欢迎..............欢迎..............欢迎


Rabu, 18 Mei 2011

MENGELOLA KEHIDUPAN


Suatu hari anak saya berkata, “Setiap kali ada murid yang mengadu, guru selalu mengatakan, tidak ada masalah, ini urusan kecil, jika dua orang saling berjabatan tangan, maka mereka masih berteman baik. Namun masalah sebenarnya sama sekali belum terselesaikan, hanya merupakan penyelesaian sementara. Si guru enggan dipusingkan dengan masalah.”

Ucapannya sungguh mengejutkan saya, ternyata kehidupan ini masih membutuhkan sedikit kecerdasan untuk mengelola sesuatu. Bila ingin menjadi pelajar yang baik, harus mengasah otak dalam mengikuti pelajaran maupun dalam berperilaku. Begitu juga untuk menjadi orang tua yang mampu memahami suara hati anak.

Sebagai anak, juga dibutuhkan untuk berpikir mencari cara bagaimana bisa menyenangkan atau menjaga nama baik orang tua. Begitu pula dalam berinteraksi dan bernegosiasi dengan orang lain bagaimana cara agar dapat saling menguntungkan kedua belah pihak, bagaimana cara berteman agar tidak sampai salah jalan, bagaimana cara membujuk pacar atau isteri, semua memerlukan kecerdasan tersendiri. Jika Anda menginginkan kehidupan yang sempurna, perbanyaklah hal-hal yang memerlukan kepintaran mengasah otak.

Asalkan Anda mau melihat, maka Anda akan melihat bagian yang lebih mendalam, yaitu suka duka orang lain. Asalkan Anda mau mendengar, Anda akan menyadari penderitaan dan kegembiraan orang lain. Asalkan mau bertanya, Anda akan memahami berbagai macam pengetahuan baru dan menemukan berbagai cerita kehidupan. Asalkan Anda mau menggunakan kaki dan tangan, maka akan timbul kekuatan yang lebih besar, yang dapat mendatangkan cahaya dan kehangatan. Asal Anda mau mencoba untuk mengasah otak, maka tidak akan mengalami penyesalan dalam hidup ini.

Sebuah kalimat berbunyi, ‘Tidak ada makan siang gratis di dunia ini’. Untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, tidak bisa hanya mengandalkan nasib saja. Setiap hari langkah yang diambil harus dipikirkan dengan matang, dikelola dengan sepenuh hati baru, agar dapat mendapatkan apa yang kita inginkan.

Misalnya seperti dalam kebudayaan seni musik yang menghasilkan Mozart yang luar biasa, atau bahkan sepasang suami istri yang bergandengan mesra berjalan di sebuah taman, atau sebuah maha karya yang sedang menjadi buah bibir masyarakat, sebuah lukisan ternama yang berusia ribuan tahun, sekeping medali emas Olimpiade yang menjadi kemuliaan, semua ini adalah hasil tempaan dan gemblengan bertubi-tubi, ditukar dengan jerih payah dan ketekunan kita dalam menanam dan menyirami. Di belakang keberhasilan semua tokoh-tokoh besar tersebut, mereka juga banyak mengalami saat-saat sulit.

Meskipun anak kecil mengucapkan kalimat yang kekanakan, sebenarnya terkadang apa yang mereka ucapkan singkat dan tepat sasaran. Sepatah kata saja sudah bisa memecahkan wejangan kehidupan. Sebenarnya mereka bersikap serius dalam menghadapi kehidupan, sebagai orang dewasa mana boleh berpura-pura tidak melihatnya. Selalu berdalih “mengikuti nasib” sebagai alasan menutupi kemalasan dan menipu diri sendiri, kita harus lebih banyak menggunakan akal budi untuk berpikir, dengan demikian kita dapat melewati pergaulan dalam masyarakat, bahkan kehidupan kita, baru bisa dilewatkan dengan sempurna. (Bao Zi Lin / The Epoch Times / lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar