this blog for u and for my students......... i hope u can know anything about chinese culture
欢迎..............欢迎..............欢迎
Kamis, 26 Agustus 2010
Hormati Guru dan Hargai Kebajikan
Menghormati guru dan menghargai kebajikan adalah hal penting dalam beretika pada masyarakat Tiongkok kuno.
Seorang guru adalah orang yang menyampaikan nilai-nilai moral, ilmu pengetahuan dan mengajarkan cara yang benar untuk berinteraksi satu dengan yang lain atau dalam bermasyarakat.
Mereka memberikan contoh kebajikan. Hal ini dijelaskan dalam bab "The Classic of Rites" pada Buku Record on Education.
"Menjaga rasa hormat pada guru, kebajikan yang ia wujudkan dianggap sebagai suatu kehormatan yang besar. Ketika hal ini dapat dilakukan, orang-orang akan tahu betapa berharganya sebuah proses belajar. "
Agar dapat mempertahankan rasa hormat terhadap guru dan dengan taat menjaga kebajikan. Para murid, harus mematuhi setiap ajaran-ajaran yang disampaikan dan sungguh-sungguh semua ini harus berasal dari dalam hatinya.
Mari kita lihat beberapa contoh bagaimana orang zaman dulu menunjukkan rasa hormat terhadap guru mereka dan sikap menjaga kebajikan.
Cerita Pertama: Yin Xi Menghormati Lao Zi sebagai Guru
Yin Xi adalah seorang pelajar pada zaman Dinasti Zhou Barat (1100 – 711 SM).
Dia memiliki kegemaran membaca buku–buku kuno sejak dia masih muda. Yin Xi juga ahli dalam astronomi dan pada beberapa bidang lainya. Suatu hari, dia mengamati cuaca yang lain daripada biasanya seperti suatu alam surga dan melihat sebuah kabut ungu di ufuk timur yang tidak hilang.
Dia berpendapat bahwa akan datang seseorang dengan kebijakan tinggi dari arah tersebut dan pergi melalui Gerbang Hangu. Karena Dia memiliki wewenang memberikan ijin bagi orang yang melanjutkan perjalanan ke barat, maka ia memerintahkan para penjaga untuk segera melaporkan kepadanya jika mereka melihat orang dengan pakaian yang tidak lazim sedang melintas dalam periode beberapa hari kemudian.
Dia juga meminta para penjaga untuk membersihkan jalan dan membakar sampah dalam persiapan menyambut Sang Bijak tersebut. Beberapa hari kemudian, ia menerima laporan bahwa ada seorang pria tua dengan rambut putih dan tubuh fisik layaknya seorang dewa naik pada sebuah gerobak sapi menuju ke barat. Dia segera pergi untuk menyambut orang bijak tersebut.
Dia berlutut pada jarak beberapa meter dari gerobak dan berkata, "Yin Xi, kepala petugas di Gerbang Hangu, memberi salam pada orang bijak! "
Pria tua menjawab," Saya hanya seorang warga negara biasa. Dapatkah Anda memberitahu saya mengapa Anda melakukan penyambutan yang luar biasa ini? "
Yin Xi," Saya telah menunggu selama berhari-hari untuk menanti Anda. Setelah saya melihat tanda-tanda seorang Dewa akan segera tiba. Harapan yang tulus dari saya bahwa kesucian Anda akan membimbing saya. "
Orang Bijak bertanya, "Apa tanda-tanda yang Anda lihat?"
Yin Xi menjawabnya. "Pada bulan sepuluh tahun lalu, bintang Sage bergerak di langit barat di musim dingin. Awal bulan ini, angin lembut melintas dan mawar bermekaran dari kabut ungu naik di cakrawala timur. Jadi saya tahu bahwa seorang bijak akan melintas disini menuju ke arah barat. Kabut ungu begitu luas yang membentang 10.000 mil, mengatakan kepada saya bahwa ini bukan orang bijak biasa yang datang. Kabut ungu dipimpin oleh bintang Ox, yang mengatakan orang bijak akan tiba dengan sebuah gerobak sapi. Hari ini, setelah melihat kesucian Anda dengan mata ini, juga lebih luar biasa, saya akan bisa mengucapkan terima kasih jika anda memberi nasehat kepada saya mengenai kultivasi "
Orang tua itu senang melihat ketulusan, kebaikan hati serta kesopanan Yin. Dia tersenyum, "Anda menghargai saya, yang hanya seorang orang tua. Saya juga tahu mengenai Anda. Saya memberikan Anda keselamatan. " mendengar ini Yin sangat senang dan bersujud kepada orang bijak tersebut.
Dia menanyakan nama orang tua itu, orang tua berkata, "Nama saya banyak. Pada saat masih kecil, nama keluarga saya adalah Li, saya diberi nama Bo Yang. Orang-orang memanggilku Laos Dan. Kemudian Yin Xi membakar dupa, Bersujud, dan menyelesaikan upacara pengangkatan Lao Zi sebagai guru. Zi adalah gelar kehormatan yang digunakan sebagai pengganti nama seseorang.
Lao Zi hanya sebentar di Gerbang Hangu, waktunya cukup digunakan untuk mencatat sesuatu yang sulit untuk mendefinisikan atau menjelaskan, yang disebut Tao. Di dalamnya itu, ia menyampaikan pandangan tentang alam semesta, manusia, dan masyarakat. Dia memberi Yin Xi 5.000 kata naskah yang disebut Tao Te Ching.
Yin Xi mengikuti perintah Lao Zi untuk mengultivasikan pikiran dan tubuhnya, memperkenalkan ajaran sekolah Tao di negara dan memberi manfaat bagi dunia, dan berhasil dalam kultivasinya. Dia dihormati oleh generasi berikutnya sebagai Yin yaitu Manusia Sejati.
Cerita Kedua: Konfusius dan Murid-muridnya
Sekitar 551 SM - 479 SM, ada seorang pemikir terkenal, ahli filsafat, dan pengajar bernama Konfusius. Menurut Legenda, Dia telah memiliki lebih dari 3.000 murid, 72 di antaranya adalah murid yang mengikutinya dengan sangat baik. Konfusius mempraktekan ajarannya sendiri. Dia mengajarkan kebenaran, cita-cita, dan integritas pribadi, sesuai dengan kesopanan, kebaikan, kerendahan hati dan rasa hormat yang dimilikinya, kesetiaan dan kepeduliannya terhadap orang biasa telah menginspirasi para muid dan generasi di masa depan.
Para murid sangat menghormati Konfusius, memperlakukan Dia sebagai bapak mereka, melaksanakan keteguhan hati dari ajaran Konfusius pada diri mereka sendiri dan mereka memberi penghormatan terhadap tujuan tertinggi yang ingin mereka capai. Muridnya, Yan Hui adalah "tetap puas walaupun miskin, fokus pada kebenaran, ketat mengikuti ajaran Konfusius.”
Siswa lain, Mi Zijian, menjaga hukum dan ketertiban dan dengan memainkan sebuah instrumen berdawai, ini mengilhami sebuah kebajikan dengan musik yang harmonis dan mendorong orang untuk tenang dan bekerja keras.
Siswa lain, Zi Xia, mendalami bidang kesusasteraan, mengembangkan pendidikan, dan membimbing masyarakat dengan kebaikan. Murid-muridnya mengikuti dalam perjalanan panjang dalam menyebarkan ajarannya di berbagai negara. Ketika orang lain memfitnah guru mereka, mereka segera membelanya dan mempertahankan karakter yang mulia.
Zi Gong dengan kesungguhannya memperlihatkan kekurangan dirinya dan memiliki kesadaran yang kuat. Zeng Can memuji Konfisius sebagai orang dengan kebajikan yang besar “murni seakan dicuci oleh gelombang pasang dari sebuah sungai yang besar, seperti matahari bersinar di musim gugur dan suci bagaikan alam semesta tal terbatas.” Dia membawa dan menerapkan kebijaksanaan dalam setiap ajaran yang diberikan. Dia memetik sebuah kalimat:
"Seorang murid harus memiliki kekuatan dan tekad, karena ia memiliki tanggung jawab yang sangat serius dan memiliki perjalanan panjang di depannya. Bila tidak punya tanggung jawab yang serius, dapatkah ia dapat melaksanakan kebijakan melewati setiap tantangan? Apakah perjalanannya tidak akan lama jika dia tidak mempertahankan keadilan sampai mencapai keabadian? "
Cerita Ketiga: Kaisar Tang Taizong Memerintahkan Pangeran Menghormati Guru Mereka
Kaisar Taizong berasal dari Dinasti Tang, 599-649. Banyak orang mengakuinya sebagai raja yang bijaksana dalam sejarah Tiongkok. Dia memberi perhatian khusus pada pendidikan dan hati-hati dalam memilih guru untuk para pangeran, seperti misalnya Li Gang, Zhang Xuansu, Wei Zheng, dan Wang Gui, semua ini adalah guru dengan kebajikan besar dan sangat dihormati.
Pada suatu ketika, guru Li Gang mengalami masalah dengan kakinya, membuat mustahil baginya untuk bisa berjalan. Kekaisaran memiliki peraturan ketat terhadap pejabat yang seenaknya naik di atas pundak pria (naik kereta yang diusung 4 orang). Para pejabat diharapkan berjalan dengan sangat peduli terhadap orang lain.
Ketika Kaisar Taizong mempelajari masalah yang dialami Li Gang, ia memutuskan bahwa Li Gang diberi hak istiwewa untuk naik kereta usungan menuju di istana kekaisaran. Dan Dia memerintahkan pangerannya untuk menyambut guru Li Gang ketika ia tiba di istana.
Suatu ketika, ia mengetahui anak keempatnya, Li Tai, tidak menghormati gurunya, Wang Gui. Dia berpesan kepada anaknya langsung di depan Wang Gui, "Lain kali jika Anda melihat guru Anda, Anda harus hormat kepadanya sama seperti Anda menghormati saya. Bahkan penyimpangan sedikit pun tidak diperbolehkan. " Sejak saat itu, Li Tai menjadi sopan dan hormat terhadap gurunya dan prestasi di sekolahnya juga meningkatkan. Aturan ketat keluarga Kaisar Taizong terhadap semua pangeran adalah untuk menghormati guru dan menghargai nilai-nilai ajaran mereka.
Kaisar Taizong mengeluarkan suatu ketetapan yang berbunyi, "Saya telah melakukan mempelajari para kaisar dan raja yang bijaksana. Tanpa terkecuali, mereka semua memiliki guru besar. Seperti misalnya Kaisar Kuning belajar dari Tai Dian, Zhuanxu belajar dari Lu Tu, Yao belajar dari Yin Shou, Shun belajar dari Wu Chengzhao, Tang Wei belajar dari Zibo, Raja Zhou Wen belajar dari Ziqi, dan Raja Zhou Wu belajar dari Guo Shu ... Jika salah satu tidak belajar dengan guru besar, ia tidak memiliki cara memahami prinsip-prinsip yang diwariskan dari zaman kuno. Tidak ada orang yang bisa memerintah negara dan memelihara perdamaian jika dia tidak memiliki pemahaman yang benar yang diajarkan dari gurunya. "
Dia memutuskan bahwa semua anaknya harus menghormati guru mereka sama seperti mereka menghormatinya. Selain itu, ia mendorong para guru untuk langsung menunjukkan kekurangan para pangeran. Para guru memiliki kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab besar yang mereka emban, Kaisar Taizong selalu memberi pemahaman, dukungan, dan dorongan. Ketika putra kesembilan, Li Zhi, diangkat sebagai putra mahkota, Kaisar Taizong menetetapkan aturan lebih ketat terhadap dia.
Dia harus berdiri setiap kali gurunya atau ayahnya berbicara, dan ia harus selalu mengingat perkataan mereka dan berterima kasih sesudahnya.
Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan "siapa guru Anda untuk sehari adalah ayah anda selama sisa hidup Anda. " Cerita tentang orang-orang kuno menghormati guru mereka dan menghargai ajaran guru mereka yang telah diturunkan sebagai inspirasi cerita.
Beberapa cerita tersebut dikagumi oleh orang-orang sampai hari ini, dengan moralitas dan mereka yang memiliki cita-cita luhur. Semuanya dimulai dengan menghormati guru dan menghargai kebajikan. (Erabaru/ngrh)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar