatan baik akan mendapatkan balasan baik dari seorang raja didalam suatu dinasti.

Prinsip yang sama juga berlaku pada sebuah marga. Jika anggota keluarga sebuah marga secara turun temurun sangat mementingkan kebajikan, maka anak cucu keturunan marga tersebut juga akan mendapat perlindungan. Marga tersebut akan menjadi sejahtera dan makmur. Jika keluarga tersebut berangsur-angsur meninggalkan tradisi, melanggar moral, tidak berdisiplin, dan melakukan hal-hal yang amoral, maka anggota keluarga dari marga tersebut akan mengalami ketidak beruntungan dan kemerosotan.

Keluarga manakah yang tidak ingin memiliki penerus? Siapakah yang ingin tidak berketurunan? Kemakmuran dan ke-sejahteraan sebuah keluarga bukan ditentukan oleh nasib, melainkan ditentukan oleh perilaku kebajikan diri sendiri. Jika orang tersebut mengumpulkan banyak pahala dengan melakukan kebaikan, bersikap murah hati, berlapang dada, dan memperlakukan orang lain dengan baik, maka sudah pasti langit tidak akan membiarkan orang tersebut tidak berketurunan.

Orang tersebut akan menerima berkah dari langit dengan anak cucu yang makmur dan sejahtera. Nasib tercipta oleh diri sendiri. Balasan sebab akibat dari perbuatan diri sendiri akan dirasakan oleh diri sendiri juga. Jika ingin mengubah nasib harus dimulai dari mengubah diri sendiri, bertobat dan memulai hidup yang baru. Memupuk hati menuju kebaikan dapat mengubah nasib diri sendiri.

Manusia berencana Tuhan yang menentukan. Manusia mengatakan takdir tidak dapat dihindari. Sebenarnya tidak semuanya adalah mutlak. Manusia sangat labil, sifat kejahatan dan kebaikan berada bersamaan dalam diri manusia, hanya melihat manusia memilih yang mana. Jika manusia memilih kebaikan maka akan mendapatkan balasan kebaikan. Jika memilih kejahatan maka akhirnya akan mendapatkan balasan kejahatan.

Hanya saja manusia acapkali hanya melihat keuntungan sesaat yang berada di depan mata dan tidak memikirkan akibat di kemudian hari. Apa yang ditabur itulah yang akan dituai, menabur benih kejahatan mana mungkin mendapatkan buah kebaikan? Sekilas pikiran yang timbul dari hati manusia, segera akan diketahui oleh langit dan bumi. Keluarga yang mengumpulkan kebaikan pasti akan mendapatkan kemakmuran. Keluarga yang mengumpulkan kejahatan pasti akan mendapatkan malapetaka. Langit sangat adil, kebaikan maupun kejahatan semua akan mendapatkan balasan, perilaku kebaikan atau kejahatan tidak dapat mengelabui yang di Atas.

Seseorang yang melakukan kejahatan, dilihat secara permukaan orang tersebut sedang mencelakai orang lain. Tetapi sebenarnya dia sedang mencelakai diri sendiri. Ketika orang tersebut sedang membiarkan semua hasrat ego diri sendiri tidak terkendali, saat itulah dia sedang memusnahkan dirinya sendiri. Manusia acapkali mengeluh pada Tuhan karena tidak memperlakukan dirinya dengan adil ketika menerima balasan buah kejahatan. Sebenarnya manusia tidak memahami bahwa semua balasan buah kejahatan itu adalah karena dirinya sendiri.

Jika ingin sukses di tengah masyarakat, seseorang harus menaruh perhatian pada perilaku moral diri sendiri. Hanya yang memiliki moral dan mentaati perintah-Nya baru akan mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Kuasa. Hanya manusia yang bermoral dan berbudi luhur baru dapat memikul tanggung jawab besar yang diberikan Tuhan kepadanya.

Tidak peduli Anda melakukan hal apapun, syarat utama yang perlu dimiliki untuk mencapai kesuksesan adalah menjadi seseorang yang bajik, bermurah hati, dan bermoral. Segala sesuatu yang berada dalam masyarakat manusia semuanya dikendalikan oleh yang di Atas. Sedangkan yang di Atas tidak melihat seberapa besar kehebatan dan kemampuan Anda, juga tidak melihat setinggi apa cita-cita Anda, Dia hanya melihat seberapa banyak pahala yang Anda miliki.

Segala kebahagiaan dan keberuntungan dalam kehidupan manusia semua terlahir dari pahala seseorang. Melakukan hal baik dapat mendapatkan balasan kebaikan. Sebaliknya jika selalu berpikiran jahat demi keuntungan pribadi serta melakukan tindakan kejahatan, maka pada akhirnya pasti akan mendapatkan balasan kejahatan. (Chun Liu / The Epoch Times / lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar