欢迎..............欢迎..............欢迎


Rabu, 18 Mei 2011

MEMULAI KEHIDUPAN BARU


Seorang teman menceritakan sebuah lelucon: Ada seorang anak perempuan yang sejak kecil mendapat pendidikan di sekolah elit. Suatu hari dia datang ke sebuah kelas di sebuah sekolah negeri. Dia berkata dengan kagum, “Di sekolah kalian ini enak sekali! Ada kipas anginnya, tidak seperti ruangan kelas kami hanya ber-AC, membuat saya jadi kedinginan!”

Ucapan polos anak kecil memang bisa membuat orang tersenyum, tetapi selain itu mengandung cukup banyak keluh kesah. Dalam kepolosan ucapan seorang anak sama sekali tidak ada yang ditutupi, apa yang dikatakan mereka itu adalah kenyataan, tetapi juga telah menunjukkan masalah dalam pendidikan.

Sejak dilahirkan, orangtua akan berusaha segenap tenaga untuk memberikan yang terbaik kepada anak mereka, ingin kelak menjadi orang berguna. Agar tidak kalah dengan anak lain di tempat start berlari, kebanyakan orang tua berusaha sekuat tenaga mencari uang, membangun sebuah surga dunia bagi anak mereka. Karena itu, anak-anak polos yang berada dalam naungan dan perlindungan orang tua, akan menjadikan banyak hal sebagai suatu kewajaran.

Terhadap materi yang berlimpah dan mudah didapat, ia tidak akan tahu bagaimana menyayanginya. Bila langit runtuh, ada orang tua yang menahan, bila membuat masalah, masih ada orang tua yang diandalkan. Dalam kegemerlapan dunia yang dibangun dengan cermat, hanya ada warna-warni kegemilangan, tidak ada gelombang badai yang mengejutkan juga tidak ada tantangan cobaan dan kesulitan. Ketika mereka terjun ke dalam masyarakat, maka tragedi menyedihkan akan mulai menimpa sekali dan sekali lagi. Karena kelalaian dan sikap acuh, orang tua juga akan mengalami penyesalan yang sama berulang kali.

Cara mendidik anak yang menyimpang, membuat anak tersebut setelah tumbuh dewasa seperti sebuah pohon yang tumbuh miring, setiap saat bisa tumbang dan ditimpa malapetaka atau mati muda. Ketika kita hanya memberikan anak dengan uang dan materi dalam jangka waktu panjang, dan tidak rela menghabiskan waktu untuk menemani anak, mendengarkan suara hati anak, perhatian terhadap perasaan anak, hingga pada suatu hari ketika kita sudah berusia lanjut, anak-anak kita juga sama seperti kita dulu dengan uang saja memasok kita, tidak ada waktu menemani dan mendengarkan suara hati kita, perhatian terhadap perasaan kita. Jika saat itu baru mengeluhkan mengapa kehidupan ini tidak bisa diulang sekali lagi, bukankah sudah terlambat!

Menarik pelajaran dari kesalahan terdahulu, biarkanlah kita mengambil keputusan tegas sekali lagi atas diri sendiri dan anak-anak kita. Sebenarnya kita harus menyayangi jodoh pertemuan kita bersama anak-anak yang sulit kita dapatkan, karena memiliki anak, baru ada pendidikan antara ayah dan anak. Pendidikan sekali lagi telah memberikan kepada kita kesempatan berharga untuk berkembang, karena itu boleh dikatakan bahwa anak adalah guru bagi kita. Seiring pertumbuhan anak, kita juga terus-menerus belajar dari pengalaman hidup yang baru dan kecerdasan jiwa.

Anak yang polos dan naïf tidak akan mendendam, anak yang polos meletakkan posisi hati pada titik nol, mengosongkan diri sendiri dan belajar dengan serius. Setelah dipikir dengan saksama, kita akan menemukan, sei-ring dengan berlalunya waktu tidak terasa kita sudah berangsur-angsur memikul banyak sekali prasangka, telah memupuk terlalu banyak kesenangan dan ketidak senangan serta rasa nyaman. Semua keterikatan hati yang tidak bisa dilepaskan telah membelenggu pikiran dan tindakan kita.

Mulai hari ini biarkanlah kita semua setiap hari menyambut kehidupan yang baru ini dengan perasaan hati yang baru pula — laksana seorang bayi yang menerima berkah kehidupan dari alam ini, kita akan merasa terkejut bahwa dalam berbagai musim penuh dengan pemandangan indah yang membuat orang melompat kegirangan.

Bila melihat perasaan manusia dengan sebuah hati anak kecil, kita akan menemukan dalam watak hakiki manusia, sebenarnya kebaikan dan kemurnian selalu menyertai kita. Bagaikan selembar kertas putih yang diwarnai dengan kebenaran dan kesetiaan, kita akan menemukan warna yang sangat indah yang dulu tak pernah tampak oleh kita. Biarkanlah sejak awal kita hanya membawa sebuah ketulusan hati, setiap hari memulai kehidupan baru! Belajar dan belajar lagi! (The Epoch Times / lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar