欢迎..............欢迎..............欢迎


Sabtu, 07 Agustus 2010

Dua Cara Berbeda Mendidik Anak

Alkisah ada dua anak yang dididik dengan dua cara yang berbeda. Anak yang pertama, seorang pelajar yang genius di kelasnya. Tetapi setiap menghadapi ujian selalu ada beberapa anak lain yang nilainya lebih bagus. Anak ini pun tidak pernah menjadi juara kelas. Dia sangat sedih.

“Papa, kenapa nilai yang saya peroleh selalu lebih rendah daripada beberapa orang di kelas saya? sebenarnya saya sangat cemburu kepada mereka? Saya harus bagaimana?" tanya anak ini dengan wajah sedih meminta nasehat papanya.

Papanya tidak menjawab, hanya mengambil secarik kertas, di atas kertas dia mencoret sebuah garis yang panjang dan berkata,

”Apakah engkau bisa membuat garis panjang ini menjadi pendek? Coba lakukan Nak!” Anak ini memeras otaknya berpikir bagaimana membuat coretan garis panjang ini menjadi pendek, tetapi akhirnya dia tetap tidak berhasil.

Papanya tidak berkata sepatah pun mengambil kertas itu dan mencoret sebuah garis lebih panjang lagi dibawah garis yang dicoret pertama kali….

“Oh..papa, sekarang saya mengerti, untuk bisa memenangkan orang lain dan bisa lebih pintar dari orang lain, cara yang terbaik adalah dengan belajar lebih giat lagi membuat diri sendiri lebih pintar, lebih cemerlang dari pada orang lain,” katanya.

Anak ini segera mengerti maksud papanya.

Kisah anak yang kedua, lain lagi. Anak ini seorang wakil ketua kelas, dia sangat ingin menjadi ketua kelas, tetapi selalu dikalahkan, sehingga membuatnya menjadi kesal.

“Papa, saya sebenarnya ingin cepat maju, saya ingin menjadi ketua kelas, tetapi saya selalu dikalahkan, bagaimana caranya saya bisa memenangkannya?”

Anak ini dengan sedih meminta nasehat papanya.

Papanya tidak menjawab, hanya mengambil papan catur dan mengajak anaknya bermain catur, sebenarnya, tehnik bermain catur anak ini tidak kalah dengan papanya, tetapi terakhir dia masih dikalahkan oleh papanya.

Papanya memandang anaknya yang kebingungan dan berkata,

”Papa mempunyai sebuah rahasia bermain catur untuk bisa memenangkan pihak lawan, tidak hanya mencari akal bagaimana bisa mencari jalan maju selangkah memenangkan permainan ini, tetapi juga harus mencari akal menghalangi jalan lawan sehingga dia tidak bisa maju selangkah pun,” kata papanya.

“Oh… Papa, sekarang saya mengerti, untuk mengungguli orang lain cara yang paling baik adalah menghalangi orang lain lebih maju dari kita.”

Anak itu segera mengerti.

Beberapa tahun kemudian, kedua anak ini telah dewasa, di bawah didikan yang berbeda mereka menjalani kehidupan dan karier mereka masing-masing.

Anak yang pertama dengan didikan papanya yang berdasarkan “garis yang lebih panjang” menjadi pedoman hidupnya, dengan semangat hidup yang giat dan rajin menjalani hidup ini. Akhirnya dia sukses mengejar cita-citanya dan punya banyak teman.

Sedangkan anak yang kedua, dengan pedoman papanya yang “menghalangi orang lain” menjadi pedoman hidupnya, tidak giat dan rajin tidak berusaha keras.

Dia hanya mencari akal bagaimana menghalangi orang lain lebih maju dari diri sendiri. Akhirnya dia tidak hanya gagal menggapai cita-cita, malahan menjadi bahan cemohan dan dijauhi oleh semua orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar