欢迎..............欢迎..............欢迎


Jumat, 06 Mei 2011

Seni Mengajar Tiongkok Kuno (1)


Pendidikan formal di Tiongkok kuno sebagian besar berdasarkan pada Konfusianisme. Ketika Konfucu memberikan ceramah di Xingtan (harfiah diterjemahkan sebagai Altar Apricot), ia mempunyai 3.000 murid.

Konfusianisme adalah dikatakan berdasarkan atas ceramah-ceramah Konfucu dan ini berfungsi sebagai asal dari pendekatan Konfucu dalam mengajar.

Dong Zhongshu (179 SM - 104 SM), seorang sarjana kekaisaran berpengaruh selama Dinasti Han, mempromosikan ajaran Konfucu secara luas melewati semua ideologi yang lain, sehingga ajaran Konfucu adalah ideologi dominan pada saat itu.

Selama Dinasti Sui (580-618) dan Tang (618-907), sistem ujian kekaisaran menekankan pada studi ajaran Konfucu, secara bertahap membawanya ke puncak, dan pengaruhnya terhadap pendidikan Tiongkok klasik berlangsung selama berabad-abad.

Sebagai inti dari metode pengajaran formalnya, ideologi Konfucu adalah sistem pemikiran-pemikiran mendalam yang mencakup aspek-aspek luas dari kehidupan sosial dan spiritual pada zaman kuno. Dalam “Pembelajaran Besar,” Konfucu menulis, “Orang-orang yang berkultivasi, keluarga mereka diatur. Keluarga mereka sedang diatur, negara mereka sudah pada tempatnya diatur, seluruh kerajaan dibuat tenang dan bahagia.”

Dididik dibawah filsafat seperti ini, orang-orang Tiongkok kuno menekankan pada kultivasi moralitas, memelihara keluhuran karakter dan menghormati langit dan bumi. Orang-orang menerima bahwa kehidupan ditakdirkan mengikuti jalurnya dan bahwa dengan mengkultivasi karakter moral, seseorang akhirnya akan mencapai kebahagiaan dan pikiran yang tenang serta pandangan ke depan yang sehat terhadap kehidupan duniawi, surgawi, dan nilai-nilai sosial.

Akar dari Ajaran Konfucu terdiri dari “kebajikan, kebenaran, ketekunan, kebijaksanaan, kesetiaan.” Banyak sifat-sifat baik, seperti kesetiaan, berbakti kepada orangtua, keberanian, kejujuran, keterbukaan, kebenaran, kerajinan, dll. adalah berasal darinya. Konfucu secara efektif mengatur semua lapisan masyarakat Tiongkok kuno, dan mendefinisikan standar dan nilai-nilai untuk menjadi orang baik.

Kebajikan dan kesopanan adalah nilai-nilai inti Konfusianisme. Dengan mempertahankan pemikiran kebajikan, orang-orang secara alami menjadi budiman. Tanpa kesopanan, tidak akan ada kesetiaan atau loyalitas. Tanpa kesetiaan, tidak ada yang dapat dibentuk.

Budaya tradisional Tiongkok berakar mendalam di dalam Ajaran Konfusius, Buddhisme, dan Taoisme. Konfusius fokus pada “memasuki dunia fana,” sedangkan Buddhisme dan Taoisme memfokuskan pada “melampaui duniawi fana.” Karena ia berinteraksi dengan masyarakat sehari-hari, ajaran Kunfucu memiliki dampak terbesar bagi masyarakat manusia, atau dunia fana.

Di Tiongkok kuno, pendekatan Konfucu dalam mengajar sangat efektif karena bukan hanya membentuk banyak individu sangat unggul, tapi juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas masyarakat dan mendorong kemajuan ekonomi dan budaya. Tanpa pendekatan ajaran Konfucu dalam pengajaran, sejaran Tiongkok tidak akan mempunyai Dinasti Tang yang luar biasa atau keelokan Dinasti Song atau Dinasti Ming dan Qing yang bersemangat. Artinya, kebudayaan tradisional Tiongkok tidak akan pernah ada jika bukan karena ajaran Konfucius.

Selama Dinasti Han (206 SM - 220) dan Dinasti Jin (265-420), sistem ujian kekaisaran masih belum terbentuk, namun ada sistem rekomendasi untuk mencalonkan orang-orang yang berpendidikan baik dari latar belakang yang baik untuk mengisi jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Orang-orang itu biasanya dari keluarga kaya dan berpengaruh. Namun, jika seseorang tidak berpendidikan, tidak peduli bagaimana status keluarganya, ia tidak akan bisa direkomendasikan.

Didirikan selama Dinasti Sui dan Tang, sistem ujian kekaisaran memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat umum untuk menduduki jabatan pemerintahan. Banyak orang berpendidikan dengan latar belakang sederhana memperoleh jabatan-jabatan peringkat tinggi di pemerintahan. Banyak kisah sukses orang-orang yang “memulai dari bawah” masih diceritakan sampai hari ini.

Meskipun orang-orang yang di atas merupakan minoritas, tapi mereka yang dididik di bawah ideologi yang sama itu memegang peranan penting dalam masyarakat. Secara keseluruhan, yang berpendidikan sangat dihormati dan merupakan pilar utama dalam masyarakat Tiongkok.

Beberapa dari mereka mulai membuka sekolah-sekolah; memberikan saran-saran strategis bagi para penguasa; mempraktekkan pengobatan; menjadi seniman. Di Tiongkok kuno, strata pendidikan masyarakat mempunyai dampak besar pada masyarakat melalui pemikiran dan perbuatan mereka. Nilai sistem mereka berperan penting dalam menjaga stabilitas.

Karakteristik unik lain dari metode pengajaran Tiongkok kuno adalah buku teks utama tidak berubah selama ribuan tahun. Tidak peduli bagaimana dinasti berubah, yang klasik tetaplah sama.

Dinasti dan masyarakat bisa berubah, tapi Tao tidak akan pernah berubah. Inilah sebabnya mengapa Konfusius berlangsung selama ribuan tahun. Tidak peduli seseorang lahir di dinasti mana, dia akan selalu menerima pendidikan yang sama yang dipandu oleh idealisme-idealisme ortodoks.

Teks-teks klasik adalah esensi dari kebudayaan tradisional Tiongkok. Orang-orang mulai mempelajarinya pada usia yang sangat muda. Banyak orang mampu membaca ayat-ayat dari “Pembelajaran Besar,” “Doktrin Tengah,” “Analek Konfucius” dan “Buku pujian.”

Namun, di China modern mayoritas sarjana dan siswa sekolah telah kehilangan hubungan mereka dengan buku-buku ini, yang mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warisan mereka.

Di Tiongkok kuno, tujuan pendidikan adalah mengetahui keberadaan Tao, menjadi manusia. Pondasi ini menyediakan bimbingan yang benar bagi sepanjang kehidupan seseorang, dan seseorang akan menyadari Tao pada tingkat yang lebih mendalam melalui praktek Tao dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, di dunia pendidikan sekarang ini hanyalah akumulasi dari ketrampilan-ketrampilan dan doktrin-doktrin teks.

Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar